Setahun sudah Bripka Budi Arie Tjahyadi menjalankan tugas perdamaian di Darfur, Sudan. Personel Polres Ketapang ini tergabung dalam African Union-United Nations Hybrid Operation in Darfur (Unamid) atau operasi gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)-Uni Afrika di Darfur.
AHMAD SOFI, Ketapang
SEBELUMNYA, Budi menjadi bagian dari Formed Police Unit (FPU) Indonesia sepanjang 2014 – 2015. Untuk kali kedua, pria kelahiran Serukam, 27 April 1983 itu berangkat ke Sudan pada 5 September 2020 dan tergabung dalam Satuan Tugas Garuda Bhayangkara (Garbha) II FPU 12 Unamid sebagai mekanik kendaraan bermotor (Ranmor). Tugasnya melakukan pemeliharaan dan perbaikan kendaraan milik kontingen Indonesia, maupun membantu perbaikkan kendaraan milik kontingen negara lain.
Kendaraan milik kontingen Indonesia di misi ini terdiri dari Mazda BT, Ambulans Ford, Land Cruiser 200, Truck KrazzUkraina, Barracuda, VGor, dan Forklift. Selain itu, alumni Politeknik Negeri Pontianak ini bersama mekanik ranmor lainnya melakukan bekap pekerjaan yang dilakukan mekanik genset, mekanik air conditioner, mekanik TI, dan mekanik water treatment, serta melaksanakan kegiatan penjagaan pos, patroli maupun pengawalan bersama pasukan platoon (peleton).
Budi berangkat bersama tiga personel Polda Kalbar lainnya, yaitu Iptu Priyono (Dit Sabhara), Brigadir Intan Septiana (Dit Intelkam), dan Brigadir Muhammad Riszki Alamsyah (Dit Krimum). Sebelumnya, mereka telah melalui seleksi oleh Staf Sumber Daya Manusia (SSDM) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Penugasan Khusus (Gassus) dan Divisi Hubungan Internasional (Hubinter) Polri di Jakarta.
Setiap tahun Polri mengirimkan delegasi pasukan ke Sudan dan Afrika Tengah untuk menjalankan misi perdamaian PBB. Kontingen FPU Indonesia memiliki peranan penting dalam misi tersebut. Sejak FPU pertama kali dikirim pada tahun 2008, saat ini merupakan FPU Unamid ke-12 yang telah diberangkatkan.
Budi mengatakan, Satgas Garbha II FPU 12 Unamid memulai tugas di Mission’s Temporary Operating Base (TOB) Golo, Darfur Tengah, Sudan, yang merupakan daerah pegunungan Jabbal Marra. Di mana daerah tersebut merupakan daerah paling rawan gangguan kamtibmas, dan juga harus menghadapi suhu udara yang ekstrim. Siang hari suhunya berkisar 16 derajat selcius, malam hari bisa sampai 3 derajat selcius.
Dia mengungkapkan, di kamp TOB, Satgas Garbha II FPU 12 Unamid bergabung dengan pasukan perdamaian dari negara lain, seperti Rwanda Defend Force (RDF) dan Cina Engineering Army. Selama di Golo, kegiatan mereka melakukan pengawalan UN staff, pengawalan distribusi world food ke pengungsian, serta kegiatan-kegiatan kemanusiaan, seperti memberikan bantuan ke masjid-masjid, membagikan masker, dan memberikan edukasi protokol kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Setelah tujuh bulan Satgas Garbha II FPU 12 Unamid bertugas di Golo, pada 29 Maret 2021 seluruh pasukan meninggalkan Golo TOB menuju ke Kota El Fasher. Perjalanan tersebut sangat berat dan berkesan, karena melewati pegunungan dengan medan yang ekstrem. Padang pasir yang luas dan jalan yang dilewati merupakan daerah kekuasaan milisi Janjawied yang sangat berbahaya.
“Butuh waktu enam hari lima malam. Alhamdulillah, seluruh pasukan Satgas Garbha II FPU 12 Indonesia tiba dengan selamat di Super Camp Elfasher. Berkat kesabaran, ketabahan dan kemahiran anggota yang dipimpin langsung Kasatgas FPU 12 Unamid, Kombes Pol Muh Fachry semua bisa dilalui,” ungkapnya.
Saat ini, Satgas Garbha II FPU 12 UNAMID melaksanakan tugas baru di Super Camp El Fasher, tidak jauh beda dengan tugas di Golo TOB. Di lokasi ini lebih fokus kepada pengamanan aset UN danstaf UN, karena sejak 31 Desember 2020, misi penjaga perdamaian Unamid di wilayah Darfur, Sudan, telah berakhir.
Setelah lebih dari 13 tahun beroperasi, pada 1 Januari 2021, pasukan militer dan personel polisi Unamid akan fokus memberikan keamanan untuk kegiatan penarikan, personel, dan aset misi dalam rangka penutupan misi dan likuiditas. “Pasukan militer dan polisi dipulangkan dari wilayah Sudan yang ditutup menjelang batas waktu penarikan 30 Juni lalu, dan hampir semua staf sipil dipisahkan dari misi tersebut,” paparnya.
Namun, karena UN meminta pasukan polisi terbaik untuk pengamanan masa likuiditas, sehingga hanya 360 personel Polisi Guard Unit yang tersisa di Unamid. “Alhamdulillah, saat ini pasukan Indonesia terpilih menjadi Guard Unit (UNGU/United Nations Guard Unit) sebanyak 140 personel, bersama FPU Pakistan 140 personel, dan FPU Nepal 80 personel,” ujarnya.
Kontingen FPU yang terdiri dari Indonesia, Pakistan dan Nepal, bertugas untuk melindungi staf PBB yang masih bekerja, dan aset PBB yang tersisa sampai masa likuiditas berakhir selambat-lambatnya pertengahan tahun depan. Meski tanggung jawab utama untuk keamanan berada di tangan Pemerintah Sudan.
Budi mengaku senang, bangga dan terkadang sedih dalam menjalankan misi. “Senang karena mendapatkan pengalaman berdinas di luar negeri. Bangga, karena bisa mengharumkan nama bangsa, institusi dan keluarga di dunia internasional. Sedih, karena harus terpisah dengan keluarga dengan fasilitas komunikasi yang sangat terbatas,” ungkapnya.
“Pengalaman paling berkesan selama mengikuti penugasan di Golo TOB, adalah melaksanakan pengawalan IPO (Individual Police Officer) ke desa-desa pengungsian. Medan jalan berbatuan dan pengunungan, sehingga pasukan Platoon yang mengawal di-backup oleh Team Mekanik dengan kendaraan recovery yang berfungsi untuk membantu apabila ada kendaraan yang mengalami trouble. Kemudian kita disambut oleh anak-anak yang berteriak Give me Yam Yam, Indonesian Tamam,” lanjut Budi.
Kesan selama menjalankan misi di Sudan ini adalah bangga menjadi warga negara Indonesia, dan bersyukur hidup di Indonesia dengan segala kelebihan dan kekurangannya setelah melihat keadaan masyarakat
di sini. “Selama masa pandemi Covid-19, Satgas Garbha II FPU 12 Unamid tetap mematuhi protokol kesehatan, dan menerapkan 3M saat melakukan patroli atau di posko,” tegas mantan loper koran Pontianak Post tersebut. (*)