SINTANG – Menginjak hari ke-18, banjir yang terjadi di Kabupaten Sintang belum juga menunjukan tanda-tanda surut. Sebaliknya, ketinggian muka air justru semakin meningkat seiring tingginya intensitas curah hujan yang mengguyur sejumlah wilayah di Kalimantan Barat, beberapa hari terakhir.
Banjir tidak saja merendam ratusan rumah penduduk, jalan protokol, pertokoan, fasilitas umum, dan kantor layanan publik tetapi juga pusat layanan kesehatan. Contohnya Rumah Sakit Umum Sayang Ibu di Jalan Lintas Melawi, Kota Sintang.
Di rumah sakit yang menyediakan layanan IGD, radiologi, apotek, poliklinik anak, poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik penyakit dalam, poliklinik bedah, poliklinik saraf, poliklinik mata dan poliklinik jiwa itu tidak terlihat ada aktivitas.
Jika sebelumnya banjir hanya menggenangi halaman, kini rumah sakit swasta tersebut terendam air hingga setengah bangunan.
Banjir juga nyaris melumpuhkan sendi-sendi perekonomian di sepanjang jalan Lintas Melawi. Mengingat jalan penghubung antar kabupaten itu merupakan salah satu pusat perekonomian di Kabupaten Sintang. Di mana terdapat pertokoan elektronik, bank, SPBU dan tempat usaha lainnya.
Aparat kepolisian juga telah menutup akses jalan itu untuk kendaraan umum kecuali relawan.
Masyarakat yang hendak melintasi jalan tersebut disarankan untuk menggunakan jasa ojek perahu dan mobil. Atau juga menggunakan jasa trailer yang disediakan secara suka rela oleh warga.
Camat Sintang Siti Musrikah mengimbau kepada masyarakat, khususnya warga Kecamatan Sintang, sebaiknya mengungsi. Jangan menunggu dievakuasi. Sebab, saat ini Pemkab Sintang telah menyediakan tempat-tempat pengungsian seperti gedung sekolah.
“Khususnya warga kecamatan Sintang, sebaiknya segera mengungsi, sepertinya air naik terus. Hari ini naik 15 cm, kita tidak tahu besok naik berapa centi lagi, karena hujan deras lagi,” kata Siti Musrikah.
Siti Musrikah juga mengimbau agar warga tidak bertahan di rumah. Ia khawatirnya di tengah malam debit air naik, akses telepon mati, listrik padam, tidak ada yang bisa mengevakuasi.
“Intinya, pihak pemerintah kecamatan maupun Kabupaten berupaya seoptimal mungkin, untuk menolong warga. Tetapi mohon juga kerjasamanya,” katanya.
“Jika kondisi air sudah tidak wajar lagi, jangan menunggu besok. Supaya kami mudah menangani,” paparnya.
Artinya, jika dalam satu wilayah/ tempat pengungsian, ada warga 500 jiwa atau 1000 jiwa misalnya. Pihaknya akan mudah mendata dan mendistribusikan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Tapi jika mereka mengungsi di tempat-tempat terpisah, maka akan sangat sulit dalam pendistribusian logistik.
“Karena wilayah kami cukup luas dengan kepadatan penduduk paling padat 78.892 jiwa, dengan 29 desa dan kelurahan. Kalau titik-titik itu terlalu banyak juga akan menyulitkan. Pertama transportasi sulit. Aksesnya semuanya air, sementara di kecamatan tidak tersedia speedboat,” bebernya.
Siti menyarankan agar masyarakat segera mengungsi ditempat-tempat yang sudah disediakan oleh pemerintah, agar penanganannya bisa lebih fokus.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang telah mensiagakan sebuah ambulance unit 119 untuk pelayanan masyarakat yang membutuhkan.
Salah satunya untuk transit rujukan dari puskesmas-puskesmas yang aksesnya terputus, seperti puskesmas Sungai Durian. Yang mana untuk mengakses jalan Lintas Melawi ini mengalami kesulitan.
“Apapun kendaraannya, pasiennya yang penting bisa terakses di sini, kami jemput dan dilakukan rujukan ke rumah sakit RSUD Kabupaten Sintang,” kata Dedy Kosasih korlap ambulan unit 119, kemarin.
Selain itu, kata Dedy, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Basarnas, TNI/Polri, di titik pos 119 tersebut juga diperuntukkan untuk akses evakuasi korban banjir.
“Sudah kami koordinasikan, titik simpang lima menjadi titik poin, untuk akses ke rumah sakit,” pungkasnya. (arf)