Beni merintis usaha penjualan roti srikaya dan rokupang di tengah pandemi covid-19. Jatuh bangun ia rasakan betul saat merintis usaha ini. Kini, meski pelan usahanya kembali bangkit
MIRZA AHMAD MUIN, Sungai Pinyuh
Usaha penjualan roti srikaya dan roti kukus panggang (rokupang) dirintis Beni di awal tahun 2020 lalu. Lokasinya berada di Cafe Bambu, Jalan Pendidikan, Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah.
Menjadi enterpreneur memang keinginan Beni. Ia yang juga karyawan disalah satu perusahaan Telekomunikasi besar Indonesia, sedari kecil bercita memiliki satu usaha yang bisa dikelola sendiri.
Berbekal modal tabungan hasil kerjanya, iapun memberanikan diri buat usaha kulineran. Menjual roti srikaya dan rokupang, dipilih karena dianggap di daerahnya tinggal belum banyak yang melakoni usaha ini.
Lagipula, tempat ia berjualan bersanding dengan kafe. Pikirnya, pengunjung yang santai di kafe sedikit banyak pasti akan membeli roti dagangannya buat pelengkap ngopi. Apa yang diprediksi ternyata benar. Penjualan rotinya moncer, namun hanya seminggu. Setelah itu badai covid melanda. Al hasil, usahanya yang baru buka dua bulan berjalan di tahun lalu, turut berimbas.
Jika di hari pertama, penjualan roti srikaya dan rokupang nya bisa tembus 200 butir. Setelah covid masuk, tepatnya seminggu usahanya dirintis, penjualan langsung buyar. “Usaha saya benar-benar diuji. Baru seminggu buka, Covid datang. Ini membuat saya pusing,” ujarnya.
Apalagi dengan kebijakan pemerintah membatasi aktivitas masyarakat. Tak ditutupi, penjualan roti srikaya mengalami penurunan tajam. Bahkan iapun sampai menutup sementara usahanya, karena mengikuti anjuran pemerintah untuk diam di rumah.
Ditambah tempat ia berjualan juga masih mengontrak. “Situasi saat itu, saya juga tidak bisa berbuat banyak. Tapi tak patah akal. Roti saya jual online. Walau sedikit, paling tidak ada yang laku,” kenangnya.
Beni menuturkan, penjualannya kini, berangsur stabil. Itu terjadi, seiring kebijakan pemerintah yang mulai kembali membuka aktivitas masyarakat. “Alhamdulillah, sekarang sehari bisa laku 150 roti,” ungkapnya kepada Pontianak Post.
Sedikit keuntungan kata dia, disisihkan buat tabungan uang kontrakan. Pikirnya, jika usaha ini maju, ke depan ia akan memperpanjang kontrak lokasi tempat ia berjualan.
Syukur sekarang, penjualan roti yang ia hargai Rp 3 ribu itu mulai kembali bergairah. Mudah-mudahan pandemi Covid-19 dapat segera tertangani. Dengan demikian, iapun semakin nyaman untuk berwirausaha. Tentunya tetap dengan mentaati protokol kesehatan tentang Covid-19. (*)