27.8 C
Pontianak
Saturday, June 3, 2023

Lebih dari Sepekan Pengungsi Belum Terima Bantuan, Warga Mulai Terserang Penyakit

SEKADAU  – Banjir sudah sepuluh hari melanda tujuh kecamatan di Sekadau. Namun, sebagian besar warga memilih bertahan di rumah mereka yang terendam banjir.

Menurut Hasan, warga Sekadau, mereka belum mau mengungsi karena menjaga rumah dan harta benda di rumah mereka.

“Di Sekadau sudah jadi tradisi kalau banjir warga biasa bertahan di rumah masing-masing,” ujar Hasan.

Seperti dilakukan sejumlah keluarga di Desa Mungguk, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau ini. Mereka bertahan di tengah genangan banjir yang merendam rumah mereka dengan cara membuat empangong atau barak di dalam rumah mereka.

Jimah, salah satunya. Warga RT 01/01, Desa Mungguk, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau ini memilih bertahan di rumahnya, meskipun banjir merendam seluruh lantai rumahnya sejak sepekan lalu.

Jimah membangun empangong atau barak dari papan yang disusun di dalam rumahnya untuk menghindari meluapnya banjir yang bisa terjadi kapan pun. Papan tersebut digunakan untuk tidur atau beristirahat.

Ia mengaku, telah merendam rumahnya sepekan lalu, dengan ketinggian 30-50cm.  Saat ini, ia dan warga yang terdampak banjir mulai kesulitan air bersih. Selain itu, warga juga mengeluh berbagai macam penyakit, seperti demam dan gatal-gatal.

“Kami sudah sepuluh tahun tinggal di sini. Baru kali ini banjir besar seperti ini,” kata Jimah, kemarin.

Menurut Hasan, posko pengungsian di Sekadau masih terbatas. Sepengetahuan Hasan, baru ada dua posko pengungsian yang disediakan Pemerintah Kabupaten Sekadau. Yakni di Desa Mungguk dan Desa Tanjung. Hasan menyayangkan lambatnya pemerintah daerah merespon kondisi banjir di Sekadau. Padahal kondisi banjir sudah terjadi lebih dari sepekan. “Warga juga sebagian menderita sakit, mulai dari flu, batuk, hingga diare,” ujarnya.

Baca Juga :  Dengan e-Ponti, Pembayaran Pajak Bisa Lewat Mobile Banking dan ATM Bank Kalbar

Meski sebagian besar memilih bertahan, sebagian warga memilih mengungsi ke tempat aman. Salah satunya dilakukan Ruslan (30), bersama istri dan dua anaknya. Mereka mengungsi di sebuah musala di RT 01/01, Desa Mungguk, Kecamatan Sekadau Hilir setelah rumahnya terendam banjir sejak sepekan lalu.

“Kami di sini  sudah seminggu. Rumah saya terendam banjir,” kata Ruslan saat ditemui Pontianak Post, kemarin. Di dalam musala, Ruslan bersama istri dan dua anaknya yang masih kecil harus tidur beralaskan tikar.

Selama dalam pengungsian, ia dan keluarganya mulai terserang penyakit, mulai dari batuk, pilek, demam, pusing, badan lemas, dan menggigil.

“Namanya sakit sudah berkali-kali. Terutama anak-anak, batuk, pilek dan badannya panas,” jelasnya.

Hingga kemarin dirinya belum mendapat bantuan obat-obatan dari pihak terkait.
“Tidak ada bantuan obat-obatan. Kami beli sendiri di apotek,” lanjutnya. Desa Mungguk, Kecamatan Sekadau Hilir adalah satu dari tujuh kecamatan di Kabupaten Sekadau yang paling parah terdampak banjir.

Ketua RT 01/01, Iskandar mengatakan, banjir sudah merendam sejak 10 hari lalu, dengan ketinggian banjir bervariasi antara satu hingga dua meter. Kendati demikian, masyarakat masih enggan mengungsi karena rata-rata rumah warga merupakan rumah panggung. Menurutnya, yang terdata baru  lima KK yang mengungsi.

