25 C
Pontianak
Saturday, March 25, 2023

Pelajar SMA Kubu Raya Sukses Menjual NFT Pertamanya

Banyak Simpan Karya, Girang Ketika Pertama Dibayar Pembeli

Objek dunia nyata berbagai karya dapat menjadi aset berharga di tangan yang tepat. Banyak peminatnya bahkan seantero dunia. Berbagai flatform seperti OpenSea, Axie Marketplace, Rarible, SuperRare, Atomic Market, Foundation, Async Art, dan lainnya membuka peluang kepada pelakon karya aneka seni seluruh dunia. Lihat saja, bagaimana pelajar SMA Negeri di Kabupaten Kubu Raya ini sukses mendulang rupiah pertamanya, dari jualan NFT berupa seni kartun wanita korea aesthetic. Seperti apa sih ?

Deny Hamdani–Kubu Raya

Annisa Awanis Syifa, nama panjangnya. Dia adalah pelajar sebuah SMA Negeri di Kabupaten Kubu Raya. Sudah sejak SMP, Syifa nama sapaan karibnya membuat gambar aneka kartun wanita korea berbagai objek. Riasan pensilnya, cukup sukses menjadikan objek wanita kartun menjadi lucu, imut, cantik dan berwarna tepat.

Nah, kemarin ? betapa girang dirinya. Sebab, pertama kali jualan karya seni gambar kartunnya, langsung dibeli orang dewasa dengan rupiah. Tak menunggu lama, meski nominalnya kecil, karya NFT-nya langsung dibayar melalui e-money.

“Dulu, saya hanya suka gambar dan simpan di buku. Takut dijual karena memang bukan untuk dijual. Namun karena saran orang tua, biar karyanya banyak dilihat penyuka karya seni dunia, lebih baik jual saja diberbagai flatform NFT. Akan banyak yang lihat dibandingkan hanya ditaruh dalam buku gambar,” katanya menirukan pembicaraan ayahnya.

Syifa termasuk pemain baru NFT atau Non-Fungible Token. NFT disebut sebagai sebuah aset digital mewakili objek dunia nyata berupa lukisan, seni musik, item dalam game, hingga video pendek. Karya-karya tersebut dibeli dan dijual secara online lewat flatform khusus. Sering kali dibayar dengan cryptocurrency, dan umumnya dikodekan menggunakan software dasar yang serupa dengan aset crypto lain.

NFT sendiri jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia artinya “Token yang tidak bisa ditukar”. Sesuai namanya, NFT dapat dianggap aset digital yang nilainya tidak dapat ditukar atau diganti dengan apapun. Mudahnya para pembaca mengerti, bandingkanlah dengan lukisan The Scream karya Edvard Munch. Kesamaannya dengan NFT adalah, keduanya sama-sama bersifat non-fungible atau tidak tergantikan.

Lukisan The Scream memang tidak dapat digantikan oleh karya apapun. Sekalipun dalam bentuk replika identik. Pun demikian dengan NFT, bersifat unik dan tidak ada yang dapat membuatnya “kembar”. Informasi keaslian NFT akan selalu disimpan dalam blockchain. Blockchain adalah pusat data berisikan segala informasi dari NFT dalam bentuk format digital.

Informasi ini berupa siapa penciptanya. Berapa harga jualnya, hingga riwayat kepemilikan dari NFT, jika berhasil dibeli oleh orang lain. Sementara token dalam sebuah NFT menjadi kontrak atau sertifikat yang memvalidasi pengguna sebagai pemilik aset NFT. Token tak hanya menjadi sertifikat kepemilikan, tetapi juga dapat memberi akses keuntungan royalti, penjualan aset, hingga akses khusus ke komunitas eksklusif.

Dunia NFT sendiri sebetulnya sudah ada sejak tahun 2014 silam. Seiring perjalanan waktu, NFT semakin terkenal karena dianggap metode praktis membeli dan menjual karya seni digital.

