31.7 C
Pontianak
Monday, June 5, 2023

Prevalensi Stunting Tak Berubah

MEMPAWAH – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKN) Kalbar menggelar kegiatan Orientasi kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) dalam rangka peningkatan kualitas percepatan penurunan stunting di Kabupaten Mempawah. Kegiatan tersebut dibuka Bupati Mempawah, Erlina, Senin (29/11) pagi di Aula Wisma Chandramidi Mempawah.

“Terima kasih kepada BKKBN Kalbar yang telah menginisiasi kegiatan ini. Orientasi ini sangat positif dalam rangka meningkatkan kualitas TPK dalam rangka percepatan penurunan kasus stunting di Kabupaten Mempawah,” kata Erlina.

Erlina menjelaskan, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis pada 1.000 hari pertama kehidupan. Penyebabnya, kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang.

“Prevalensi stunting dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tidak menunjukan adanya perubahan yang signifikan. Kondisi ini menujukan perlunya penanganan yang serius terhadap persoalan stunting di Kabupaten Mempawah,” ungkap Erlina.

Padahal, menurut dia, penurunan stunting sangat penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan. Yakni, terhambatnya tumbuh kembang anak, bahkan stunting dapat mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal.

Baca Juga :  Batalkan Pernikahan Anak, Usman Dapat Penghargaan

“Situasi itu berisiko terhadap menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak rentan terhadap penyakit,” sebutnya.

Untuk pencapai penurunan stunting, lanjut Erlina, diperlukan intervensi yang terpadu mencakup intervensi gizi spesifik dan sensitif, termasuk juga pendekatan multi sektor melalui sinkronisasi program nasional, lokal dan masyarakat ditingkat pusat maupun daerah.

“Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, lingkungan sosial berkaitan dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak, akses pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan dan kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi,” paparnya.

Erlina mengungkapkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting. Yakni, pola asuh anak yang kurang baik sehingga mempengaruhi tumbuh kembang anak, pola makan anak yang ditandai dengan pengetahuan ibu dalam memberikan asupan makanan terhadap anak. Selanjutnya, pengetahuan orang tua terkait gizi yang ditandai dengan orang tua yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang gizi.

Baca Juga :  Pontianak Post dan FKIP Untan Latih Guru Menulis

“Berikutnya, kesehatan ibu baik dimasa remaja maupun kehamilan sangat mempengaruhi kondisi anak yang dilahirkan. Faktor kesehatan anak sangat penting sebagai upaya penurunan revalensi stunting, partisipasi di posyandu akan memantau tumbuh kembang anak dengan baik. Serta, faktor lingkungan berkaitan dengan kesehatan lingkungan serta pemberian asi secara ekslusif,” urainya.

Karena itu, Erlina mengatakan, penanganan stunting bukan perkara mudah. Diperlukan dukungan dan kerjasama seluruh elemen masyarakat. Agar, stunting di Kabupaten Mempawah dapat ditekan sekecil mungkin.

“Kegiatan orientasi kader tim pendamping keluarga ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader pendamping keluarga termasuk pula pendampingan terhadap calon pengantin, ibu hamil, menyusui dilingkungannya masing-masing,” pungkasnya.(wah)

MEMPAWAH – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKN) Kalbar menggelar kegiatan Orientasi kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) dalam rangka peningkatan kualitas percepatan penurunan stunting di Kabupaten Mempawah. Kegiatan tersebut dibuka Bupati Mempawah, Erlina, Senin (29/11) pagi di Aula Wisma Chandramidi Mempawah.

“Terima kasih kepada BKKBN Kalbar yang telah menginisiasi kegiatan ini. Orientasi ini sangat positif dalam rangka meningkatkan kualitas TPK dalam rangka percepatan penurunan kasus stunting di Kabupaten Mempawah,” kata Erlina.

Erlina menjelaskan, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis pada 1.000 hari pertama kehidupan. Penyebabnya, kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang.

“Prevalensi stunting dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tidak menunjukan adanya perubahan yang signifikan. Kondisi ini menujukan perlunya penanganan yang serius terhadap persoalan stunting di Kabupaten Mempawah,” ungkap Erlina.

Padahal, menurut dia, penurunan stunting sangat penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan. Yakni, terhambatnya tumbuh kembang anak, bahkan stunting dapat mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal.

Baca Juga :  Wabup Akui Mempawah Hilir Lumbung Qari dan Qariah

“Situasi itu berisiko terhadap menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak rentan terhadap penyakit,” sebutnya.

Untuk pencapai penurunan stunting, lanjut Erlina, diperlukan intervensi yang terpadu mencakup intervensi gizi spesifik dan sensitif, termasuk juga pendekatan multi sektor melalui sinkronisasi program nasional, lokal dan masyarakat ditingkat pusat maupun daerah.

“Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, lingkungan sosial berkaitan dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak, akses pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan dan kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi,” paparnya.

Erlina mengungkapkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting. Yakni, pola asuh anak yang kurang baik sehingga mempengaruhi tumbuh kembang anak, pola makan anak yang ditandai dengan pengetahuan ibu dalam memberikan asupan makanan terhadap anak. Selanjutnya, pengetahuan orang tua terkait gizi yang ditandai dengan orang tua yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang gizi.

Baca Juga :  Pontianak Post dan FKIP Untan Latih Guru Menulis

“Berikutnya, kesehatan ibu baik dimasa remaja maupun kehamilan sangat mempengaruhi kondisi anak yang dilahirkan. Faktor kesehatan anak sangat penting sebagai upaya penurunan revalensi stunting, partisipasi di posyandu akan memantau tumbuh kembang anak dengan baik. Serta, faktor lingkungan berkaitan dengan kesehatan lingkungan serta pemberian asi secara ekslusif,” urainya.

Karena itu, Erlina mengatakan, penanganan stunting bukan perkara mudah. Diperlukan dukungan dan kerjasama seluruh elemen masyarakat. Agar, stunting di Kabupaten Mempawah dapat ditekan sekecil mungkin.

“Kegiatan orientasi kader tim pendamping keluarga ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader pendamping keluarga termasuk pula pendampingan terhadap calon pengantin, ibu hamil, menyusui dilingkungannya masing-masing,” pungkasnya.(wah)

Most Read

Artikel Terbaru