23.9 C
Pontianak
Monday, June 5, 2023

Menang Kontes, Dijaga Karena Menjaga Alam

Nama Dusun Jemongko mulai dikenal sejak buah durian asal daerah tersebut menjuarai kontes durian se-Kalbar 2019 lalu. Itu pula yang membuat asa warga semakin tinggi mempertahankan pohon durian. Seperti apa euforia warga di sana, saat musim durian awal Agustus ini. Berikut laporannya. 

IDIL AQSA AKBARY, Sanggau

Matahari belum tampak ketika Salfinus Salimin turun ke kebun atau tembawang, tak jauh dari rumahnya di Dusun Jemongko, Desa Kuala Dua, Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, Selasa (3/8). Kabut masih menyelimuti hutan lebat yang dipenuhi puluhan pohon durian setinggi 10 sampai 15 meter itu. Pagi itu waktunya panen.

Salimin begitu ia disapa, mulai mengumpulkan buah durian yang berjatuhan sejak malam. Seorang diri ia mendatangi satu per satu pohon, dari sekitar 50 pohon durian yang ada di tempatnya. Sampai matahari sudah tampak dan cahayanya mulai menerangi tanah dari celah pepohonan, saat itulah ia berhenti.

Buah durian kemudian dikumpulkan di pondok kayu sederhana beratap daun. Setelah itu, buah-buah tadi dipilih dan dimasukkan ke dua keranjang yang menempel di motor bebekanya. Sampai keranjangnya penuh, maka durian siap diantar. “Jadi saya mengambil durian dari pukul 06.00 sampai 09.00, kemudian jam 11.00 baru diantar ke pengepul,” ujar pria 45 tahun itu.

Durian sebanyak 20-an buah yang dibawanya menggunakan sepeda motor itu adalah durian pilihan. Beberapa tahun terakhir, pasca ia menjuarai kontes durian se-Kalbar, ia dipercaya menjadi salah satu penyuplai, dari seorang pengusaha durian asal Kota Pontianak. Durian pilihan itu nanti akan dikemas secara modern untuk dipasarkan atau dijual ke luar daerah.

Dari total sekitar 50 pohon miliknya, hanya ada enam pohon yang termasuk durian unggul. Salah satunya, pohon durian yang berhasil mengantarkannya menjadi juara di tahun 2019 lalu. Menurut Salimin perbedaan antara durian unggul dengan yang biasa, secara sederhana bisa dilihat dari warna. Durian tersebut dikenal masyarakat di sana dengan isinya yang berwarna kuning.

Durian unggul dengan isi berwarna kuning dan tebal itulah yang kini juga dikenal dengan sebutan Durian Jemongko. Salimin berharap durian yang diambil dari nama dusun setempat itu bisa semakin dikenal. “Di sini Durian Jemongko, jadi ada namanya, bukan hanya (durian) balai (Balai Karangan) saja yang dikenal,” katanya.

Sudah 16 tahun Salimin menjalani aktivitas jual beli durian di Jemongko. Hanya saja khusus untuk durian isi kuning, baru ia geluti sekitar dua tahun belakangan. Karena buah pilihan, paling banyak dalam satu kali antar, ia hanya membawa sekitar 20 buah saja untuk jenis yang unggul. Ukurannya juga tidak begitu besar, per buah rata-rata hanya sebesar dua sampai empat kepal tangan orang dewasa saja.

Baca Juga :  Rumah Pupuk Organik Ubah Kulit Durian jadi Pupuk

Selain yang unggul, ayah empat anak itu juga menjual durian yang isi putih atau yang biasa. Durian itu dijemput oleh pembeli yang sudah berlangganan dengan dirinya untuk dijual kembali ke Kota Pontianak. Meski ada perbedaan antara durian yang isi warna kuning dengan putih, soal rasa tetap kembali ke selera masing-masing. Mau yang kuning atau putih, yang jelas, durian asal Jemongko sudah terbukti enak dari durian asal daerah lain. Itulah mengapa durian asal daerah tersebut banyak yang menjadi juara saat kontes.

Dalam satu tahun, panen durian terbesar di tempatnya hanya satu sekali. Di saat musim durian itulah ia bisa mendapat penghasilan lebih untuk mencukup kebutuhan keluarga. Salimin mengatakan, warga Jemongko harus bangga karena memiliki durian dengan isi berwarna kuning yang mulai terkenal.

“Jangan disia-siakan, durian kuning itu (bukan) tidak ada harga (murah), baru sekarang durian kuning Jemongko ini terkenal. Itu maksud saya, jadi petani (durian) itu harus berhasil dan durian jangan ditebang,” pesannya.