NFT umumnya dinilai sebagai salah satu dari proses transaksi terbatas dan memiliki kode pengenal unik. Fakta itu bertolak belakang dengan kebanyakan kreasi digital, yang pasokannya hampir selalu tak terbatas. Meskipun begitu, siapa pun bisa melihat secara keseluruhan karya digital yang sedang dijual.

Pertanyaannya mungkin, mengapa orang-orang sangat menginginkan NFT ? Adriansyah, pengiat NFT Indonesia membeberkan salah satu alasannya adalah karena NFT memungkinkan pembeli memiliki item aslinya. Tidak hanya itu, NFT juga berisi otentikasi bawaan, yang berfungsi sebagai bukti kepemilikan.

“Sejatinya, NFT adalah bagian blockchain. Maka dari itu, pembeli NFT nantinya bisa memverifikasi bahwa ia merupakan pemilik tunggal dari aset yang ia beli,” jelasnya. “Setelah dibayarkan, tidak ada yang dapat membatalkan hak kepemilikan atas NFT yang dipegang oleh pembeli,” timpalnya.

Baca Juga :  Alfredo dan Rezky Wakili Kalbar Lomba Olimpiade Matematika Nasional

NFT juga merupakan aset digital yang tidak dapat direproduksi secara berulang. NFT yang dimiliki pembeli sifatnya unik dan bisa dibuktikan melalui bukti pembelian dalam blockchain dengan mata uang kripto. Contohnya, tweet dari CEO Twitter, Jack Dorsey, dilelang sebagai NFT dan laku dengan harga sebesar 2,9 juta dolar AS. “Siapa pun memang bisa screen shot dan memiliki cuitan tersebut. Namun, hanya Jack Dorsey dan pembeli NFT lah yang dapat menjualnya,” jelasnya.

Agar dapat diperjualbelikan, NFT harus melalui sproses minting NFT. Ia adalah proses pengubahan file digital menjadi koleksi kripto atau aset dalam blockchain. Dalam prosesnya memerlukan marketplace sebagai pihak ketiga atau agen minting, seperti OpenSea, MakersPlace, Mintable, atau Theta Drop.

Dia melanjutkan bahwa NFT adalah aset digital berbasis blockchain yang dapat mewakili objek tertentu, seperti lukisan dan properti lain. NFT dianggap metode terbaik membeli dan menjual aset digital. Sebab, NFT menyediakan sertifikasi kepemilikan yang hanya bisa diakses pembeli dan penjual. Berdasarkan hal tersebut, NFT sudah diterapkan dalam banyak industri, mulai dari sektor bisnis hingga kesenian.

“NFT menawarkan keamanan kepada pelaku karya senin yang akan dipublikasikan secara online. NFT menjadi cara buat seniman digital yang selama ini berkutat dengan bahaya plagiarisme dan pencurian kreatif. Sebab ada sistem smart contract dalam teknologi NFT juga memungkinkan seniman untuk melihat dan mencatat persentase royalti setiap kali karyanya berpindah tangan,” ucapnya.

Dia memperkirakan pasar NFT Indonesia akan terus tumbuh di masa depan. Sebuah perusahaan riset baru-baru ini mengeluarkan prediksi nilai pasar NFT Indonesia pada 2028 bakal tembus Rp200 triliun. Indonesia menjadi salah satu negara yang diperhitungkan dalam peta industri NFT global. Firma ResearchAndMarkets.com memprediksi industri NFT di Tanah Air diperkirakan akan tumbuh sebesar 50,8 persen secara tahunan hingga mencapai US$2367,6 juta pada tahun 2022 lalu.

Dalam jangka panjang, diproyeksikan tumbuh dengan stabil dan mencatat Compounded annual growth rate (CAGR) sebesar 35,8 persen selama 2023-2028. Nilai Pembelanjaan NFT di Indonesia akan meningkat dari US$ 2367,6 juta pada tahun 2022 menjadi US$ 13,394 miliar atau sekitar Rp200 triliun pada tahun 2028.

