23.9 C
Pontianak
Wednesday, June 7, 2023

Sepuluh Tahun jadi Pendonor Darah Talasemia

Penyandang talasemia sangat bergantung pada transfusi darah seumur hidupnya. Karena itulah, peran para pendonor amat dibutuhkan karena menjadi penyambung hidup mereka. Pada Hari Talasemia Sedunia (world thalassemia day) yang diperingati setiap 8 Mei, Pontianak Post akan membagikan pengalaman para pendonor darah tetap untuk penyandang talasemia.

Siti Sulbiyah, Pontianak

BETAPA senangnya Zainar Aswandi (48) saat mengetahui bahwa darahnya cocok untuk sahabat anaknya yang menyandang talasemia. Dengan begitu, ia bisa menjadi pendonor tetap bagi anak sahabatnya itu.

“Karena jika darahnya kurang cocok, penerimanya bisa terkena alergi,” ucapnya diwawancarai Pontianak Post, Sabtu (6/5).

Pria yang tinggal di Kota Pontianak ini menjadi pendonor talasemia sejak tahu bahwa anak sahabatnya itu harus rutin menerima transfusi darah. Ia kini menjadi pendonor tetap bagi penyandang talasemia kurang lebih selama 10 tahun.

Sejak menjadi pendonor tetap bagi penyandang talasemia, Zainar baru mengetahui bahwa ternyata memberikan darah untuk transfusi bukan sekadar memasukkan darah bergolongan sama dengan si penerima donor. Namun, ada kondisi tertentu di mana darah yang ditransfusikan bisa menyebabkan alergi bagi penerimanya.

“Oleh karena itu, sebelum melakukan donor darah, saya menjaga asupan makanan saya, supaya tidak mengakibatkan alergi,” tuturnya.

Baginya, bukanlah hal yang berat hanya dengan mendonorkan darah dibandingkan dengan bagaimana kekhawatiran orang tua yang anaknya mengidap talasemia. Menjadi pendonor tetap bagi penyandang talasemia, menurutnya, merupakan sesuatu yang bisa dan harus ia lakukan.

“Ketika saya bertemu dengan anak sahabat saya itu, melihatnya dalam kondisi sehat dan segar seperti menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya,” cerita dia.

Baca Juga :  Ajak Anak Lestarikan Permainan Tradisional

Sebelum menjadi pendonor tetap talasemia, Zainar mulai aktif menjadi pendonor darah sejak belasan tahun lalu, ketika memasuki usia 30-an tahun. Pada waktu itu, ia mendonorkan darah apabila mendapat informasi ada orang yang membutuhkan darah atau dalam event tertentu.

Hingga saat ini, ia masih rutin mendonorkan darahnya. Khusus untuk talasemia, apabila telah masuk waktunya, ia bisa mendonorkan darah lagi.

“Saya mencari informasi apakah anak sahabat saya itu akan ditransfusi dalam waktu dekat? Kalau dulu siklus donor mencapai kurang lebih 3 bulan, saat ini sudah lebih pendek waktunya dan saya segera bersiap untuk donor lagi. Saya selalu melakukan donor darah di PMI,” jelasnya.

Ia memprioritaskan anak sahabatnya itu karena telah menyatakan kesediaan menjadi pendonor darah tetap. Jika ternyata sudah menerima dari donor yang lain, maka ia akan mendonorkan darah kepada orang lain yang saat itu membutuhkan.

Bagi Zainar, tak hanya rasa bahagia melihat penyandang talasemia bisa hidup sehat karena mendapatkan transfusi darah. Ia juga merasakan manfaat kesehatan sebagai seorang pendonor. Donor darah dapat membantunya mengendalikan kadar kolesterol dan tekanan darah.

Lebih dari itu, manfaat yang paling besar baginya justru dirasakan secara psikis. “Setelah donor, perasaan nyaman bukan pada anggota tubuh, namun lebih ke pikiran kita. Ada kebahagiaan setelah mendonorkan darah karena di situ kita dapat merasakan ternyata diri kita juga bisa berguna bagi orang lain,” tuturnya.

