25 C
Pontianak
Wednesday, March 29, 2023

Ajak Guru Peduli Lingkungan Berbasis Potensi Lokal

KETAPANG – Puluhan guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 12 Delta Pawan mengikuti workshop pendidikan lingkungan yang berbasis pada potensi lokal. Kegiatan yang digagas oleh Yayasan Palung ini dilaksanakan di SDN 12 Delta Pawan, Kamis (9/9) lalu.

Kepala SDN 12 Delta Pawan, Sunli, mengatakan tahun ini merupakan tahun kedua Yayasan Palung memberikan pelatihan guru di sekolahnya. Menurutnya, kegiatan ini sangat baik bagi guru-guru di sekolahnya. “Kami berharap dengan adanya pelatihan ini para guru juga bisa mentransfernya kepada siswa-siswi di sekolah untuk selalu peduli dengan lingkungan hidup yang kiranya boleh dipraktekan juga di lingkup terkecil, seperti di rumah dan di sekolah,” katanya.

Materi pertama menjelaskan tentang konservasi flora dan fauna Indonesia. Materi ini menjelaskan sekaligus mengajak peserta untuk mengenal flora dan fauna yang dilindungi di Indonesia. Para guru diajak untuk berperilaku yang mengacu kepada konservasi. Guru juga dikenalkan terhadap flora dan fauna yang memiliki status konservasi.

Materi kedua yakni tentang praktik keanekaragaman hayati. Tak hanya materi, tetapi juga melakukan praktek pengenalan keanekaragaman hayati yang ada di sekitar sekolah. Peserta dibagi menjadi lima kelompok dan melakukan pengamatan di lingkungan sekolah.

Baca Juga :  Dari Renovasi, hingga Bangun WC dan Pagar Gereja

Di hari berikutnya dilajutkan dengan materi tentang gaya hidup ramah lingkungan. Peserta diajak untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan seperti hemat energi, peduli terhadap sampah dan diet kantong plastik.

Pada materi terakhir, peserta diajak untuk Membuat Photosintesis Bacteria (PSB) yang merupakan cara membuat pupuk organik. Peserta diajak untuk praktik membuat pupuk organik dengan bahan utama seperti telur, micin dan air putih.

Manager Pendidikan Lingkungan Yayasan Palung, Dwi Yandhi Febriyanti, mengatakan kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas guru dalam pembelajaran pendidikan lingkungan yang berbasis pada potensi lokal.

“Kita sedang menghadapi menurunnya daya dukung lingkungan hidup dan perubahan iklim beserta akibat dan dampaknya. Di mana hal itu terjadi dikarenakan berkurangnya luasan hutan, tercemarnya perairan baik laut maupun sungai, sampah makin mengerikan, kepunahan spesies, dan lain-lain,” kata Yandhi.

Baca Juga :  Citimall Ketapang Ditutup Sementara

Yandhi menambahkan, bumi perlu pemulihan yang radikal, baik oleh manusia yang mendiaminya maupun oleh dirinya sendiri. Namun, manusia sangat berperan besar, karena dua sisi peran yang dimilikinya, yaitu sebagai penjaga atau perusak. “Pendidikan dalam bentuk apapun, termasuklah pendidikan lingkungan amat berperan dalam pembentukan cara berpikir dan perilaku manusia baik terhadap sesama manusia, mahluk hidup lainnya maupun dengan alam,” jelasnya.

Dia menegaskan, ada empat pilar belajar, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk bertoleransi (learning to live together), dan belajar untuk menjadi/terus berubah (learning to be).

“Bagaimana mewujudkan pendidikan yang dapat memberikan hasil pembelajaran yang demikian? Jawabannya bisa jadi tidak hanya satu, tetapi sudah pasti salah satunya itu adalah peningkatan kapasitas terus menerus seluruh warga belajar dalam hal pendidikan formal, yaitu guru dan siswa,” tegasnya. (afi)

KETAPANG – Puluhan guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 12 Delta Pawan mengikuti workshop pendidikan lingkungan yang berbasis pada potensi lokal. Kegiatan yang digagas oleh Yayasan Palung ini dilaksanakan di SDN 12 Delta Pawan, Kamis (9/9) lalu.

Kepala SDN 12 Delta Pawan, Sunli, mengatakan tahun ini merupakan tahun kedua Yayasan Palung memberikan pelatihan guru di sekolahnya. Menurutnya, kegiatan ini sangat baik bagi guru-guru di sekolahnya. “Kami berharap dengan adanya pelatihan ini para guru juga bisa mentransfernya kepada siswa-siswi di sekolah untuk selalu peduli dengan lingkungan hidup yang kiranya boleh dipraktekan juga di lingkup terkecil, seperti di rumah dan di sekolah,” katanya.

Materi pertama menjelaskan tentang konservasi flora dan fauna Indonesia. Materi ini menjelaskan sekaligus mengajak peserta untuk mengenal flora dan fauna yang dilindungi di Indonesia. Para guru diajak untuk berperilaku yang mengacu kepada konservasi. Guru juga dikenalkan terhadap flora dan fauna yang memiliki status konservasi.

Materi kedua yakni tentang praktik keanekaragaman hayati. Tak hanya materi, tetapi juga melakukan praktek pengenalan keanekaragaman hayati yang ada di sekitar sekolah. Peserta dibagi menjadi lima kelompok dan melakukan pengamatan di lingkungan sekolah.

Baca Juga :  Lestarikan Sumpit Lewat Turnamen

Di hari berikutnya dilajutkan dengan materi tentang gaya hidup ramah lingkungan. Peserta diajak untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan seperti hemat energi, peduli terhadap sampah dan diet kantong plastik.

Pada materi terakhir, peserta diajak untuk Membuat Photosintesis Bacteria (PSB) yang merupakan cara membuat pupuk organik. Peserta diajak untuk praktik membuat pupuk organik dengan bahan utama seperti telur, micin dan air putih.

Manager Pendidikan Lingkungan Yayasan Palung, Dwi Yandhi Febriyanti, mengatakan kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas guru dalam pembelajaran pendidikan lingkungan yang berbasis pada potensi lokal.

“Kita sedang menghadapi menurunnya daya dukung lingkungan hidup dan perubahan iklim beserta akibat dan dampaknya. Di mana hal itu terjadi dikarenakan berkurangnya luasan hutan, tercemarnya perairan baik laut maupun sungai, sampah makin mengerikan, kepunahan spesies, dan lain-lain,” kata Yandhi.

Baca Juga :  Awal Tahun Gasak 10 Motor

Yandhi menambahkan, bumi perlu pemulihan yang radikal, baik oleh manusia yang mendiaminya maupun oleh dirinya sendiri. Namun, manusia sangat berperan besar, karena dua sisi peran yang dimilikinya, yaitu sebagai penjaga atau perusak. “Pendidikan dalam bentuk apapun, termasuklah pendidikan lingkungan amat berperan dalam pembentukan cara berpikir dan perilaku manusia baik terhadap sesama manusia, mahluk hidup lainnya maupun dengan alam,” jelasnya.

Dia menegaskan, ada empat pilar belajar, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk bertoleransi (learning to live together), dan belajar untuk menjadi/terus berubah (learning to be).

“Bagaimana mewujudkan pendidikan yang dapat memberikan hasil pembelajaran yang demikian? Jawabannya bisa jadi tidak hanya satu, tetapi sudah pasti salah satunya itu adalah peningkatan kapasitas terus menerus seluruh warga belajar dalam hal pendidikan formal, yaitu guru dan siswa,” tegasnya. (afi)

Most Read

Artikel Terbaru