30 C
Pontianak
Friday, June 9, 2023

Asa Warga Kampung Semangit Berdikari dengan Ekonomi Hijau

*Sebelum Panen Madu, Syair Timang-timang Dilantunkan

Masyarakat Kampung Semangit menjadikan alam yang lestari sebagai tumpuan hidup. Perekonomian mereka ditopang dari hasil perikanan dan budidaya madu hutan.

SITI SULBIYAH, Selimbau

Wasir melantunkan sebuah syair sebelum melakukan panen madu. Ritual ini menjadi bagian penting saat akan mengambil madu dari sarang lebah. Melantunkan syair merupakan bentuk penghormatan dan ucapan terima kasih kepada lebah karena telah menghasilkan madu yang bermanfaat bagi manusia. 

“Ini adalah syair timang-timang. Isinya semacam memberi salam dan ucapkan terima kasih,” kata pria 67 tahun itu usai memanen madu.

Saat itu Wasir harus memanjat pohon sekitar 10 meter untuk mencapai sarang lebah. Ia mengenakan jaket, sarung tangan, dan jaring penutup kepala, agar aman dari sengatan lebah. 

Sebelum bagian sarang lebah dipotong, terlebih dahulu dilakukan pengasapan dengan menggunakan tebauk yang dibakar. Tebauk sendiri adalah akar kayu yang dikeringkan dan diikat dengan rotan. Saat koloni lebah menjauh dari sarang, saat itulah bagian sarang dipotong. 

Wasir tidak bekerja sendiri. Ia ditemani oleh tiga orang lainnya yang menunggunya di bawah pohon. Proses memanen madu ini menghabiskan waktu sekitar 10-15 menit. 

Panen lestari diterapkan oleh warga Kampung Semangit, di Dusun Batu Rawan, Desa Leboyan, Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu. Mereka membuat tikung atau dahan buatan agar lebah bisa membuat sarang di sana. Wasir sendiri membuat ratusan tikung.

Baca Juga :  Padang Tikar Produksi 5,6 Ton Madu

Kampung Semangit sendiri merupakan perkampungan nelayan di tepi sungai yang bermuara di Danau Sentarum. Kampung ini masuk ke dalam wilayah Balai Besar Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS).

Para petani madu di Kampung Semangit tergabung dalam Asosiasi Periau Madu Sentarum (APDS). Terdapat Rumah Produksi Madu APDS yang menjadi tempat pengemasan madu sebelum dijual ke konsumen. 

Madu APDS dari Kampung Semangit, Kapuas Hulu

Jeki, Kelompok Pengelola Pariwisata (KPP) Semujan Dorsata mengatakan, sebelum madu dikemas ke dalam wadah, terlebih dahulu dikurangi kadar airnya. Proses penurunan kadar air ini menggunakan metode dehumidifying.

“Dari yang kadar airnya 28 persen dikurangi jadi 21 persen,” imbuhnya.

Penyuluh Kehutanan Taman Nasional Danau Sentarum, Sahal memastikan metode panen madu yang diterapkan oleh APDS merupakan panen lestari. 

“Pemanenan sama sekali tidak merusak pepohonan dan menggunakan alat yang alami seperti asap, menggunakan dahan buatan (tikung, red) yang tidak akan merusak si pohon itu,” jelasnya. 

Meski memiliki kualitas madu yang baik, namun pemasaran madu diakuinya masih menjadi kendala. Pengiriman hanya bisa dilakukan dalam partai besar mengingat jarak tempuh yang jauh dan ongkos yang tidak sedikit. 

“Kalau mau menjualnya satuan atau partai kecil, atau kita buka seperti online shop, kita terkendala ongkos kirim. Ini yang kita perlu cari strategi bagaimana menjual madu ini agar lebih mudah terjangkau masyarakat,” ucapnya.

