23.9 C
Pontianak
Wednesday, June 7, 2023

Menabung Emas Hindarkan Anak dari Investasi Bodong

Investasi emas tak hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya dengan penghasilan puluhan hingga miliaran rupiah. Namun, juga bisa dilakukan pemilik usaha kecil, asisten rumah tangga, bahkan anak-anak. Dan, mengajarkan investasi emas sejak dini dapat membantu anak terhindar dari ‘investasi bodong.’ Walau sedikit-sedikit, kelak investasi ini bisa membantu mereka di saat-saat sulit.

Chairunnisya, Pontianak

Senyum Fitria merekah. Uang hasil usaha kecilnya terkumpul hingga Rp5 juta. Uang ini berasal dari upah menjahit dan jualan makanan. Dan, uang tersebut segera dibelikannya emas.

“Saya begitu mendapat uang langsung beli emas. Sebab, dari kecil diajarkan seperti itu sama keluarga,” ungkap Fitria.

Jika dulu keluarganya memilih menabung perhiasan, kini Fitria mencoba menyimpan emas batang atau logam mulia.

Perempuan berusia 30 tahun ini memiliki alasan tersendiri memilih emas ketika memiliki uang. Baginya, emas lebih menguntungkan. Nilainya terus bertambah. Dijual pun tak susah.

“Kalau ada keperluan mendadak dan kebetulan tak punya uang, emas bisa digunakan. Tinggal dijual. Tetapi, kalau saya lebih memilih ke pegadaian, digadaikan saja. Ada uang baru ditebus,” ungkap Fitria.

Tak hanya Fitria, Samiyeh juga memilih emas sebagai tabungan. Perempuan berusia 50 tahun yang bekerja sebagai pengasuh anak ini memilih menabung emas sejak puluhan tahun lalu.

“Bentuknya bukan emas batang, tetapi perhiasan seperti kalung dan gelang. Jadi bisa dipakai juga kalau pergi kondangan,” kata Samiyeh.

Emas juga menjadi penolong Samiyeh untuk menyekolahkan anak-anaknya. Ketika putri keduanya lolos masuk Akademi Kebidanan dan perlu biaya besar, Samiyeh tak segan ‘menyekolahkan’ emasnya ke Pegadaian.

“Saya sekolahkan (gadai) emas ke pegadaian. Ada uang ya ditebus lagi,” ungkapnya.

Kini, Samiyeh mulai melirik logam mulia 24 karat. “Katanya nilainya naik terus,” tuturnya.

Seperti Fitria dan Samiyeh, Runni juga memilih berinvestasi logam mulia. Namun, jumlah investasinya disesuaikan dengan pendapatannya. Sebagai pegawai perusahaan swasta yang gajinya hanya sedikit di atas upah minimum regional, Runni menabung sedikit-sedikit untuk membeli logam mulia. Jika terkumpul, dia hanya membeli yang satu gram.

“Saya sebenarnya investasi logam mulia ini untuk mengajarkan anak juga,” kata Runni.

Perempuan berusia 41 tahun ini berinvestasi emas ini berawal kisah anaknya saat Hari Raya Idul Fitri. Ketika itu, tahun 2014, dan anak berusia dua tahun. Saat Lebaran dan berkunjung ke rumah sanak saudara, anaknya mendapat uang.

Baca Juga :  Gadaikan Sepeda Motor, Abang Laporkan Adik ke Polisi

“Nah, uang itu saya kumpulkan. Tiba-tiba ada yang ngomong gini, “Waduh, anak-anak nyimpan uang ke orang tuanya. Hati-hati jadi investasi bodong. Uangnya tak nambah, tapi malah hilang.” Walau dia hanya gurau, saya jadi kepikiran omongan itu,” ungkap Runni sambil tertawa.

Dia pun bertekad, uang anaknya harus jadi barang. Akhirnya dia memilih emas. Saat itu Runni memilih perhiasan.

“Kekurangan uang buat beli perhiasan, saya tambahkan,” jelas Runni.

Seiring waktu, Runni beralih menabung logam mulia. Dia memilih Antam karena merasa lebih aman.

Dan, dia terus mengajarkan anaknya bahwa investasi emas lebih menguntungkan. Dan, bisa digunakan di kemudian hari.

“Saat ini anak saya sudah berusia 10 tahun. Hampir setiap tahun anak saya memberikan uang hasil angpo lebaran untuk beli emas,” kata Runni.

Hal yang sama juga dilakukan Runni terhadap anak keduanya yang saat ini berusia 2 tahun. Setiap sang anak diberi uang oleh siapa pun, Runni menyimpannya. Saat jumlahnya cukup untuk membeli 1 gram logam mulia, Runni segera membelinya.

“Saya memilih logam mulia Antam. Saya biasanya beli di Pegadaian. Lebih aman,” tutur Runni.