Di tempat berbeda, ratusan buah durian terhampar di teras rumah Yohanes Alex, Selasa (3/8) pagi. Ia dan lima orang rekannya sedang sibuk memilah buah musiman tersebut. Dari satu tumpukan besar buah durian, dipisahkan lagi menjadi beberapa tumpukan kecil. Durian dikelompokkan sesuai dengan ukuran yang hampir sama.

Sejak seminggu terakhir warga di Dusun Jemongko itu tengah banjir orderan. Sebagai pengepul ia bisa mengambil durian, hasil dari 10 sampai 20 orang petani. Durian dikumpulkan dua kali sehari, pada pagi dan sore hari. “Lalu (durian) kami muat ke mobil, untuk dikirim ke Pontianak,” katanya.

Menurut pria 39 tahun itu, awal Agustus 2021 ini bukan termasuk musim durian yang lebat. Akan tetapi jumlah buah yang bisa dijual sudah cukup banyak. Dalam sekali kirim untuk pagi hari misalnya, bisa sampai sekitar 1.200 buah yang dibawa. Belum untuk sore harinya. “Kalau kami untuk pagi ini (Selasa) karena buah duriannya juga agak berkurang, jadi kami berkisar 700-800 buah per pagi, belum sorenya,” ujarnya.

Ayah dua anak itu sudah 10 tahunan menjadi pengepul buah durian di Dusun Jemongko. Meski termasuk varietas lokal, Durian Jemongko menurut Alex, bisa dibilang yang terbaik dari durian lain di Kalbar. “Untuk rasa duriannya mungkin tidak ada tandingannya khusus di Kalbar. Dari teksturnya, lembutnya, lunaknya, mungkin selama saya merasa durian, durian Jemongko ini belum ada tandingan,” katanya.

Baca Juga :  Durian Kalbar Diminati Pasar Internasional

Selain rasa, isi durian ini juga tebal. Karena isinya tebal, otomatis beratnya juga tinggi. Ukuran paling besar bisa mencapai bobot sekitar tujuh sampai delapan kilogram untuk satu buahnya. Kualitas yang terjamin serta penghargaan dari kontes yang pernah didapat, diharapkan bisa semkain memperbaiki harga Durian Jemongko.

Paling tidak petani atau warga setempat yang menggantungkan hidupanya dari pohon durian bisa semakin sejahtera. “Sekarang masalah harga masih belum maksimal. Tapi kami punya misi agar Durian Jemongko ini semakin dikenal, karena sudah terbukti,” ucapnya.

Baik Alex maupun Salimin sama-sama berharap warga di daerah mereka selalu menjaga pohon durian yang ada. Apalagi buah durian yang tumbuh di sepanjang bantaran Sungai Sekayam itu sudah terkenal kelezatannya.

Terlebih bagi Salimin, sebagai mantan juara kontes buah durian, ia merasa memiliki tanggung jawab lebih untuk mempertahankan pohon durian miliknya. Meski kondisi saat ini banyak pula warga yang beralih usaha ke perkebunan, salah satunya sawit, Salimin tetap akan menjadi petani durian.

“Durian itu berharga, maka saya sayang menebangnya. Harus dirawat, bahkan ada yang dari Pontianak mencari pucuknya (untuk dibudidayakan),” katanya.

Warga lainnya Adenan Suaji juga memiliki pemikiran serupa. Ia berpendapat menjaga pohon durian lebih mudah dibanding pohon yang lain. Ketika musim panen misalnya, tak perlu ia mengeluarkan uang operasional untuk proses pengumpulan durian. Pria 58 tahun itu cukup menunggu buah jatuh lalu memungutnya. “Durian kan bisa jatuh sendiri, kalau nanam sawit, kalau usianya sudah puluhan tahun harus pakai biaya (panen), perlu upah orang,” ujarnya.

Bahkan jika ada lahan yang lebih luas, ia berencana menanam pohon durian lebih banyak lagi. Untuk ke depan Adenan yakin pohon durian bisa menjadi warisan berharga bagi anak cucunya kelak. Mengingat tanaman buah tersebut sangat ramah dengan alam. Dengan ia menjaga pohon durian, maka pohon durian akan menjaga dirinya beserta alam di sekitar.

