SUKADANA – Sebanyak 30 penumpang speedboat rute Pontianak menuju Sukadana yang terdampar di Pulau akibat diterjang ombak Sabtu (16/7) sore itu sudah pulang ke rumah masing-masing dengan selamat.
Namun, peristiwa tersebut menyisakan trauma bagi penumpangnya. Salah satunya disampaikan Wahono, Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kayong Utara. Wahono saat itu menjadi salah satu penumpang speedboat bersama istrinya.
“Saya duduk di bangku paling belakang speedboat, nomor 29 dan istri saya nomor 30,” kata Wahono.
Saat memasuki perairan menuju Sukadana mendung tebal terlihat menggelayut di langit. Angin mulai terasa semakin kencang. Gelombang pun datang bergulung-gulung menghantam body speedboat. Goncangan pun terasa makin kuat. Pengemudi speedboat berusaha mempertahankan agar kapal tidak oleng. Bunyi mesin meraung-raung.
Beberapa saat kemudian, goncangan yang dialami speedboat makin kuat. Air laut mulai masuk ke dalam speed.
“Para penumpang mulai ketakutan. Banyak yang berteriak saat speed bergoncang keras. Suasananya memang mencekam. Ibu-ibu dan anak-anak banyak yang menangis,” ungkapnya.
Wahono bercerita, sebelumnya, saat berada di Sungai Teluk Batang, kondisi cuaca memang sudah mulai terlihat gelap. Melihat kondisi cuaca itu, awalnya Wahono berencana untuk tidak melanjutkan perjalanannya ke Sukadana dan memilih turun di Teluk Batang. Tapi, rencana itu dia urungkan.
Wahono memilih tetap melanjutkan perjalanannya menuju Sukadana menggunakan speedboat.
“Saat masuk Teluk Batang, memang sungai itu sudah terasa bergelombang. Semula saya memutuskan turun di Teluk Batang, tetapi perkiraan masih bisa tembus, saya akhirnya tetap naik speed,” terang Wahono, Minggu (17/7).
Ternyata, perkiraan dirinya benar, setibanya di laut mendekati Kota Sukadana, cuaca memburuk. Speedboat bermuatan 30 penumpang tersebut terpaksa menepi ke Pantai Pulau Pelintu, Desa Gunung Sembilan, Sukadana.
“Sampai di laut ternyata memang gelombangnya besar. Jadi speed jalan terus, sampai dekat di Pelitu itu gelombang semakin membesar. Akhirnya speedboat menepi, kami turun di situ. Kemudian istirahat beberapa waktu, dan ketemu orang berkebun, dan orang ke kebun itu menawarkan kalau mau lewat gunung itu pun bisa,” terangnya.
Terpisah pemilik Speedboat Sinergi saat ditemui di Sukadana, AX mengatakan, berdasarkan keterangan drivernya, pada saat itu angin kencang disertai ombak besar datang seketika. Terlebih bertepatan dengan angin barat daya.
“Menurut informasi dari drivernya kena gelombang besar dari Teluk batang posisi speednya sudah tidak mampu. Kemudian terjadi pecah kaca, dan airnya masuk. Jadi untuk menyelamatkan penumpang, driver menepi untuk menyelamatkan penumpang,” terangnya.
“Kejadiannya secara tiba-tiba angin barat daya, dan dari informasi drivernya dari Teluk Batang angin tidak begitu kuat. Setelah lewat jermal anginnya tiba-tiba turun,”sambung dia.
Pasca kejadian ini, dirinya berjanji melakukan evaluasi, agar musibah seperti ini dapat diminimalisir dengan baik. Sementara untuk penumpang yang mengalami luka dan memerlukan perawatan pihaknya bertanggung jawab.
“Upayakan evakuasi karena luka lecet kita bawa ke Puskesmas, untuk dirawat setelah itu untuk penumpang ke Ketapang langsung minta pulang. Kondisi speedboat pada dasarnya pecah kaca depan sedikit, yang lainnya tidak apa-apa,”terang dia.
