Sintang – Ketakutan terhadap perbedaan pelayanan kesehatan bagi pasien yang menjadi peserta JKN-KIS dan pasien biasa masih berkembang di masyarakat. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi Junaidah (52). Wanita yang kini telah memasuki usia senjanya ini menceritakan pengalamannya menggunakan JKN-KIS. Ia adalah penerima manfaat jaminan kesehatan sejak dulu masih dikelola oleh Askes. Saat berubah menjadi BPJS Kesehatan, ia juga beralih menjadi peserta JKN-KIS.
“Sudah puluhan tahun sejak dulu menggunakan Askes,” kata Junaidah.
Junaidah yang merupakan penerima manfaat JKN-KIS dari segmen peserta mandiri ini sudah lama menderita kolesterol tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti jarang berolahraga, sering mengonsumsi makanan dengan kandungan lemak jenuh tinggi, memiliki berat badan berlebih atau obesitas, dan menderita diabetes. Jika dibiarkan, kolesterol tinggi dapat berakibat fatal. Karena dapat menimbulkan berbagai penyakit mematikan seperti serangan jantung, stroke, hingga batu empedu.
Namun setelah menjadi peserta JKN-KIS, wanita paruh baya yang tinggal di Jalan Pangeran Antasari, Kecamatan Sintang ini mengaku menjadi lebih rutin memeriksakan kolesterolnya.
“Alhamdulillah sudah lama saya menggunakan JKN-KIS. Saya sering menjalani perawatan secara rutin karena saya mempunyai kolesterol tinggi,” katanya.
Mendengar adanya diskriminasi pelayanan pada pasien yang berobat menggunakan JKN-KIS, ia secara tegas membantah hal tersebut. Dia mengatakan, pengalamannya menggunakan JKN-KIS, ia merasa tida pernah dianaktirikan dalam menerima pelayanan kesehatan, baik itu di Puskesmas, rumah sakit, maupun dokter praktek.
“Selama saya berobat ke dokter praktek maupun ke rumah sakit, pelayanan yang diberikan sangat cepat tanggap dan nyaman. Tidak ada perbedaan pelayanan,” ujarnya.
Lebih jauh, dia menceritakan bahwa dokter rutin mengecek kondisi kesehatannya dan memberikan update perkembangan kesehatannya setiap bulan. Terlebih lagi sejak menggunakan JKN-KIS, semua pelayanan kesehatan yang diterimanya menjadi gratis. Termasuk obat-obat untuk mengontrol kolesterolnya.
“Dokter juga sering mengontrol dan memberikan perkembangan kondisi setiap bulannya. Segala obat yang diberikan tidak mengeluarkan biaya sedikitpun dengan menggunakan kartu BPJS,” ujarnya.
Kini sejak rutin berobat dan memeriksakan kesehatannya dengan JKN-KIS, ia mulai merasa ada perubahan pada kesehatannya. Ia merasa tidak lagi mudah lelah dan mengantuk, serta sudah jarang merasakan nyeri di dada dan tengkuk.
“Alhamdulillah sekarang sudah berangsur sembuh,” katanya.
Junaidah merasa sangat terbantu karena menjadi penerima manfaat JKN-KIS. Dengan JKN-KIS, ia merasa biaya kesehatan menjadi lebih ringan. Hingga ia tidak perlu merasa khawatir untuk berobat meski kondisi ekonomi sedang tidak mendukung.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada program BPJS Kesehatan, sangat-sangat membantu kami,” pungkasnya. (FR/oo)