Ketua KPP Semujan Dorsata, Erwanto mengatakan, Kampung Semangit mampu memproduksi madu 3-5 ton dalam satu tahun. Madu menurutnya menjadi salah satu penopang ekonomi masyarakat di kampung tersebut.

Baca Juga :  Bang Sis Kontak Menhub, Minta Penerbangan Pontianak-Putussibau Tak Ditutup

“Kampung Semangit ini ada 102 KK dengan 336 jiwa. Sumber pendapatan utamanya adalah madu dan perikanan,” katanya.

Selain madu, potensi perikanan Kampung Semangit juga tak kalah besar. Warga di kampung ini mampu memproduksi Ikan asin dan ikan asap untuk kebutuhan konsumsi, serta ada pula ikan hias. Mereka juga mengolah ikan menjadi kerupuk basah dan kerupuk kering.

“Kami juga mengembangkan pariwisata sebagai unggulan. Mulai dari wisata susur sungai, panen madu, serta wisata pengamatan satwa. Di wilayah ini juga terdapat tebing tertinggi kedua di Kalbar,” paparnya.

Sementara itu, NIRAS IP Consult dibawah program GIZ SASCI-COS mendatangkan para pembeli dan investor untuk bertemu petani, produsen dan pengusaha lokal dari komoditas Tengkawang, Tenun, Madu Hutan dan Ekowisata Danau Sentarum di Kapuas Hulu. 

Event and Media Specialist, NIRAS IP Consult, Nita Irawati Murjani mengatakan, kunjungan pembeli dan investor tersebut bertujuan agar mereka memperoleh pengalaman langsung dan pengetahuan tentang isu-isu dan komoditas-komoditas ekonomi hijau di Kapuas Hulu. Harapannya, mereka dapat mendukungnya agar dapat meningkatkan ekonomi lokal dan pada saat yang sama membantu melestarikan cagar biosfer.

“Kesempatan ini juga untuk pertemuan bisnis antara investor atau buyer dan pelaku usaha lokal untuk mengadakan kesepakatan bisnis atau kesepakatan investasi secara nyata,” ujarnya. **

*Sebelum Panen Madu, Syair Timang-timang Dilantunkan

Masyarakat Kampung Semangit menjadikan alam yang lestari sebagai tumpuan hidup. Perekonomian mereka ditopang dari hasil perikanan dan budidaya madu hutan.

SITI SULBIYAH, Selimbau

Wasir melantunkan sebuah syair sebelum melakukan panen madu. Ritual ini menjadi bagian penting saat akan mengambil madu dari sarang lebah. Melantunkan syair merupakan bentuk penghormatan dan ucapan terima kasih kepada lebah karena telah menghasilkan madu yang bermanfaat bagi manusia. 

“Ini adalah syair timang-timang. Isinya semacam memberi salam dan ucapkan terima kasih,” kata pria 67 tahun itu usai memanen madu.

Saat itu Wasir harus memanjat pohon sekitar 10 meter untuk mencapai sarang lebah. Ia mengenakan jaket, sarung tangan, dan jaring penutup kepala, agar aman dari sengatan lebah. 

Sebelum bagian sarang lebah dipotong, terlebih dahulu dilakukan pengasapan dengan menggunakan tebauk yang dibakar. Tebauk sendiri adalah akar kayu yang dikeringkan dan diikat dengan rotan. Saat koloni lebah menjauh dari sarang, saat itulah bagian sarang dipotong. 

Wasir tidak bekerja sendiri. Ia ditemani oleh tiga orang lainnya yang menunggunya di bawah pohon. Proses memanen madu ini menghabiskan waktu sekitar 10-15 menit. 

Panen lestari diterapkan oleh warga Kampung Semangit, di Dusun Batu Rawan, Desa Leboyan, Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu. Mereka membuat tikung atau dahan buatan agar lebah bisa membuat sarang di sana. Wasir sendiri membuat ratusan tikung.

