PONTIANAK – Sebanyak 150 arwana jenis super red berlaga dalam pameran ikan arwana yang diselenggarakan selama tiga hari di Pontianak Convention Center pada 15 – 17 November 2019.
Ketua Asosiasi Penangkar dan Pedagang Siluk Kalbar, Walujan Tjin mengatakan 150 ikan yang akan berkompetisi ini akan mengikuti rangkaian penilaian dari dewan juri yang datang dari Thailand Vietnam dan Taiwan. Selain itu ada juga juri dari Putussibau, Bandung, Surabaya dan Bandung.
“Untuk 150 ikan yang akan dinilai dengan ukuran A 50 up, B 40 Up, C 30-40 D dibawah 30 dan D kategori unik,” ungkapnya kepada Pontianak Post
Menurutnya, budidaya serta penangkaran ikan Arwana sudah berjalan sekitar 20 tahun lebih dimana satu sisi tidak semua ikan bernilai baik. Dengan berkembangnya IT memberi banyak pengetahuan cara memilih ikan terbaik sehingga para penangkar dapat memilih ikan yang diinginkan pasar.
“Sehingga melalui pameran ini banyak masyarakat memahami bagaimana cara mendapatkan kualitas ikan arwana jenis super red yang terbaik juga dapat mengedukasi masyarakat bahwa mencari bibit arwana yang baik juga harus dimiliki oleh seluruh penangkar agar ketika ikan khas Kalimantan Barat ini diekspor maka kualitas yang baik akan terjaga,” tuturnya.
Beberapa kawasan asal seperti di Kabupaten Kapuas Hulu, dijelaskan Walujan yang banyak melahirkan ikan arwana jenis super red merupakan bibit yang banyak dicari oleh pembeli dikarenakan banyaknya penangkar tidak menjamin bibit super red arwana yang mereka budidayakan adalah jenis bibit terbaik.
“Melalui pameran ini seluruh penangkar akan mengetahui jenis bibit terbaik sehingga seluruh penangkar dapat memahami dan membudidayakan bibit terbaik mereka sehingga dapat dikembangbiakkan dan tentu dapat menjadi penghasilan bagi seluruh penangkar di Kalbar,” jelasnya.
Selaku Ketua Asosiasi Siluk, dijelaskan Walujan pihaknya telah menyentuh seluruh kawasan yang ada di Kalbar terkait bagaimana mendapatkan bibit terbaik termasuk jenis dan bagaimana membudidayakan bibit terbaik bagi seluruh penangkar di kabupaten/kota yang ada di Kalbar.
“Saya sudah sampai ke Kapuas Hulu juga dan Kapuas Hulu juga sudah pernah mengadakan pameran dan para penangkar sudah paham akan bibit terbaik,” terangnya.
Terkait dengan ekspor ikan arwana dari Kalbar keluar negeri yang memang permintaan pasar begitu besar, diakui Walujan ikan arwana ini adalah jenis ikan dilindungi sehingga untuk ekspor terkait perijinan juga keluar di Swiss sehingga di Kalbar sendiri tidak terlalu banyak penangkar yang memiliki perijinan sehingga hanya 20-an penangkar di Kalbar membawahi ribuan penangkar bibit arwana di Kalbar.
“Ini menjadi tantangan kita dimana ekspor ini dapat menarik devisa sehingga kami berharap ada kemudahan bagi para penangkar mengurus perijinan agar ikan arwana dapat diekspor keluar negeri selain meningkatkan jumlah pekerja melalui budidaya ikan, juga lebih mengenalkan Kalbar sebagai kawasan asli ikan arwana super red,” pungkasnya. (ndo/r)