Ditambahkan dia, mengenai kabar kehabisan bahan bakar itu tidak benar. Hanya saja, saat itu memang benar-benar kondisi cuaca tidak memungkinkan. Sehingga memutuskan untuk menepi ke tempat lebih aman.
“Tidak betul habis bahan bakar. Bahan bakar masih ada. Kebetulan speedboatnya kita usahakan pulang ke Sukadana masih ada BBMnya,”kata dia.
“Sedangkan untuk kabar penumpangnya panik, dan berusaha untuk mengambil stir driver itu tidak benar. Untuk menepi itu inisiatif dari drivernya, dan masukan dari penumpang juga. Jadi keputusan dari drivernya harus merapat. Untuk kesedian alat keselamatan ada lift jacket juga ada,”sambungnya.
Ditambahkan AX yang bermukim di Kota Sukadana ini, dalam melakukan evakuasi penjemputan, sempat kembali menggunakan speedboat menjemput 30 penumpang tersebut sebenarnya sudah dilakukan. Hanya saja pada saat itu semua penumpang sudah tidak ada lagi.
“Penjembutan menggunakan speed kembali dilakukan, namun penumpangnya tidak ada di lokasi. Makanya kita upayakan evakuasi lewat darat. Dalam hal ini saya sampaikan terimakasih juga kepada BPBD dan jajaranya, Pak Kapolres dan jajarannya Dinas Perhubungan dan instansi terkait lainnya. Pada intinya penumpang selamat,” terangnya.
Dalam hal ini mengenai kerugian belum dapat dirincikan, dan speedboat tersebut sudah kembali beroperasi dari Sukadana-Pontianak, Minggu (17/7) pagi.
“Untuk kerugian belum bisa merincikan. Evaluasi kedepan akan dilakukan kejadian ini agar tetap aman tetap dilakukan. Kejadian ini jadi pelajaran agar lebih aman dari alternatif. Kejadian musibah ini tentunya tidak diinginkan, pada intinya semua selamat,” terangnya.
Terkait hal ini, Bupati Kayong Utara Citra Duani mengatakan, dalam hal ini dirinya berpesan ke depannya kepada angkutan air speed boat dan angkutan air lainnya di Kayong Utara agar lebih berhati-hati, terlebih menghadapi cuaca buruk.
“Saya dengar kabar kalau BBMnya habis, kalau bisa jangan sampai seperti itu terjadi. Karena ini bukan main-main kita melintasi laut,” kata dia.
Sementara, mengenai penumpang yang terpaksa melintasi kebun, dalam evakuasi jalur darat Bupati turut prihatin, dan kejadian seperti ini diharapkan tidak terulang kembali.
“Dirinya pun prihatin dengan sejumlah penumpang yang terpaksa melanjutkan perjalan masuk ke dalam kebun. Kejadian ini dapat menjadi pelajaran, baik angkutan air Sukadana – Pontianak, Teluk Batang- Pontianak, hingga Teluk Batang Rasau Jaya,”kata dia.
Menurut Citra, jalur air ini menjadi salah satu jalur untuk menuju suatu lokasi selain jalur darat di Kalbar. Di antaranya ke Ibu Kota Kalimantan Barat, yakni Kota Pontianak. Diantaranya dengan menggunakan moda transportasi speedboat.
“Ini yang menggunakan jasa speedboat ada orang Ketapang, Pontianak. Kalau nanti kiranya membahayakan baiknya berlabuh saja di Teluk Batang. Karena ini bukan main-main, untuk itu sebaiknya berkoordinasi dengan BMKG. Karena dari Pontianak maupun Rasau bisa saja berlabuh di Teluk Batang, karena itu sungai. Sedangkan jika menuju sukadana sudah melewati laut,” tutupnya. (dan)