Sejak tahun 2017, Nalisa (31) menjalankan usaha membuat aneka cemilan. Kendati usaha yang digeluti perempuan tuna daksa ini masih dalam skala kecil, namun diakui hasil penjualannya mampu membantu memenuhi perekonomian keluarga terutama di tengah pandemi Covid-19.
Ashri Isnaini, Sungai Raya
WAKTU menunjukkan pukul 11.30 wib, saat menyambangi kediamannya di Komplek Kota Raya, Blok WE Desa Kapur Jumat (19/2) siang, Nalisa tampak sibuk membungkus sejumlah cemilan dan kue kering sembari mengecek buku catatan daftar pelanggan yang memesan kue buatannya.
“Dulu sebelum ada Covid-19, dalam satu hari masing-masing cemilan dan kue kering yang saya buat itu bisa lebih dari 5 kilogram. Tapi karena sejak musim Covid-19 penjualan menurun jumlah yang saya buat buat tidak banyak lagi tergantung pesanan saja,” kata Nalisa.
Ibu dua anak inipun menceritakan, semula dirinya menjalankan usaha membuat kue karena ingin membantu memenuhi ekonomi keluarga dan kebutuhan berobat dirinya. Sejak mengalami kecelakan dan patah tulang sekitar tahun 2010 lalu hingga saat ini dia harus rutin melakukan pemeriksaa terhadap tulang paha kanannya yang sudah diganti dengan alat bantu. “Jadi hingga saat ini setiap 40 hari sekali saya harus memeriksakan kondisi paha kanan saya, karena tulangnya sebelumnya sudah diangkat dan diganti dengan alat bantu seperti pen gitu,” ungkapnya.
Mengingat cukup besarnya biaya kebutuhan keluarga dan berobat dan yang masih diperlukan membuat Nalisa mengaku harus berjuang keras untuk mampu terus menjalankan usahanya meskipun di tengah wabah pandemi Covid-19.
“Kita pandemi tahun lalu itu mulainya sekitar Maret. Nah di bulan Maret sampai April itu saya sempat tidak ada buat kue, karena memang kala itu penjualan sangat menurun. Barulah jelang lebaran ada yang pesan cemilan dan kue kering dan itu pun jumlahnya sangat jauh menurun dibanding haru-hari normal sebelum adanya Covid-19,” paparnya.
Jika sebelumnya, dalam satu bulan kata Nalisa, dirinya bisa membuat lebih dari 400 kilogram aneka cemilan dan kue kering, sejak adanya pandemi Covid-19 dalam sebulan jumlah pembuatan kuenya menurun menjadi 25 persen.
Meski penjualan menurun di masa pandemi Covid-19, Nalisa berupaya keras untuk terus mendongkrak hasil penjualannya dengan cara melakukan pemasaran melalui media sosial dan jaringan-jaringan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dimilikinya.
“Alhamdulillah karena kami di Kubu Raya ini ada juga komunitas bersama rekan-rekan UMKM, jadi saling bantulah untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan. Dan walau belum stabil namun hasil penjualan aneka cemilan dan kue kering yang saya buat masih bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga termasuk biaya untuk saya konsultasi kesehatan saya,” ungkapnya.
Secara terpisah Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Perdagangan dan Perindustrian Kubu Raya, Norasari Arani mendukung upaya para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kubu Raya memanfaatkan media sosial untuk memasarkan beragam produk yang dihasilkan.
“Di masa pandemi Covid-19, kita lebih dianjurkan menjaga jarak atau menerapkan physical distancing, jadi walaupun sedang tidak bisa maksimal menjual atau memasarkan produk secara langsung kita masih bisa berjualan secara daring dengan memasarkan produk yang dihasilkan melalui media sosial yang dimiliki,” kata Norasari.
Nora tidak memungkiri, hingga saat ini hampir semua sektor terdampak sejak mewabahnya pandemi Covid-19. Bahkan kata dia, tidak sedikit tempat usaha sementara menghentikan operasionalnya.
Meski begitu Nora meyakini, bagi pelaku UMKM di Kubu Raya masih bisa bertahan untuk memasarkan dan menjual produknya melalui sistem daring dengan memanfaatkan media sosial yang dimiliki.
“Karena beragam yang produk yang dipasarkan melalui media sosial, jadi pelaku UMKM ini sebelumnya bisa membuat daftar jumlah pesanan terlebih dahulu, jadi dia hanya memproduksi barang seperti makanan, minuman atau sejenisnya sesuai dengan pesanan yang ada dengan begitu akan meminimalisir jumlah kerugian juga,” jelas Norasari Arani. (*)