23.9 C
Pontianak
Monday, June 5, 2023

Dua PDP Covid-19 Meninggal

Pasien di Ketapang Peserta Ijtima di Malaysia 

SAMBAS – Dua Pasien Dalam Pengawasan (PDP) terkait Covid-19 yang dirawat di Kalimantan Barat meninggal dunia. Satu PDP dirawat di RSUD Agoesdjam Ketapang. Sementara satu PDP lainnya dirawat di RSUD Sambas.

PDP yang di Ketapang dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (27/3) petang. Pasien ini sebelumnya berstatus orang dalam pemantauan (ODP). Laki-laki berusia 45 tahun tersebut meninggal setelah menjalani isolasi mandiri di Kelurahan Kauman Kecamatan Benua Kayong. Sebelum meninggal dunia, yang bersangkutan mengalami sesak nafas.

Kepala Dinas Kesehatan Ketapang, Rustami, mengatakan pasien tersebut merupakan warga Desa Pulau Kumbang, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara. Dia diisolasi mandiri di salah satu masjid di Kelurahan Kauman Kecamatan Benua Kayong. Warga tersebut termasuk rombongan yang datang dari kegiatan Ijtima’ di Malaysia kloter ke-2. “Yang bersangkutan tiba di Ketapang tanggal 20 Maret 2020 menggunakan jalan darat,” kata Rustami, kemarin (28/3).

Setibanya di Ketapang, lanjut Rustami, yang bersangkutan memeriksakan diri ke Puskesmas Tuan Tuan, Kecamatan Benua Kayong dan mengaku sudah menjalani karantina di Kuching, Malaysia, selama 14 hari sebelum pulang ke Indonesia.

“Saat datang ke Puskesmas, yang bersangkutan mengaku batuk dan pilek serta demam tetapi tidak mengalami sesak napas. Riwayat penyakit dahulu seperti hipertensi, diabetes dan lainnya disangkal oleh dia,” jelas Rustami.

Dari hasil pemeriksaan di puskesmas pada 20 Maret, tekanan darah yang bersangkutan 120/90 dengan suhu tubuh 36 derajat. Pihak puskesmas memberikan obat sesuai dengan keluhan. Ia pun ditetapkan sebagai ODP dan dilakukan karantina rumah di Kauman, Benua Kayong. “Pada 21 Maret, demamnya sudah mulai berkurang, batuk dan pilek masih ada, tapi tidak sesak napas,” ungkapnya.

Di hari kedua dan ketiga, yang bersangkutan sudah tidak demam lagi. Namun masih batuk dan pilek. Di hari keempat, batuk dan pileknya sudah berkurang. Di hari kelima, ia mulai mengeluhkan nyeri pinggang. Petugas pun menambahkan analgesik, vitamin dan pengencer dahak. “Di hari keenam hanya batuk berdahak,” ungkapnya.

Kondisi kesehatan pasien tersebut mulai memburuk di hari ketujuh. Pada Jumat (27/3) sekitar pukul 11.00 WIB, ia mengalami sesak napas, terutama saat berbaring, batuk berdahak dan nyeri ulu hati. Sekitar pukul 15.50 WIB, ia semakin sesak nafas. Pasien pun dibawa ke RSUD dr Agoesdjam Ketapang menggunakan APD (alat pelindung diri) lengkap pada pukul 17.52 WIB.

Baca Juga :  Siaga Ledakan Kasus, 60 Persen Tempat Tidur di RS Terisi

“Yang bersangkutan mengalami sesak nafas dan dirujuk ke RSUD dr Agoesdjam Ketapang pada pukul 17.52 WIB. Setelah melalui pemeriksaan, yang bersangkutan ditetapkan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Lalu jam 18.35 WIB dinyatakan meninggal dunia,” ungkap Rustami.

