SAMBAS – Petani hidroponik menyambut baik instalasi panel surya pada sistem hidroponik yang dibuat Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Program Studi Teknik Mesin Pertanian Politeknik Negeri Sambas (Poltesa) yang diketuai Iklas Sanubary, beranggotakan Pande PA, Santoso dan Diah Mahmuda dibantu sejumlah mahasiswa.
Diharapkan alat yang dibuat tersebut, akan membantu pemenuhan kebutuhan suplai listrik yang digunakan dalam sistem perkebunan hidroponik. Lantaran selama ini biaya listrik yang dikeluarkan lumayan besar, belum lagi menjadi masalah jika ada listrik padam.
Deny, pelaku usaha pertanian hidroponik di Desa Dalam Kaum Kabupaten Sambas menyambut baik apa yang dilakukan PKM Prodi Teknik Mesin Pertanian Poltesa. Lantaran selama ini, permasalahan yang dihadapi dalam pertanian teknik hidroponik adalah konsumsi listrik. “Pompa air untuk mengalirkan air dan nutrisi ke tanaman harus tetap menyala selama 24 jam, sehingga diperlukan daya listrik yang lumayan besar,” kata Deny.
Belum lagi, sebut Deny, jika listrik padam, akibatnya pompa air tidak menyala dan tanaman tidak mendapatkan suplai air dan nutrisi. Lebih rawan lagi, jika listrik mati itu terjadi pada siang, tanaman cepat layu.
Deny dan petani hidroponik selama ini menggunakan listrik dari PLN sebagai sumber penggerak pompa air. Sehingga berdampak pada stabilitas tegangan listrik di rumah dan biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar tagihan listrik.
Melihat kondisi yang dihadapi Deny dan petani hidroponik tersebut, pada Sabtu (11/9) PKM Prodi Teknik Mesin Pertanian Poltesa membuat instalasi panel surya pada sistem hidroponik dilahan milik Deny di Desa Dalam Kaum.
Tim PKM Poltesa dibantu beberapa mahasiswa membuat instalasi panel surya yang berukuran 100 WP pada sistem hidroponik, dilengkapi AKI 12V 10 Ah yang berfungsi sebagai penyimpan energi yang dihasilkan panel surya. “Secara sederhana, cara kerja panel surya adalah dengan menyerap cahaya matahari dan menampung energi yang dihasilkan kedalam sebuah aki. Sistem bisa berjalan meski di sore ataupun malam hari, atau ketika kondisi hujan,” kata Iklas Sanubary. Alat tersebut, dipasang kabel yang terintegrasi ke instalasi listrik, sehingga listrik dikonsumsi misalnya ketika menyalakan pompa air, secara otomatis tenaga listriknya diambil dari aki.
Listrik yang dihasilkan itulah digunakan petani hidroponik sebagai penggerak pompa air. “Hasil dari pemanfaatan teknologi tenaga surya tersebut diharapkan mampu mengatasi permasalahan konsumsi listrik. Energi listrik yang digunakan untuk menggerakan pompa nantinya berasal dari energi listrik yang dihasilkan panel surya,” kata Iklas.
Tim PKM juga mensosialisasikan cara menggunakan dan merawat panel surya, yang disampaikan Anggota Tim, Pande PA dan Santoso. “Listrik yang dihasilkan panel surya tegangan DC sehingga semua peralatan listrik yang digunakan harus DC ,” kata Pande. Kemudian cukup membersihkan panel surya dengan kain jika kotor, dan cek fungsi solar controller serta aki. Jika rutin perawatannya panel surya ini bisa bertahan sampai 10 tahun.(fah)