Ikhtiar Masyarakat Dayak Tolak Kehadiran Covid-19
Masyarakat suku Dayak di Kabupaten Sekadau turut andil dalam mencegah penyebaran corona virus disease (Covid-19) di Bumi Lawang Kuari. Kemarin, bertempat di Betang Youth Center Sekadau, sejumla sub suku Dayak di Sekadau yang dikomandoi oleh Tariu Borne Bangkule Rajank, melangsungka ritual tolak bala sebagai langkah menolak penyebaran Covid-19.
SIGIT ADRIYANTO, Sekadau
KETUA Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sekadau, Welbertus Willy mengungkapkan bahwa melalui ritual tersebut masyarakat suku Dayak di Sekdau meminta kepada Tuhan agar Covid-19 tertola penyebarannya, terutama di Sekadau sendiri. Ritual tolak bala ini sendiri kerap dilakukan mereka jika terjadi wabah atau penyakit yang menyebar dan membahayakan masyarakat.
“Sejak jauh hari kita suda berkeinginan melakukan tolak bala. Disamping itu, ritual ini juga sejalan dengan arahan Majelis Adat Dayak Nasional (MADN),” ungkap Willy.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana tolak bala, Sekundus menjelaskan bahwa pelaksanaan ritual tolak bala yang dinamakan adat penyapat itu dilakukan dengan sejumlah perlengkapan adat khas suku Dayak. Seperti pakaian, makanan, dan lain sebagainya yang secara umuk digunakan dalam melakukan ritual adat Dayak.
“Ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan sekaligus pemanjatan doa kepada para leluhur,” kata Sekundus.
Sementara dalam pelaksanaan tolak bala yang dilakukan kali ini, tolak bala yang dilakukan mereka menggunakan adat sub suku Dayak Ketungau. Hal ini dilakukan mereka mengingat suku Ketungau merupakan suku Dayak yang paling dominan tinggal di Kabupaten Sekadau dan sekitarnya.
Di tempat yang sama, Bupati Sekadau, Rupinus, yang turut hadir saat pelaksanaan ritual adat tolak bala tersebut mengaku sangat mendukung pelaksanaan ritual tersebut. Dia mengatakan, ritual yang dilakukan ini merupakan salah satu kearifan lokal yang berguna sebagai upaya untuk mencegah virus corona masuk ke Sekadau.
“Ini merupakan tradisi kita yang sudah ada secara turun temurun, di mana terjadi hal luar biasa maka dilakukan upacara ritual ini (tolak bala). Ini sudah dilakukan di beberapa daerah untuk masalah yang sama, dan saat ini kita turut melakukannya di Sekadau,” timpal Rupinus.
Menurutnya, pelaksanaan ritual tolak bala ini sendiri menjadi bagian dari ikhtiar masyarakat suku Dayak terhadap keadaan saat ini. Dia mengatakan, hal seperti ini merupakan wujud doa yang telah dilakukan turun menurun oleh nenek moyang.
“Kita berdoa sesuai dengan ajaran agama kita masing-masing. Sama halnya dengan yang muslim di masjid, yang protestan dan katolik di gereja dan lainnya. Ritual ini juga doa yang secara adat dilakukan agar kita terhindar dari musibah dan dijauhkan dari musibah itu,” pungkasnya. (*)