Banjir Terus Meluas

Terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalimantan Barat, Novel Umar mengatakan, berdasarkan laporan yang masuk ke BPBD Kalbar, setidaknya ada enam Kabupaten yang saat ini terendam banjir.  Setelah Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Sekadau, Sanggau, kini Kabupaten Ketapang.

Baca Juga :  Jalan Semboja Langganan Tergenang dan Banjiri Pemukiman

Berdasarkan pantauan BPBD di beberapa titik lokasi di  Kabupaten Sekadau, ketinggian air naik sekitar 8 cm sampai siang. Hal ini akibat banjir kiriman dari daerah perhuluan (Kapuas Hulu, Melawi dan Sintang) dan hujan yang terjadi Minggu malam, 31 Oktober 2021.

Banjir sedikitnya merendam 10 desa, dengan jumlah yang terdampak sebanyak 3.113 KK atau 10.932 jiwa. Sedangkan yang mengungsi sebanyak 668 KK atau 2.199 jiwa. Menurut Novel, banjir juga melanda Kabupaten Ketapang. Setidaknya ada tiga kecamatan, yakni Kecamatan Nanga Tayap, terdiri dari lima desa, Kecamatan Sandai dengan lima desa dan Kecamatan Muara Pawan, dengan tiga desa, yang terendam.

“Berdasarkan data, setidaknya ada 911 KK atau sekitar 2.889 jiwa yang terdampak. Dengan ketinggian air antara 20 hingga 50 centimeter,” katanya. Saat ini BPBD Kabupaten Ketapang telah menuju lokasi kejadian untuk melakukan kajian cepat dan berkordinasi dengan instansi terkait.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Barat, pada Selasa 2 November juga mengeluarkan peringatan dini. Masyarakat diharapkan waspada potensi hujan yang disertai petir/kilat dan angin kencang berdurasi singkat. Adapun wilayah yang berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yaitu di sebagian wilayah Ketapang, Bengkayang, Landak, Sanggau, Kayong Utara, Kapuas Hulu dan Melawi. (arf)

SEKADAU  – Banjir sudah sepuluh hari melanda tujuh kecamatan di Sekadau. Namun, sebagian besar warga memilih bertahan di rumah mereka yang terendam banjir.

Menurut Hasan, warga Sekadau, mereka belum mau mengungsi karena menjaga rumah dan harta benda di rumah mereka.

“Di Sekadau sudah jadi tradisi kalau banjir warga biasa bertahan di rumah masing-masing,” ujar Hasan.

Seperti dilakukan sejumlah keluarga di Desa Mungguk, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau ini. Mereka bertahan di tengah genangan banjir yang merendam rumah mereka dengan cara membuat empangong atau barak di dalam rumah mereka.

Jimah, salah satunya. Warga RT 01/01, Desa Mungguk, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau ini memilih bertahan di rumahnya, meskipun banjir merendam seluruh lantai rumahnya sejak sepekan lalu.

Jimah membangun empangong atau barak dari papan yang disusun di dalam rumahnya untuk menghindari meluapnya banjir yang bisa terjadi kapan pun. Papan tersebut digunakan untuk tidur atau beristirahat.

Ia mengaku, telah merendam rumahnya sepekan lalu, dengan ketinggian 30-50cm.  Saat ini, ia dan warga yang terdampak banjir mulai kesulitan air bersih. Selain itu, warga juga mengeluh berbagai macam penyakit, seperti demam dan gatal-gatal.

“Kami sudah sepuluh tahun tinggal di sini. Baru kali ini banjir besar seperti ini,” kata Jimah, kemarin.

Menurut Hasan, posko pengungsian di Sekadau masih terbatas. Sepengetahuan Hasan, baru ada dua posko pengungsian yang disediakan Pemerintah Kabupaten Sekadau. Yakni di Desa Mungguk dan Desa Tanjung. Hasan menyayangkan lambatnya pemerintah daerah merespon kondisi banjir di Sekadau. Padahal kondisi banjir sudah terjadi lebih dari sepekan. “Warga juga sebagian menderita sakit, mulai dari flu, batuk, hingga diare,” ujarnya.