Zainar mengatakan, agar dapat rutin mendonorkan darah, bagi seorang donor juga harus menjaga kesehatannya. Jadi, menurut dia, bukan hanya berharap mendapatkan manfaat kesehatan dari melakukan donor darah. Namun, karena rutin mendonorkan darah, maka secara tidak langsung, menurut dia, juga akan selalu berusaha menjaga kesehatan tubuh dan pikiran.

Baca Juga :  Kenang Bung Karno Lewat Pentas Monolog

“Dengan kata lain, menjadi pendonor darah akan mendorong kita untuk selalu menerapkan gaya hidup sehat,” pungkasnya.

Ketua Perhimpunan Orang Tua Penyandang Thalassemia Indonesia (POPTI) Kalbar, Windy Prihastari mengungkapkan bahwa penyandang talasemia membutuhkan transfusi darah setiap bulannya seumur hidup. Sebaiknya dia menyarankan agar setiap pasien talasemia memiliki 20 orang pendonor tetap sukarela, untuk menghindari kosong darah ketika hendak transfusi.

“Karenanya kami mohon bantuan kepada para pendonor darah tetap bagi penyandang talasemia. Karena satu orang penyandang talasemia membutuhkan setidaknya 20 orang pendonor darah tetap,” ujarnya.

Windy mengakui, sampai saat ini Palang Merah Indonesia (PMI) sangat mendukung tersedianya darah bagi penyandang talasemia. Namun, diakui dia juga bahwa tidak semua pendonor yang golongan darahnya sama, cocok dengan penderita penyakit kelainan darah ini. Sebab, dijelaskan dia, ada kondisi tertentu di mana darah yang ditransfusikan bisa menyebabkan alergi bagi penerimanya.

Guna menghindari adanya alergi pada waktu transfusi darah, perempuan yang menjabat sebagai Kepala Disporapar Kalbar ini menilai perlu adanya pendonor darah tetap. Para pendonor darah tetap ini yang diharapkan dia akan mengurangi bahkan menghindari alergi penyandang talasemia.

Saat ini, pihaknya bersyukur telah tersedia filter blood di Rumah Kedua Penyandang Thalasemia Rumah Sakit dr. Soedarso Pontianak.

“Alat ini akan membantu penyandang talasemia mengurangi alergi pada saat transfusi,” pungkasnya. (*)

Penyandang talasemia sangat bergantung pada transfusi darah seumur hidupnya. Karena itulah, peran para pendonor amat dibutuhkan karena menjadi penyambung hidup mereka. Pada Hari Talasemia Sedunia (world thalassemia day) yang diperingati setiap 8 Mei, Pontianak Post akan membagikan pengalaman para pendonor darah tetap untuk penyandang talasemia.

Siti Sulbiyah, Pontianak

BETAPA senangnya Zainar Aswandi (48) saat mengetahui bahwa darahnya cocok untuk sahabat anaknya yang menyandang talasemia. Dengan begitu, ia bisa menjadi pendonor tetap bagi anak sahabatnya itu.

“Karena jika darahnya kurang cocok, penerimanya bisa terkena alergi,” ucapnya diwawancarai Pontianak Post, Sabtu (6/5).

Pria yang tinggal di Kota Pontianak ini menjadi pendonor talasemia sejak tahu bahwa anak sahabatnya itu harus rutin menerima transfusi darah. Ia kini menjadi pendonor tetap bagi penyandang talasemia kurang lebih selama 10 tahun.

Sejak menjadi pendonor tetap bagi penyandang talasemia, Zainar baru mengetahui bahwa ternyata memberikan darah untuk transfusi bukan sekadar memasukkan darah bergolongan sama dengan si penerima donor. Namun, ada kondisi tertentu di mana darah yang ditransfusikan bisa menyebabkan alergi bagi penerimanya.

“Oleh karena itu, sebelum melakukan donor darah, saya menjaga asupan makanan saya, supaya tidak mengakibatkan alergi,” tuturnya.

Baginya, bukanlah hal yang berat hanya dengan mendonorkan darah dibandingkan dengan bagaimana kekhawatiran orang tua yang anaknya mengidap talasemia. Menjadi pendonor tetap bagi penyandang talasemia, menurutnya, merupakan sesuatu yang bisa dan harus ia lakukan.

“Ketika saya bertemu dengan anak sahabat saya itu, melihatnya dalam kondisi sehat dan segar seperti menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya,” cerita dia.