Lalu, adakah yang kaya berkat NFT ? Adriansyah menjelaskan bertanya di zaman serba digital dan mudah terbuka di dunia maya ini, itu menjadi pertanyaan terbodoh yang pernah didengarnya. Dia pun runut menjelaskan bahwa di Indonesia ada Sultan Gustaf AL Ghozali dengan karya NFT (Ghozali Everyday). Ghozali adalah mahasiswa asal Solo. Dia menjual foto dirinya (selfie) dalam bentuk NFT di marketplace OpenSea.

Harga satu fotonya dijual dengan harga 0,001 ETH (Ethereum) kisarannya Rp48 ribu. Sementara total foto yang dijual sebanyak 933 foto. Tak diduga yang sudah terjual sebanyak 230 NFT. Ghozali pun merasa tidak menyangka akan hal tersebut.
Koleksi NFT Ghozali Everyday termurah dijual seharga 0,28 ETH atau kisaran Rp 13,5 juta. Dengan total 933 koleksi, maka bisnis NFT milik Ghozali bernilai hampir Rp 12,6 miliar.

“Itu nilai dari keseluruhan yang beli itu ada yang bilang sampe Rp 12 miliar. Tapi misal ada yang beli Rp20 juta saya dapat 10 persen begitu terus. Pendapatan total sekitar Rp1,5 miliar,” ujarnya menjelaskan

Di Kanada sendiri ada Lana Denina, seorang pelukis yang berhasil menjadi orang terkaya berkat NFT. Dia meraup keuntungan mencapai US$300.000 atau setara dengan Rp4,2 miliar. Karya yang dijual dalam bentuk NFT merupakan hasil karya lukisnya sendiri. Gadis berusia 24 tahun tersebut baru belajar soal NFT satu bulan sebelum menjual lukisannya tersebut. “Justru ketika itu, Lana tidak tahu apa-apa soal blockchain. Dia hanya terpesona dan NFT benar-benar revolusioner,” ujarnya.

Baca Juga :  Tahun Depan, BNN Tes Urine Remaja dan Pelajar

Lana diketahui menjual lewat NFT lukisan yang dibuat satu persatu. Karya terlarisnya bernama Mona Lana yang dicetak pada November 2021 terjual habis dalam beberapa minggu saja. Dia menjelaskan tiap potretnya dihasilkan kode dengan 112 sifat yang berbeda. Sebagai pelukis, Denina mengaku langsung terkesan dengan teknologi NFT. Termasuk kemampuannya untuk menjadi alat bukti kepemilikan bagi para seniman.

Karya lainnya datang dari anak muda berumur 18 tahun. Dia adalah Victor Langlois, yang mendapatkan keuntungan sebesar US$18 juta atau setara Rp257,4 miliar dari menjual karya seninya di NFT. Langlois menjual karya seni bernama Jaiden Stipp, sebuah mural digital. Langlois sendiri kaget dengan hasil penjualan tersebut.

Ia bercerita bagaimana dia menjual karya Jaiden Stipp, pertama dia mengajukan permohonan di pasar jual beli NFT, seperti SuperRare. Katanya, butuh waktu satu bulan karya Jaiden Stipp diterima oleh SuperRare.

Kemudian, daftarkan akun dompet digital agar mendapatkan uang hasil penjualan. Misalnya dompet digital seperti PayPal atau dompet Bitcoin. Setelah itu, tunggu beberapa orang yang akan menawarkan atau membeli karya seni yang sudah diunggah.

Dari Australia, kata Adriansyah, ada pria bernama Daniel Maegaard. Dia seorang investor di uang digital, seperti Bitcoin. Kemudian tahun 2021, ia merambah investasinya ke NFT.
Awalnya Maegaard membeli karya di NFT, sebanyak 22 karya dan telah menghabiskan uangnya sebanyak US$1,5 juta. Kemudian, NFT yang dibelinya itu dia jual kembali, harganya mulai dari US$ 800 ribu hingga US$ 1 juta. “Justru Maegaard meraup pendapatan hingga US$12 juta atau setara Rp 171,6 miliar,” jelasnya.