Baca Juga :  Gede Sandjaya Kembali Jabat Dirut RSU Santo Antonius

Meski sebagian besar memilih bertahan, sebagian warga memilih mengungsi ke tempat aman. Salah satunya dilakukan Ruslan (30), bersama istri dan dua anaknya. Mereka mengungsi di sebuah musala di RT 01/01, Desa Mungguk, Kecamatan Sekadau Hilir setelah rumahnya terendam banjir sejak sepekan lalu.

“Kami di sini  sudah seminggu. Rumah saya terendam banjir,” kata Ruslan saat ditemui Pontianak Post, kemarin. Di dalam musala, Ruslan bersama istri dan dua anaknya yang masih kecil harus tidur beralaskan tikar.

Selama dalam pengungsian, ia dan keluarganya mulai terserang penyakit, mulai dari batuk, pilek, demam, pusing, badan lemas, dan menggigil.

“Namanya sakit sudah berkali-kali. Terutama anak-anak, batuk, pilek dan badannya panas,” jelasnya.

Hingga kemarin dirinya belum mendapat bantuan obat-obatan dari pihak terkait.
“Tidak ada bantuan obat-obatan. Kami beli sendiri di apotek,” lanjutnya. Desa Mungguk, Kecamatan Sekadau Hilir adalah satu dari tujuh kecamatan di Kabupaten Sekadau yang paling parah terdampak banjir.

Ketua RT 01/01, Iskandar mengatakan, banjir sudah merendam sejak 10 hari lalu, dengan ketinggian banjir bervariasi antara satu hingga dua meter. Kendati demikian, masyarakat masih enggan mengungsi karena rata-rata rumah warga merupakan rumah panggung. Menurutnya, yang terdata baru  lima KK yang mengungsi.

Banjir Terus Meluas

Terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalimantan Barat, Novel Umar mengatakan, berdasarkan laporan yang masuk ke BPBD Kalbar, setidaknya ada enam Kabupaten yang saat ini terendam banjir.  Setelah Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Sekadau, Sanggau, kini Kabupaten Ketapang.

Baca Juga :  Permabudhi Gelar Pengobatan Gratis Korban Banjir

Berdasarkan pantauan BPBD di beberapa titik lokasi di  Kabupaten Sekadau, ketinggian air naik sekitar 8 cm sampai siang. Hal ini akibat banjir kiriman dari daerah perhuluan (Kapuas Hulu, Melawi dan Sintang) dan hujan yang terjadi Minggu malam, 31 Oktober 2021.

Banjir sedikitnya merendam 10 desa, dengan jumlah yang terdampak sebanyak 3.113 KK atau 10.932 jiwa. Sedangkan yang mengungsi sebanyak 668 KK atau 2.199 jiwa. Menurut Novel, banjir juga melanda Kabupaten Ketapang. Setidaknya ada tiga kecamatan, yakni Kecamatan Nanga Tayap, terdiri dari lima desa, Kecamatan Sandai dengan lima desa dan Kecamatan Muara Pawan, dengan tiga desa, yang terendam.

“Berdasarkan data, setidaknya ada 911 KK atau sekitar 2.889 jiwa yang terdampak. Dengan ketinggian air antara 20 hingga 50 centimeter,” katanya. Saat ini BPBD Kabupaten Ketapang telah menuju lokasi kejadian untuk melakukan kajian cepat dan berkordinasi dengan instansi terkait.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Barat, pada Selasa 2 November juga mengeluarkan peringatan dini. Masyarakat diharapkan waspada potensi hujan yang disertai petir/kilat dan angin kencang berdurasi singkat. Adapun wilayah yang berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yaitu di sebagian wilayah Ketapang, Bengkayang, Landak, Sanggau, Kayong Utara, Kapuas Hulu dan Melawi. (arf)

Most Read

Artikel Terbaru