SINGKAWANG – Mengangkat tema inclusive governance, Wakil Wali Kota (Wawako) Singkawang, Irwan, menerangkan bahwa toleransi merupakan fokus utama Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang dalam menuju pemerintahan yang inklusif. Pemaparan tersebut disampaikan Irwan saat menjadi narasumber pada kegiatan Training of Trainer yang diselenggarakan oleh Setara Institute secara dari di TCM Room Singkawang, baru baru ini.
“Singkawang pernah mendapatkan penghargaan sebagai kota paling toleran dan berada di peringkat ke-1 se-Indonesia. Pada tahun 2020, Kota Singkawang menduduki peringkat ke-2. Meski mengalami penurunan peringkat, hal ini tidak menggambarkan melemahnya nilai-nilai toleransi di Kota Singkawang,” ujar Irwan. Irwan mengatakan bagaimana peran pemerintah yang inklusif dapat menata dan mengelola secara efektif segala bentuk pelayanan publik, dengan melibatkan semua orang tanpa membeda-bedakan. Baik dari segi kebijakan, proses, dan layanannya dipastikan dia, dapat diakses secara akuntabel dan responsif bagi semua anggota masyarakat.
Kota Singkawang, menurut dia, merupakan salah satu daerah yang kaya akan kemajemukan. Tak dipungkiri dia, tingkat keberagaman masyarakat di kota ini cukup tinggi, namun toleransi kehidupan masyarakat yang berbeda agama maupun suku bangsa cukup terpelihara dengan baik.
Menurutnya, perwujudan toleransi Kota Singkawang, tidak hanya pada tataran pelaksanaan pemerintahan saja. Inklusivitas yang dibangun Pemkot, digambarkan dia, telah diturunkan dan ditransmisikan kepada masyarakat melalui program pemerintah maupun kegiatan publik berbasis budaya ataupun keagamaan.
“Implementasi toleransi di Kota Singkawang tidak hanya melalui inclusive governance, namun juga melalui inclusive society untuk mencapai harmonisasi pada kehidupan bermasyarakat,” ujar Irwan.
Implementasi tersebut, menurut dia, terwujud dalam simbol keharmonisan dan toleran yang berbentuk tempat ibadah, kegiatan keagamaan dan kebudayaannya. Dari segi bangunan, dimisalkan dia pada simbol umat beragama di Kota Singkawang, yaitu Vihara Tri Dharma Budi Raya, Masjid Raya Singkawang, dan Gereja Katolik St. Fransiskus Asisi. Dari segi kebudayaan, beberapa perayaan yang dikenal dan diterima masyarakat Kota Singkawang, seperti perayaan Imlek dan Cap Go Meh, Idulfitri dan Iduladha, dan perayaan Natal dan Paskah, dipastikan dia selalu ramai.
Selain tempat ibadah dan perayaan hari besarnya, salah satu dari empat Gong Perdamaian Nusantara Indonesia, menurut dia, berada di pusat Kota Singkawang. Simbol ini, digambarkan dia, melambangkan bahwa kerukunan antar umat dan suku yang ada di Kota Singkawang terjaga dengan baik sejak lama.
Irwan mengajak masyarakat untuk bekerja sama dengan Pemkot dalam menjaga keharmonisan dan toleransi. “Harapan saya, seluruh lapisan masyarakat turut menjaga keharmonisan dan toleransi di Kota Singkawang. Mari, bekerja sama dengan Pemerintah Kota Singkawang wujudkan masyarakat yang rukun sehingga terbentuklah inclusive society,” pesannya.
Kegiatan ini diikuti oleh lima pemerintahan kota, yaitu Bogor, Bandung, Surakarta, Makassar, dan Malang. Pada kesempatan tersebut, kelima pemerintahan kota tersebut mengikuti kegiatan Training of Trainer ini untuk mempelajari budaya kehidupan yang menjunjung nilai-nilai toleransi di Kota Singkawang. (har)