Selain itu, Adriansyah juga mengajak pelaku seni melihat karya BEEPLE’s EVERYDAY: The First 5000 Days. Karya tersebut menjadi NFT termahal di dunia yang pertama. Dimiliki Beeple’s Everyday, dengan harga $69,3 juta (sekitar 1 triliun rupiah). Harga ini disebut sebagai harga jual NFT paling mahal hingga detik ini. Tidak hanya menjadi penjualan NFT paling mahal saja, tetapi juga membuat tren NFT dengan tema serupa ini menyebar ke seluruh dunia.

Ada lagi JULIAN ASSANGE and PAK: CLOCK. Juga menjadi NFT Termahal. Februari 2022 silam, pengguna bernama Julian Assange and Pak berhasil menjual aset NFT miliknya dengan kisaran harga $52.7 million (sekitar 800 milyar rupiah). Harga ini tentu saja sangat fantastis untuk sebuah aset NFT yang menggambarkan penghitungan waktu ketika Julian Assange berada di penjara karena terkait beberapa kasus. Sedikit mengilas balik, Julian Assange adalah seorang pendiri jurnalis, juru bicara, dan pendiri situs WikiLeaks yang merupakan situs untuk mempublikasikan dokumen-dokumen rahasia negara dan perusahaan kepada publik.

Aset NFTnya dibeli Assange DAO. sebuah organisasi yang memang memiliki misi untuk memperjuangkan kebebasan dari pendiri WikiLeaks, yakni Julian Assange. Sementara BEEPLE: Human One juga menjadi NFT termahal ketiga di dunia. Judulnya Human One milik berhasil terjual dengan harga $28,9 juta (sekitar 400 milyar rupiah) pada November 2021 lalu. Penjualan NFT ini diadakan ketika lelang Christie’s 21st Century Evening Sale.
“Itulah menjadi alasan NFT sangat mahal. Sebab dianggap menjadi karya fisik tidak ada tandingannya. Apalagi dibuat oleh seorang artis digital terkenal. (*)

Banyak Simpan Karya, Girang Ketika Pertama Dibayar Pembeli

Objek dunia nyata berbagai karya dapat menjadi aset berharga di tangan yang tepat. Banyak peminatnya bahkan seantero dunia. Berbagai flatform seperti OpenSea, Axie Marketplace, Rarible, SuperRare, Atomic Market, Foundation, Async Art, dan lainnya membuka peluang kepada pelakon karya aneka seni seluruh dunia. Lihat saja, bagaimana pelajar SMA Negeri di Kabupaten Kubu Raya ini sukses mendulang rupiah pertamanya, dari jualan NFT berupa seni kartun wanita korea aesthetic. Seperti apa sih ?

Deny Hamdani–Kubu Raya

Annisa Awanis Syifa, nama panjangnya. Dia adalah pelajar sebuah SMA Negeri di Kabupaten Kubu Raya. Sudah sejak SMP, Syifa nama sapaan karibnya membuat gambar aneka kartun wanita korea berbagai objek. Riasan pensilnya, cukup sukses menjadikan objek wanita kartun menjadi lucu, imut, cantik dan berwarna tepat.

Nah, kemarin ? betapa girang dirinya. Sebab, pertama kali jualan karya seni gambar kartunnya, langsung dibeli orang dewasa dengan rupiah. Tak menunggu lama, meski nominalnya kecil, karya NFT-nya langsung dibayar melalui e-money.

“Dulu, saya hanya suka gambar dan simpan di buku. Takut dijual karena memang bukan untuk dijual. Namun karena saran orang tua, biar karyanya banyak dilihat penyuka karya seni dunia, lebih baik jual saja diberbagai flatform NFT. Akan banyak yang lihat dibandingkan hanya ditaruh dalam buku gambar,” katanya menirukan pembicaraan ayahnya.