Ia menambahkan, penanganan jenazah yang bersangkutan dilakukan sesuai prosedur penanganan Covid-19. Petugas memakamkan jenazahnya menggunakan APD lengkap di Kelurahan Payak Kumang Kecamatan Delta Pawan pada Jumat (27/3) malam.

Sementara itu, lokasi yang dijadikan sebagai tempat isolasi pasien tersebut merupakan masjid yang berada di pondok pesantren (ponpes). Di ponpes itu terdapat belasan santri. “Penanganan terhadap santri yang berada di pondok pesantren akan terus dipantau. Semua santri dijadikan ODP. Kemungkinan akan diisolasi di pondok pesantren. Konsepnya seperti itu, tapi finalnya menunggu hasil pengecekan langsung di lapangan. Termasuk mendata berapa jumlah santri dan orang yang melakukan kontak dengan korban,” papar Rustami.

Sementara itu, Sekda Ketapang, Farhan, mengatakan pihaknya berencana akan membentuk tim relawan penanganan korban meninggal terkait Covid-19 di Ketapang. Dia mengaku, sangat perlu untuk membentuk tim yang memang khusus menangani jenazah dalam kasus Covid-19. “Akan kami persiapkan. Saat ini sedang kami koordinasikan untuk merekrut relawan. Dalam tim gugus tugas Covid-19 ini, memang diperlukan adanya relawan yang memang khusus menangani jenazah terkait Covid-19,” kata Farhan.

Tidak hanya itu, pihaknya juga berencana untuk menyiapkan tempat untuk penanganan kasus Covid-19 di Ketapang. Di antaranya untuk tempat isolasi dan karantina bagi ODP. “Kami akan mencoba untuk meminjam gedung BSM yang ada di Jalan Lingkar Kota, karena gedung tersebut tidak digunakan,” ungkapnya.

Farhan menegaskan, Pemda Ketapang terus berupaya untuk mengantisipasi Covid-19. Bersama dengan relawan, pihaknya terus berupaya untuk mencegah meluasnya penularan. “Kami mengimbau dan menginstruksikan agar kegiatan kemasyarakatan untuk dihindari sementara waktu. Termasuk juga warung dan toko yang mengundang kerumunan orang ramai untuk dihentikan sementara waktu. Kita menginginkan masyarakat sadar. Covid-19 ini tidak kelihatan, tidak ada tanda-tanda yang nyata. Kalau gatal itu bisa kita garuk, tapi kalau Covid-19 tidak kelihatan dan tidak terasa,” imbaunya.

“Sekali lagi kami mohon dan meminta kepada masyarakat, untuk sementara waktu mengurangi kegiatan yang melibatkan orang ramai. Jika ingin membeli makanan, dibeli dan dibawa pulang,” tambahnya.

Sekretaris Daerah Kayong Utara, Hilaria Yusnani, membenarkan jika seorang pasien yang meninggal di RSUD dr Agoesdjam Ketapang pada Jumat (27/3), merupakan warga Kayong Utara. Yang bersangkutan merupakan salah satu dari rombongan majelis taklim yang melaksanakan kegiatan ijtima di Malaysia.

Baca Juga :  71 Kasus Terungkap saat Operasi Pekat

“Ia memang benar itu warga Kayong Utara, sempat dirawat di RSUD dr Agoesdjam Ketapang. Pasien itu baru pulang dari majelis taklim melaksanakan kegiatan ijtima di Malaysia,” terang Hilaria Yusnani jepada Pontianak Post, Sabtu (28/4).

Menurutnya, meninggalnya warga Kayong Utara itu belum bisa dipastikan karena virus corona (Covid 19). Sebab, kabarnya hasil lab pasien tersebut belum keluar. “Hasil labnya sampai sekarang belum keluar, dan belum bisa dipastikan warga Kayong Utara meninggal karena virus corona. Jenazah sudah dimakamkan di Ketapang,” tutupnya.