“Kayak begini kan enak diam di bawahnya (pohon durian), dingin. Kalau nanam sawit itu bisa nyedot air, ini bukan neydot air nanam durian ini malah datangkan air. Memang betul-betul menjaga lingkungan, menanam durian ini,” tutupnya. (*)

Nama Dusun Jemongko mulai dikenal sejak buah durian asal daerah tersebut menjuarai kontes durian se-Kalbar 2019 lalu. Itu pula yang membuat asa warga semakin tinggi mempertahankan pohon durian. Seperti apa euforia warga di sana, saat musim durian awal Agustus ini. Berikut laporannya. 

IDIL AQSA AKBARY, Sanggau

Matahari belum tampak ketika Salfinus Salimin turun ke kebun atau tembawang, tak jauh dari rumahnya di Dusun Jemongko, Desa Kuala Dua, Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, Selasa (3/8). Kabut masih menyelimuti hutan lebat yang dipenuhi puluhan pohon durian setinggi 10 sampai 15 meter itu. Pagi itu waktunya panen.

Salimin begitu ia disapa, mulai mengumpulkan buah durian yang berjatuhan sejak malam. Seorang diri ia mendatangi satu per satu pohon, dari sekitar 50 pohon durian yang ada di tempatnya. Sampai matahari sudah tampak dan cahayanya mulai menerangi tanah dari celah pepohonan, saat itulah ia berhenti.

Buah durian kemudian dikumpulkan di pondok kayu sederhana beratap daun. Setelah itu, buah-buah tadi dipilih dan dimasukkan ke dua keranjang yang menempel di motor bebekanya. Sampai keranjangnya penuh, maka durian siap diantar. “Jadi saya mengambil durian dari pukul 06.00 sampai 09.00, kemudian jam 11.00 baru diantar ke pengepul,” ujar pria 45 tahun itu.

Durian sebanyak 20-an buah yang dibawanya menggunakan sepeda motor itu adalah durian pilihan. Beberapa tahun terakhir, pasca ia menjuarai kontes durian se-Kalbar, ia dipercaya menjadi salah satu penyuplai, dari seorang pengusaha durian asal Kota Pontianak. Durian pilihan itu nanti akan dikemas secara modern untuk dipasarkan atau dijual ke luar daerah.

Dari total sekitar 50 pohon miliknya, hanya ada enam pohon yang termasuk durian unggul. Salah satunya, pohon durian yang berhasil mengantarkannya menjadi juara di tahun 2019 lalu. Menurut Salimin perbedaan antara durian unggul dengan yang biasa, secara sederhana bisa dilihat dari warna. Durian tersebut dikenal masyarakat di sana dengan isinya yang berwarna kuning.

Durian unggul dengan isi berwarna kuning dan tebal itulah yang kini juga dikenal dengan sebutan Durian Jemongko. Salimin berharap durian yang diambil dari nama dusun setempat itu bisa semakin dikenal. “Di sini Durian Jemongko, jadi ada namanya, bukan hanya (durian) balai (Balai Karangan) saja yang dikenal,” katanya.

Sudah 16 tahun Salimin menjalani aktivitas jual beli durian di Jemongko. Hanya saja khusus untuk durian isi kuning, baru ia geluti sekitar dua tahun belakangan. Karena buah pilihan, paling banyak dalam satu kali antar, ia hanya membawa sekitar 20 buah saja untuk jenis yang unggul. Ukurannya juga tidak begitu besar, per buah rata-rata hanya sebesar dua sampai empat kepal tangan orang dewasa saja.

Baca Juga :  Ekonomi Bisa Tumbuh Empat Persen

Selain yang unggul, ayah empat anak itu juga menjual durian yang isi putih atau yang biasa. Durian itu dijemput oleh pembeli yang sudah berlangganan dengan dirinya untuk dijual kembali ke Kota Pontianak. Meski ada perbedaan antara durian yang isi warna kuning dengan putih, soal rasa tetap kembali ke selera masing-masing. Mau yang kuning atau putih, yang jelas, durian asal Jemongko sudah terbukti enak dari durian asal daerah lain. Itulah mengapa durian asal daerah tersebut banyak yang menjadi juara saat kontes.

Dalam satu tahun, panen durian terbesar di tempatnya hanya satu sekali. Di saat musim durian itulah ia bisa mendapat penghasilan lebih untuk mencukup kebutuhan keluarga. Salimin mengatakan, warga Jemongko harus bangga karena memiliki durian dengan isi berwarna kuning yang mulai terkenal.

“Jangan disia-siakan, durian kuning itu (bukan) tidak ada harga (murah), baru sekarang durian kuning Jemongko ini terkenal. Itu maksud saya, jadi petani (durian) itu harus berhasil dan durian jangan ditebang,” pesannya.