Syifa termasuk pemain baru NFT atau Non-Fungible Token. NFT disebut sebagai sebuah aset digital mewakili objek dunia nyata berupa lukisan, seni musik, item dalam game, hingga video pendek. Karya-karya tersebut dibeli dan dijual secara online lewat flatform khusus. Sering kali dibayar dengan cryptocurrency, dan umumnya dikodekan menggunakan software dasar yang serupa dengan aset crypto lain.

NFT sendiri jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia artinya “Token yang tidak bisa ditukar”. Sesuai namanya, NFT dapat dianggap aset digital yang nilainya tidak dapat ditukar atau diganti dengan apapun. Mudahnya para pembaca mengerti, bandingkanlah dengan lukisan The Scream karya Edvard Munch. Kesamaannya dengan NFT adalah, keduanya sama-sama bersifat non-fungible atau tidak tergantikan.

Lukisan The Scream memang tidak dapat digantikan oleh karya apapun. Sekalipun dalam bentuk replika identik. Pun demikian dengan NFT, bersifat unik dan tidak ada yang dapat membuatnya “kembar”. Informasi keaslian NFT akan selalu disimpan dalam blockchain. Blockchain adalah pusat data berisikan segala informasi dari NFT dalam bentuk format digital.

Informasi ini berupa siapa penciptanya. Berapa harga jualnya, hingga riwayat kepemilikan dari NFT, jika berhasil dibeli oleh orang lain. Sementara token dalam sebuah NFT menjadi kontrak atau sertifikat yang memvalidasi pengguna sebagai pemilik aset NFT. Token tak hanya menjadi sertifikat kepemilikan, tetapi juga dapat memberi akses keuntungan royalti, penjualan aset, hingga akses khusus ke komunitas eksklusif.

Dunia NFT sendiri sebetulnya sudah ada sejak tahun 2014 silam. Seiring perjalanan waktu, NFT semakin terkenal karena dianggap metode praktis membeli dan menjual karya seni digital.

NFT umumnya dinilai sebagai salah satu dari proses transaksi terbatas dan memiliki kode pengenal unik. Fakta itu bertolak belakang dengan kebanyakan kreasi digital, yang pasokannya hampir selalu tak terbatas. Meskipun begitu, siapa pun bisa melihat secara keseluruhan karya digital yang sedang dijual.

Pertanyaannya mungkin, mengapa orang-orang sangat menginginkan NFT ? Adriansyah, pengiat NFT Indonesia membeberkan salah satu alasannya adalah karena NFT memungkinkan pembeli memiliki item aslinya. Tidak hanya itu, NFT juga berisi otentikasi bawaan, yang berfungsi sebagai bukti kepemilikan.

“Sejatinya, NFT adalah bagian blockchain. Maka dari itu, pembeli NFT nantinya bisa memverifikasi bahwa ia merupakan pemilik tunggal dari aset yang ia beli,” jelasnya. “Setelah dibayarkan, tidak ada yang dapat membatalkan hak kepemilikan atas NFT yang dipegang oleh pembeli,” timpalnya.

Baca Juga :  Tingkatkan Kecintaan Pelajar pada Alquran

NFT juga merupakan aset digital yang tidak dapat direproduksi secara berulang. NFT yang dimiliki pembeli sifatnya unik dan bisa dibuktikan melalui bukti pembelian dalam blockchain dengan mata uang kripto. Contohnya, tweet dari CEO Twitter, Jack Dorsey, dilelang sebagai NFT dan laku dengan harga sebesar 2,9 juta dolar AS. “Siapa pun memang bisa screen shot dan memiliki cuitan tersebut. Namun, hanya Jack Dorsey dan pembeli NFT lah yang dapat menjualnya,” jelasnya.

Agar dapat diperjualbelikan, NFT harus melalui sproses minting NFT. Ia adalah proses pengubahan file digital menjadi koleksi kripto atau aset dalam blockchain. Dalam prosesnya memerlukan marketplace sebagai pihak ketiga atau agen minting, seperti OpenSea, MakersPlace, Mintable, atau Theta Drop.