Sedangkan untuk PDP di Sambas, yang bersangkutan memiliki penyakit bawaan kanker. “Sudah beberapa hari ini dirawat, kemudian dari hasil rapid test negatif,” kata dr Fatah Maryunani, Kepala Dinas Kesehatan yang juga Juru Bicara Gugus Tugas Covid 19 Kabupaten Sambas, Sabtu (28/3).

Menurutnya, yang bersangkutan dirawat dan ditetapkan menjadi PDP, lantaran mengalami batuk, pilek, demam dan sesak nafas dan ada penyakit lain yakni kanker. Selain itu ada riwayat perjalanan ke luar negeri yang negara tersebut sudah terpapar covid 19.

“Bahkan saat masuk ke RS, kondisinya cukup parah, dan beberapa kali drops, karena komplikasi penyakit yang dideritanya, yakni kanker,” katanya. Meski demikian, perawatan yang bersangkutan tetap dilakukan sesuai dengan protap terkait Covid-19 yang ada, termasuk saat dinyatakan meninggal dunia.

“Kami menangani pasien termasuk jenazahnya sesuai protap, karena pertimbangan kehati-hatian. Jenazah dikembalikan ke keluarga dengan pengawalan polisi dan TNI yang nantinya juga menyampaikan penjelasan kepada keluarga jenazah,” katanya. Pihak keluarga atau tetangga terdekat juga diimbau untuk selalu berhati-hati dalam menangani jenazah.

Pasien yang berjenis kelamin perempuan berusia sekitar 51 tahun tersebut, belum sempat di-swab saat berada di rumah sakit. Jadi, belum diketahui secara pasti apakah positif atau tidak, oleh karenanya bisa saja ini dikarenakan penyakit kanker yang dideritanya.

“Pasien dirawat di RSUD sudah memasuki hari ketiga. Karena ada komplikasi kanker juga, kemungkinan menjadi penyebab meninggalnya pasien,” katanya. Saat ini, PDP yang dirawat di RSUD Sambas berjumlah tiga orang. Sementara untuk di seluruh Kabupaten Sambas, yang ODP sebanyak 662 dan PDP tiga orang. (fah/afi/dan)

Pasien di Ketapang Peserta Ijtima di Malaysia 

SAMBAS – Dua Pasien Dalam Pengawasan (PDP) terkait Covid-19 yang dirawat di Kalimantan Barat meninggal dunia. Satu PDP dirawat di RSUD Agoesdjam Ketapang. Sementara satu PDP lainnya dirawat di RSUD Sambas.

PDP yang di Ketapang dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (27/3) petang. Pasien ini sebelumnya berstatus orang dalam pemantauan (ODP). Laki-laki berusia 45 tahun tersebut meninggal setelah menjalani isolasi mandiri di Kelurahan Kauman Kecamatan Benua Kayong. Sebelum meninggal dunia, yang bersangkutan mengalami sesak nafas.

Kepala Dinas Kesehatan Ketapang, Rustami, mengatakan pasien tersebut merupakan warga Desa Pulau Kumbang, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara. Dia diisolasi mandiri di salah satu masjid di Kelurahan Kauman Kecamatan Benua Kayong. Warga tersebut termasuk rombongan yang datang dari kegiatan Ijtima’ di Malaysia kloter ke-2. “Yang bersangkutan tiba di Ketapang tanggal 20 Maret 2020 menggunakan jalan darat,” kata Rustami, kemarin (28/3).

Setibanya di Ketapang, lanjut Rustami, yang bersangkutan memeriksakan diri ke Puskesmas Tuan Tuan, Kecamatan Benua Kayong dan mengaku sudah menjalani karantina di Kuching, Malaysia, selama 14 hari sebelum pulang ke Indonesia.

“Saat datang ke Puskesmas, yang bersangkutan mengaku batuk dan pilek serta demam tetapi tidak mengalami sesak napas. Riwayat penyakit dahulu seperti hipertensi, diabetes dan lainnya disangkal oleh dia,” jelas Rustami.