Baca Juga :  1000 Kantong Darah Untuk Masyarakat yang Membutuhkan

Sebelum menjadi pendonor tetap talasemia, Zainar mulai aktif menjadi pendonor darah sejak belasan tahun lalu, ketika memasuki usia 30-an tahun. Pada waktu itu, ia mendonorkan darah apabila mendapat informasi ada orang yang membutuhkan darah atau dalam event tertentu.

Hingga saat ini, ia masih rutin mendonorkan darahnya. Khusus untuk talasemia, apabila telah masuk waktunya, ia bisa mendonorkan darah lagi.

“Saya mencari informasi apakah anak sahabat saya itu akan ditransfusi dalam waktu dekat? Kalau dulu siklus donor mencapai kurang lebih 3 bulan, saat ini sudah lebih pendek waktunya dan saya segera bersiap untuk donor lagi. Saya selalu melakukan donor darah di PMI,” jelasnya.

Ia memprioritaskan anak sahabatnya itu karena telah menyatakan kesediaan menjadi pendonor darah tetap. Jika ternyata sudah menerima dari donor yang lain, maka ia akan mendonorkan darah kepada orang lain yang saat itu membutuhkan.

Bagi Zainar, tak hanya rasa bahagia melihat penyandang talasemia bisa hidup sehat karena mendapatkan transfusi darah. Ia juga merasakan manfaat kesehatan sebagai seorang pendonor. Donor darah dapat membantunya mengendalikan kadar kolesterol dan tekanan darah.

Lebih dari itu, manfaat yang paling besar baginya justru dirasakan secara psikis. “Setelah donor, perasaan nyaman bukan pada anggota tubuh, namun lebih ke pikiran kita. Ada kebahagiaan setelah mendonorkan darah karena di situ kita dapat merasakan ternyata diri kita juga bisa berguna bagi orang lain,” tuturnya.

Zainar mengatakan, agar dapat rutin mendonorkan darah, bagi seorang donor juga harus menjaga kesehatannya. Jadi, menurut dia, bukan hanya berharap mendapatkan manfaat kesehatan dari melakukan donor darah. Namun, karena rutin mendonorkan darah, maka secara tidak langsung, menurut dia, juga akan selalu berusaha menjaga kesehatan tubuh dan pikiran.

Baca Juga :  PMI Beri Penghargaan, Zulfydar Tak Putus Berdonor Darah Sejak Mahasiswa

“Dengan kata lain, menjadi pendonor darah akan mendorong kita untuk selalu menerapkan gaya hidup sehat,” pungkasnya.

Ketua Perhimpunan Orang Tua Penyandang Thalassemia Indonesia (POPTI) Kalbar, Windy Prihastari mengungkapkan bahwa penyandang talasemia membutuhkan transfusi darah setiap bulannya seumur hidup. Sebaiknya dia menyarankan agar setiap pasien talasemia memiliki 20 orang pendonor tetap sukarela, untuk menghindari kosong darah ketika hendak transfusi.

“Karenanya kami mohon bantuan kepada para pendonor darah tetap bagi penyandang talasemia. Karena satu orang penyandang talasemia membutuhkan setidaknya 20 orang pendonor darah tetap,” ujarnya.

Windy mengakui, sampai saat ini Palang Merah Indonesia (PMI) sangat mendukung tersedianya darah bagi penyandang talasemia. Namun, diakui dia juga bahwa tidak semua pendonor yang golongan darahnya sama, cocok dengan penderita penyakit kelainan darah ini. Sebab, dijelaskan dia, ada kondisi tertentu di mana darah yang ditransfusikan bisa menyebabkan alergi bagi penerimanya.

Guna menghindari adanya alergi pada waktu transfusi darah, perempuan yang menjabat sebagai Kepala Disporapar Kalbar ini menilai perlu adanya pendonor darah tetap. Para pendonor darah tetap ini yang diharapkan dia akan mengurangi bahkan menghindari alergi penyandang talasemia.

Saat ini, pihaknya bersyukur telah tersedia filter blood di Rumah Kedua Penyandang Thalasemia Rumah Sakit dr. Soedarso Pontianak.

“Alat ini akan membantu penyandang talasemia mengurangi alergi pada saat transfusi,” pungkasnya. (*)

Most Read

Artikel Terbaru