Dia melanjutkan bahwa NFT adalah aset digital berbasis blockchain yang dapat mewakili objek tertentu, seperti lukisan dan properti lain. NFT dianggap metode terbaik membeli dan menjual aset digital. Sebab, NFT menyediakan sertifikasi kepemilikan yang hanya bisa diakses pembeli dan penjual. Berdasarkan hal tersebut, NFT sudah diterapkan dalam banyak industri, mulai dari sektor bisnis hingga kesenian.

“NFT menawarkan keamanan kepada pelaku karya senin yang akan dipublikasikan secara online. NFT menjadi cara buat seniman digital yang selama ini berkutat dengan bahaya plagiarisme dan pencurian kreatif. Sebab ada sistem smart contract dalam teknologi NFT juga memungkinkan seniman untuk melihat dan mencatat persentase royalti setiap kali karyanya berpindah tangan,” ucapnya.

Dia memperkirakan pasar NFT Indonesia akan terus tumbuh di masa depan. Sebuah perusahaan riset baru-baru ini mengeluarkan prediksi nilai pasar NFT Indonesia pada 2028 bakal tembus Rp200 triliun. Indonesia menjadi salah satu negara yang diperhitungkan dalam peta industri NFT global. Firma ResearchAndMarkets.com memprediksi industri NFT di Tanah Air diperkirakan akan tumbuh sebesar 50,8 persen secara tahunan hingga mencapai US$2367,6 juta pada tahun 2022 lalu.

Dalam jangka panjang, diproyeksikan tumbuh dengan stabil dan mencatat Compounded annual growth rate (CAGR) sebesar 35,8 persen selama 2023-2028. Nilai Pembelanjaan NFT di Indonesia akan meningkat dari US$ 2367,6 juta pada tahun 2022 menjadi US$ 13,394 miliar atau sekitar Rp200 triliun pada tahun 2028.

Lalu, adakah yang kaya berkat NFT ? Adriansyah menjelaskan bertanya di zaman serba digital dan mudah terbuka di dunia maya ini, itu menjadi pertanyaan terbodoh yang pernah didengarnya. Dia pun runut menjelaskan bahwa di Indonesia ada Sultan Gustaf AL Ghozali dengan karya NFT (Ghozali Everyday). Ghozali adalah mahasiswa asal Solo. Dia menjual foto dirinya (selfie) dalam bentuk NFT di marketplace OpenSea.

Harga satu fotonya dijual dengan harga 0,001 ETH (Ethereum) kisarannya Rp48 ribu. Sementara total foto yang dijual sebanyak 933 foto. Tak diduga yang sudah terjual sebanyak 230 NFT. Ghozali pun merasa tidak menyangka akan hal tersebut.
Koleksi NFT Ghozali Everyday termurah dijual seharga 0,28 ETH atau kisaran Rp 13,5 juta. Dengan total 933 koleksi, maka bisnis NFT milik Ghozali bernilai hampir Rp 12,6 miliar.

“Itu nilai dari keseluruhan yang beli itu ada yang bilang sampe Rp 12 miliar. Tapi misal ada yang beli Rp20 juta saya dapat 10 persen begitu terus. Pendapatan total sekitar Rp1,5 miliar,” ujarnya menjelaskan

Di Kanada sendiri ada Lana Denina, seorang pelukis yang berhasil menjadi orang terkaya berkat NFT. Dia meraup keuntungan mencapai US$300.000 atau setara dengan Rp4,2 miliar. Karya yang dijual dalam bentuk NFT merupakan hasil karya lukisnya sendiri. Gadis berusia 24 tahun tersebut baru belajar soal NFT satu bulan sebelum menjual lukisannya tersebut. “Justru ketika itu, Lana tidak tahu apa-apa soal blockchain. Dia hanya terpesona dan NFT benar-benar revolusioner,” ujarnya.

