Pedagang berupaya bangkit meski direcoki dengan pandemi Covid 19. Walau penghasilan mereka belum pulih, seperti sebelum virus korona meluluhlantakkan perekonomian dunia sejak dua tahun terakir ini. Apalagi, berdagang merupakan salah satu cara mereka untuk bertahan hidup.
Danang Prasetyo / SUKADANA
SEPERTI yang dirasakan oleh salah satu pemilik warung kopi Atek, di Sukadana, di jalan Bhayangkara ini mengaku mengalami penurunan pendapatan.
“Omset Rp200 ribu sehari saja sekarang sulit. Daya beli masyarakat menurun. Dimaklumi, karena covid semuanya serba susah. Terutama dari sisi perekonomian,” tutur Atek, kemarin.
Dikatakan dia, masyarakat Kayong Utara yang menggantungkan hidup dari bertani dan hasil laut memang tidak memberikan dampak besar kepada peningkatan ekonomi masyarakat, hal tersebut banyak disebabkan banyak faktor.
Diantaranya, ketersediaan pembeli yang siap menampung hasil tangkapan nelayan dengan harga yang layak. Kedua alat tangkap yang masih belum memadai.
“Ya beginilah, kita hanaya bisa jalani saja, mau diapakan lagi. Kita harus bagit,”ungkapnya.
Sementara itu, Rendi salah satu pedagang di temapat terpisah juga merasakan hal yang sama. Kadang-kadang dalam satu hari tidak ada pembeli yang duduk di warung kopinya.
“Kadang-kadang tak ade orang, mau bagaimana lagi. Saye lihat pun pedagang lain juga sama. Perekonomian menurun akibat adnaya pandemi. Tetapi kita harus tetap jalan. Kalau tidak, mau makan apa ?” ungkapnya.
Ia pun berharap, pendei Covid 19 ini dapat segera berakir. Salah satunya tentu menurut dia dengan tetap menerapka protokol kesehatan yang telah dianjurkan pemerintah.
“Ia tetentunya tetap menerapkan protokol kesehatan. Bersama-sama kita bis melawan Covid 19,” ungkapnya. (*)