Dari hasil pemeriksaan di puskesmas pada 20 Maret, tekanan darah yang bersangkutan 120/90 dengan suhu tubuh 36 derajat. Pihak puskesmas memberikan obat sesuai dengan keluhan. Ia pun ditetapkan sebagai ODP dan dilakukan karantina rumah di Kauman, Benua Kayong. “Pada 21 Maret, demamnya sudah mulai berkurang, batuk dan pilek masih ada, tapi tidak sesak napas,” ungkapnya.

Di hari kedua dan ketiga, yang bersangkutan sudah tidak demam lagi. Namun masih batuk dan pilek. Di hari keempat, batuk dan pileknya sudah berkurang. Di hari kelima, ia mulai mengeluhkan nyeri pinggang. Petugas pun menambahkan analgesik, vitamin dan pengencer dahak. “Di hari keenam hanya batuk berdahak,” ungkapnya.

Kondisi kesehatan pasien tersebut mulai memburuk di hari ketujuh. Pada Jumat (27/3) sekitar pukul 11.00 WIB, ia mengalami sesak napas, terutama saat berbaring, batuk berdahak dan nyeri ulu hati. Sekitar pukul 15.50 WIB, ia semakin sesak nafas. Pasien pun dibawa ke RSUD dr Agoesdjam Ketapang menggunakan APD (alat pelindung diri) lengkap pada pukul 17.52 WIB.

Baca Juga :  Kejati Peduli Warga Diujung Negeri

“Yang bersangkutan mengalami sesak nafas dan dirujuk ke RSUD dr Agoesdjam Ketapang pada pukul 17.52 WIB. Setelah melalui pemeriksaan, yang bersangkutan ditetapkan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Lalu jam 18.35 WIB dinyatakan meninggal dunia,” ungkap Rustami.

Ia menambahkan, penanganan jenazah yang bersangkutan dilakukan sesuai prosedur penanganan Covid-19. Petugas memakamkan jenazahnya menggunakan APD lengkap di Kelurahan Payak Kumang Kecamatan Delta Pawan pada Jumat (27/3) malam.

Sementara itu, lokasi yang dijadikan sebagai tempat isolasi pasien tersebut merupakan masjid yang berada di pondok pesantren (ponpes). Di ponpes itu terdapat belasan santri. “Penanganan terhadap santri yang berada di pondok pesantren akan terus dipantau. Semua santri dijadikan ODP. Kemungkinan akan diisolasi di pondok pesantren. Konsepnya seperti itu, tapi finalnya menunggu hasil pengecekan langsung di lapangan. Termasuk mendata berapa jumlah santri dan orang yang melakukan kontak dengan korban,” papar Rustami.

Sementara itu, Sekda Ketapang, Farhan, mengatakan pihaknya berencana akan membentuk tim relawan penanganan korban meninggal terkait Covid-19 di Ketapang. Dia mengaku, sangat perlu untuk membentuk tim yang memang khusus menangani jenazah dalam kasus Covid-19. “Akan kami persiapkan. Saat ini sedang kami koordinasikan untuk merekrut relawan. Dalam tim gugus tugas Covid-19 ini, memang diperlukan adanya relawan yang memang khusus menangani jenazah terkait Covid-19,” kata Farhan.

Tidak hanya itu, pihaknya juga berencana untuk menyiapkan tempat untuk penanganan kasus Covid-19 di Ketapang. Di antaranya untuk tempat isolasi dan karantina bagi ODP. “Kami akan mencoba untuk meminjam gedung BSM yang ada di Jalan Lingkar Kota, karena gedung tersebut tidak digunakan,” ungkapnya.

Farhan menegaskan, Pemda Ketapang terus berupaya untuk mengantisipasi Covid-19. Bersama dengan relawan, pihaknya terus berupaya untuk mencegah meluasnya penularan. “Kami mengimbau dan menginstruksikan agar kegiatan kemasyarakatan untuk dihindari sementara waktu. Termasuk juga warung dan toko yang mengundang kerumunan orang ramai untuk dihentikan sementara waktu. Kita menginginkan masyarakat sadar. Covid-19 ini tidak kelihatan, tidak ada tanda-tanda yang nyata. Kalau gatal itu bisa kita garuk, tapi kalau Covid-19 tidak kelihatan dan tidak terasa,” imbaunya.