Di tempat berbeda, ratusan buah durian terhampar di teras rumah Yohanes Alex, Selasa (3/8) pagi. Ia dan lima orang rekannya sedang sibuk memilah buah musiman tersebut. Dari satu tumpukan besar buah durian, dipisahkan lagi menjadi beberapa tumpukan kecil. Durian dikelompokkan sesuai dengan ukuran yang hampir sama.

Sejak seminggu terakhir warga di Dusun Jemongko itu tengah banjir orderan. Sebagai pengepul ia bisa mengambil durian, hasil dari 10 sampai 20 orang petani. Durian dikumpulkan dua kali sehari, pada pagi dan sore hari. “Lalu (durian) kami muat ke mobil, untuk dikirim ke Pontianak,” katanya.

Menurut pria 39 tahun itu, awal Agustus 2021 ini bukan termasuk musim durian yang lebat. Akan tetapi jumlah buah yang bisa dijual sudah cukup banyak. Dalam sekali kirim untuk pagi hari misalnya, bisa sampai sekitar 1.200 buah yang dibawa. Belum untuk sore harinya. “Kalau kami untuk pagi ini (Selasa) karena buah duriannya juga agak berkurang, jadi kami berkisar 700-800 buah per pagi, belum sorenya,” ujarnya.

Ayah dua anak itu sudah 10 tahunan menjadi pengepul buah durian di Dusun Jemongko. Meski termasuk varietas lokal, Durian Jemongko menurut Alex, bisa dibilang yang terbaik dari durian lain di Kalbar. “Untuk rasa duriannya mungkin tidak ada tandingannya khusus di Kalbar. Dari teksturnya, lembutnya, lunaknya, mungkin selama saya merasa durian, durian Jemongko ini belum ada tandingan,” katanya.

Baca Juga :  Pekerja Migran Jalani Tes Cepat

Selain rasa, isi durian ini juga tebal. Karena isinya tebal, otomatis beratnya juga tinggi. Ukuran paling besar bisa mencapai bobot sekitar tujuh sampai delapan kilogram untuk satu buahnya. Kualitas yang terjamin serta penghargaan dari kontes yang pernah didapat, diharapkan bisa semkain memperbaiki harga Durian Jemongko.

Paling tidak petani atau warga setempat yang menggantungkan hidupanya dari pohon durian bisa semakin sejahtera. “Sekarang masalah harga masih belum maksimal. Tapi kami punya misi agar Durian Jemongko ini semakin dikenal, karena sudah terbukti,” ucapnya.

Baik Alex maupun Salimin sama-sama berharap warga di daerah mereka selalu menjaga pohon durian yang ada. Apalagi buah durian yang tumbuh di sepanjang bantaran Sungai Sekayam itu sudah terkenal kelezatannya.

Terlebih bagi Salimin, sebagai mantan juara kontes buah durian, ia merasa memiliki tanggung jawab lebih untuk mempertahankan pohon durian miliknya. Meski kondisi saat ini banyak pula warga yang beralih usaha ke perkebunan, salah satunya sawit, Salimin tetap akan menjadi petani durian.

“Durian itu berharga, maka saya sayang menebangnya. Harus dirawat, bahkan ada yang dari Pontianak mencari pucuknya (untuk dibudidayakan),” katanya.

Warga lainnya Adenan Suaji juga memiliki pemikiran serupa. Ia berpendapat menjaga pohon durian lebih mudah dibanding pohon yang lain. Ketika musim panen misalnya, tak perlu ia mengeluarkan uang operasional untuk proses pengumpulan durian. Pria 58 tahun itu cukup menunggu buah jatuh lalu memungutnya. “Durian kan bisa jatuh sendiri, kalau nanam sawit, kalau usianya sudah puluhan tahun harus pakai biaya (panen), perlu upah orang,” ujarnya.

Bahkan jika ada lahan yang lebih luas, ia berencana menanam pohon durian lebih banyak lagi. Untuk ke depan Adenan yakin pohon durian bisa menjadi warisan berharga bagi anak cucunya kelak. Mengingat tanaman buah tersebut sangat ramah dengan alam. Dengan ia menjaga pohon durian, maka pohon durian akan menjaga dirinya beserta alam di sekitar.

“Kayak begini kan enak diam di bawahnya (pohon durian), dingin. Kalau nanam sawit itu bisa nyedot air, ini bukan neydot air nanam durian ini malah datangkan air. Memang betul-betul menjaga lingkungan, menanam durian ini,” tutupnya. (*)

Most Read

Artikel Terbaru