Baca Juga :  AHM Cari Pelajar Kreatif, Peduli dan Percaya Diri

Lana diketahui menjual lewat NFT lukisan yang dibuat satu persatu. Karya terlarisnya bernama Mona Lana yang dicetak pada November 2021 terjual habis dalam beberapa minggu saja. Dia menjelaskan tiap potretnya dihasilkan kode dengan 112 sifat yang berbeda. Sebagai pelukis, Denina mengaku langsung terkesan dengan teknologi NFT. Termasuk kemampuannya untuk menjadi alat bukti kepemilikan bagi para seniman.

Karya lainnya datang dari anak muda berumur 18 tahun. Dia adalah Victor Langlois, yang mendapatkan keuntungan sebesar US$18 juta atau setara Rp257,4 miliar dari menjual karya seninya di NFT. Langlois menjual karya seni bernama Jaiden Stipp, sebuah mural digital. Langlois sendiri kaget dengan hasil penjualan tersebut.

Ia bercerita bagaimana dia menjual karya Jaiden Stipp, pertama dia mengajukan permohonan di pasar jual beli NFT, seperti SuperRare. Katanya, butuh waktu satu bulan karya Jaiden Stipp diterima oleh SuperRare.

Kemudian, daftarkan akun dompet digital agar mendapatkan uang hasil penjualan. Misalnya dompet digital seperti PayPal atau dompet Bitcoin. Setelah itu, tunggu beberapa orang yang akan menawarkan atau membeli karya seni yang sudah diunggah.

Dari Australia, kata Adriansyah, ada pria bernama Daniel Maegaard. Dia seorang investor di uang digital, seperti Bitcoin. Kemudian tahun 2021, ia merambah investasinya ke NFT.
Awalnya Maegaard membeli karya di NFT, sebanyak 22 karya dan telah menghabiskan uangnya sebanyak US$1,5 juta. Kemudian, NFT yang dibelinya itu dia jual kembali, harganya mulai dari US$ 800 ribu hingga US$ 1 juta. “Justru Maegaard meraup pendapatan hingga US$12 juta atau setara Rp 171,6 miliar,” jelasnya.

Selain itu, Adriansyah juga mengajak pelaku seni melihat karya BEEPLE’s EVERYDAY: The First 5000 Days. Karya tersebut menjadi NFT termahal di dunia yang pertama. Dimiliki Beeple’s Everyday, dengan harga $69,3 juta (sekitar 1 triliun rupiah). Harga ini disebut sebagai harga jual NFT paling mahal hingga detik ini. Tidak hanya menjadi penjualan NFT paling mahal saja, tetapi juga membuat tren NFT dengan tema serupa ini menyebar ke seluruh dunia.

Ada lagi JULIAN ASSANGE and PAK: CLOCK. Juga menjadi NFT Termahal. Februari 2022 silam, pengguna bernama Julian Assange and Pak berhasil menjual aset NFT miliknya dengan kisaran harga $52.7 million (sekitar 800 milyar rupiah). Harga ini tentu saja sangat fantastis untuk sebuah aset NFT yang menggambarkan penghitungan waktu ketika Julian Assange berada di penjara karena terkait beberapa kasus. Sedikit mengilas balik, Julian Assange adalah seorang pendiri jurnalis, juru bicara, dan pendiri situs WikiLeaks yang merupakan situs untuk mempublikasikan dokumen-dokumen rahasia negara dan perusahaan kepada publik.

Aset NFTnya dibeli Assange DAO. sebuah organisasi yang memang memiliki misi untuk memperjuangkan kebebasan dari pendiri WikiLeaks, yakni Julian Assange. Sementara BEEPLE: Human One juga menjadi NFT termahal ketiga di dunia. Judulnya Human One milik berhasil terjual dengan harga $28,9 juta (sekitar 400 milyar rupiah) pada November 2021 lalu. Penjualan NFT ini diadakan ketika lelang Christie’s 21st Century Evening Sale.
“Itulah menjadi alasan NFT sangat mahal. Sebab dianggap menjadi karya fisik tidak ada tandingannya. Apalagi dibuat oleh seorang artis digital terkenal. (*)

Most Read

Artikel Terbaru

/