“Sekali lagi kami mohon dan meminta kepada masyarakat, untuk sementara waktu mengurangi kegiatan yang melibatkan orang ramai. Jika ingin membeli makanan, dibeli dan dibawa pulang,” tambahnya.

Sekretaris Daerah Kayong Utara, Hilaria Yusnani, membenarkan jika seorang pasien yang meninggal di RSUD dr Agoesdjam Ketapang pada Jumat (27/3), merupakan warga Kayong Utara. Yang bersangkutan merupakan salah satu dari rombongan majelis taklim yang melaksanakan kegiatan ijtima di Malaysia.

Baca Juga :  Kades Harus Tahu Jumlah Warga Miskin

“Ia memang benar itu warga Kayong Utara, sempat dirawat di RSUD dr Agoesdjam Ketapang. Pasien itu baru pulang dari majelis taklim melaksanakan kegiatan ijtima di Malaysia,” terang Hilaria Yusnani jepada Pontianak Post, Sabtu (28/4).

Menurutnya, meninggalnya warga Kayong Utara itu belum bisa dipastikan karena virus corona (Covid 19). Sebab, kabarnya hasil lab pasien tersebut belum keluar. “Hasil labnya sampai sekarang belum keluar, dan belum bisa dipastikan warga Kayong Utara meninggal karena virus corona. Jenazah sudah dimakamkan di Ketapang,” tutupnya.

Sedangkan untuk PDP di Sambas, yang bersangkutan memiliki penyakit bawaan kanker. “Sudah beberapa hari ini dirawat, kemudian dari hasil rapid test negatif,” kata dr Fatah Maryunani, Kepala Dinas Kesehatan yang juga Juru Bicara Gugus Tugas Covid 19 Kabupaten Sambas, Sabtu (28/3).

Menurutnya, yang bersangkutan dirawat dan ditetapkan menjadi PDP, lantaran mengalami batuk, pilek, demam dan sesak nafas dan ada penyakit lain yakni kanker. Selain itu ada riwayat perjalanan ke luar negeri yang negara tersebut sudah terpapar covid 19.

“Bahkan saat masuk ke RS, kondisinya cukup parah, dan beberapa kali drops, karena komplikasi penyakit yang dideritanya, yakni kanker,” katanya. Meski demikian, perawatan yang bersangkutan tetap dilakukan sesuai dengan protap terkait Covid-19 yang ada, termasuk saat dinyatakan meninggal dunia.

“Kami menangani pasien termasuk jenazahnya sesuai protap, karena pertimbangan kehati-hatian. Jenazah dikembalikan ke keluarga dengan pengawalan polisi dan TNI yang nantinya juga menyampaikan penjelasan kepada keluarga jenazah,” katanya. Pihak keluarga atau tetangga terdekat juga diimbau untuk selalu berhati-hati dalam menangani jenazah.

Pasien yang berjenis kelamin perempuan berusia sekitar 51 tahun tersebut, belum sempat di-swab saat berada di rumah sakit. Jadi, belum diketahui secara pasti apakah positif atau tidak, oleh karenanya bisa saja ini dikarenakan penyakit kanker yang dideritanya.

“Pasien dirawat di RSUD sudah memasuki hari ketiga. Karena ada komplikasi kanker juga, kemungkinan menjadi penyebab meninggalnya pasien,” katanya. Saat ini, PDP yang dirawat di RSUD Sambas berjumlah tiga orang. Sementara untuk di seluruh Kabupaten Sambas, yang ODP sebanyak 662 dan PDP tiga orang. (fah/afi/dan)

Most Read

Artikel Terbaru