Baca Juga :  Bang Sis Kontak Menhub, Minta Penerbangan Pontianak-Putussibau Tak Ditutup

Kampung Semangit sendiri merupakan perkampungan nelayan di tepi sungai yang bermuara di Danau Sentarum. Kampung ini masuk ke dalam wilayah Balai Besar Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS).

Para petani madu di Kampung Semangit tergabung dalam Asosiasi Periau Madu Sentarum (APDS). Terdapat Rumah Produksi Madu APDS yang menjadi tempat pengemasan madu sebelum dijual ke konsumen. 

Madu APDS dari Kampung Semangit, Kapuas Hulu

Jeki, Kelompok Pengelola Pariwisata (KPP) Semujan Dorsata mengatakan, sebelum madu dikemas ke dalam wadah, terlebih dahulu dikurangi kadar airnya. Proses penurunan kadar air ini menggunakan metode dehumidifying.

“Dari yang kadar airnya 28 persen dikurangi jadi 21 persen,” imbuhnya.

Penyuluh Kehutanan Taman Nasional Danau Sentarum, Sahal memastikan metode panen madu yang diterapkan oleh APDS merupakan panen lestari. 

“Pemanenan sama sekali tidak merusak pepohonan dan menggunakan alat yang alami seperti asap, menggunakan dahan buatan (tikung, red) yang tidak akan merusak si pohon itu,” jelasnya. 

Meski memiliki kualitas madu yang baik, namun pemasaran madu diakuinya masih menjadi kendala. Pengiriman hanya bisa dilakukan dalam partai besar mengingat jarak tempuh yang jauh dan ongkos yang tidak sedikit. 

“Kalau mau menjualnya satuan atau partai kecil, atau kita buka seperti online shop, kita terkendala ongkos kirim. Ini yang kita perlu cari strategi bagaimana menjual madu ini agar lebih mudah terjangkau masyarakat,” ucapnya.

Ketua KPP Semujan Dorsata, Erwanto mengatakan, Kampung Semangit mampu memproduksi madu 3-5 ton dalam satu tahun. Madu menurutnya menjadi salah satu penopang ekonomi masyarakat di kampung tersebut.

Baca Juga :  Pesona Kalbar Hijau Solusi Pengembangan Produk Hasil Alam

“Kampung Semangit ini ada 102 KK dengan 336 jiwa. Sumber pendapatan utamanya adalah madu dan perikanan,” katanya.

Selain madu, potensi perikanan Kampung Semangit juga tak kalah besar. Warga di kampung ini mampu memproduksi Ikan asin dan ikan asap untuk kebutuhan konsumsi, serta ada pula ikan hias. Mereka juga mengolah ikan menjadi kerupuk basah dan kerupuk kering.

“Kami juga mengembangkan pariwisata sebagai unggulan. Mulai dari wisata susur sungai, panen madu, serta wisata pengamatan satwa. Di wilayah ini juga terdapat tebing tertinggi kedua di Kalbar,” paparnya.

Sementara itu, NIRAS IP Consult dibawah program GIZ SASCI-COS mendatangkan para pembeli dan investor untuk bertemu petani, produsen dan pengusaha lokal dari komoditas Tengkawang, Tenun, Madu Hutan dan Ekowisata Danau Sentarum di Kapuas Hulu. 

Event and Media Specialist, NIRAS IP Consult, Nita Irawati Murjani mengatakan, kunjungan pembeli dan investor tersebut bertujuan agar mereka memperoleh pengalaman langsung dan pengetahuan tentang isu-isu dan komoditas-komoditas ekonomi hijau di Kapuas Hulu. Harapannya, mereka dapat mendukungnya agar dapat meningkatkan ekonomi lokal dan pada saat yang sama membantu melestarikan cagar biosfer.

“Kesempatan ini juga untuk pertemuan bisnis antara investor atau buyer dan pelaku usaha lokal untuk mengadakan kesepakatan bisnis atau kesepakatan investasi secara nyata,” ujarnya. **

Most Read

Artikel Terbaru