Runni menambahkan dia sengaja mengajarkan anaknya berinvestasi emas sejak dini agar kelak mereka bisa merasakan manfaatnya. Dia berharap saat anak-anaknya dewasa, emas itu bisa bermanfaat.

“Mudah-mudahan dengan belajar investasi emas sejak dini, mereka juga bisa terhindar dari investasi bodong di kemudian hari,” harap Runni sambil tersenyum.

Dosen FEB Universitas Tanjungpura Dr. Wendy, M.Sc, mengungkapkan investasi emas batangan berbeda dengan membeli perhiasan emas atau melakukan transaksi komoditas emas di pasar future (komoditas). Emas batangan dalam konteks investasi adalah logam mulia (LM). Yakni, batangan emas murni 24 karat, baik yang diproduksi secara modern, bersertifikat termasuk emas London,  maupun emas batangan lainnya yang dapat dipotong sesuai jumlah pembelian.

Perhiasan emas tidak dikategorikan sebagai investasi emas. Sebab,  umumnya tidak murni atau jauh di bawah 24 karat dan telah berbentuk barang jadi.

“Misalnya, cincin atau gelang yang pada saat pembelian dihitung biaya produksinya. Saat dijual, biaya produksi untuk membuat cincin atau gelang tersebut tidak dihitung sehingga dalam konteks investasi sifatnya merugikan,” ujarnya belum lama ini.

Wendy menjelaskan ada keunggulan  investasi emas, yakni stabilitas harga. Harga emas ini cenderung stabil dari waktu ke waktu, bahkan menunjukkan tren peningkatan yang cukup signifikan.

Baca Juga :  Upaya Punjung Bangkit Jadi Pengekspor Jahe lewat Program Desa Devisa

Wendy menyarankan membeli logam mulia pada sumber terpercaya yang dilengkapi sertifikat asli untuk menghindari risiko kualitas. Untuk menghindari risiko kehilangan, lebih baik logam mulia disimpan di safe deposit box (SDB) bank setelah dibeli.

Dia menjelaskan logam mulia lebih banyak dicari saat kondisi ekonomi tidak stabil. Keputusan ini biasanya tidak hanya terjadi pada level individu, tetapi juga pada level negara. Banyak negara yang kemudian mengalihkan cadangan devisanya menjadi emas ketika terjadi turbulensi ekonomi dan ketidakpastian global.

Wendy menambahkan tidak ada angka nominal yang disyaratkan untuk menjadikan instrumen ini sebagai aset investasi.

“Tentunya jumlah LM yang dibeli disesuaikan dengan kemampuan finansial pembeli,” pungkasnya.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Pegadaian Ferdian Timur Satyagraha mengatakan investasi emas 2023 bakal terkerek. Tren pertumbuhan nasabah berbasis pembiayaan sendiri mencapai 13,5 persen. Namun, volume tabungan emas diprediksi tumbuh 50 persen.

’’Penentuan instrumen investasi memang bergantung profil investor masing-masing. Namun, untuk investor moderat dan konservatif, setidaknya 10–15 persen modal mereka diwujudkan emas,’’ ungkapnya, belum lama ini.

Dia menjelaskan ada tiga skenario berdasarkan analis emas pegadaian. Pertama, apabila puncak suku bunga acuan AS alias Fed fund rates tahun ini mencapai 4,5 persen dengan posisi akhir tahun 2,5 persen. Kenaikan itu diikuti dengan yield surat utang Negeri Paman Sam rendah, maka ekonomi global bakal anjlok. Hal itu bakal mendongkrak harga logam mulia yang signifikan.

Kedua, Fed fund rates naik ke angka 5 persen, maka pertumbuhan ekonomi diperkirakan memasuki resesi ringan. Dengan kondisi tersebut, harga emas bakal cenderung stabil, tapi masih akan naik. ’’Namun, jika bank sentral AS memasang suku bunga hingga 5,5 persen, ekonomi bakal terangkat dan harga emas bakal menghadapi tekanan yang kuat,’’ imbuhnya.

Ferdian menyebutkan skema yang kemungkinan besar terjadi adalah skema kedua. Sebab, masih mempertimbangkan faktor dalam negeri. Yakni, nilai tukar rupiah. Selama Indonesia masih bisa menggenjot capital inflow dan surplus neraca perdagangan internasional, rupiah masih bisa bertahan di Rp15 ribu hingga Rp 15.500 per USD.

Dan, lanjutnya, tidak tertutup kemungkinan harga emas bisa mengalami kenaikan signifikan karena sentimen tertentu. Seperti  konflik Eropa Timur yang tiba-tiba mengalami eskalasi tinggi.**

Investasi emas tak hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya dengan penghasilan puluhan hingga miliaran rupiah. Namun, juga bisa dilakukan pemilik usaha kecil, asisten rumah tangga, bahkan anak-anak. Dan, mengajarkan investasi emas sejak dini dapat membantu anak terhindar dari ‘investasi bodong.’ Walau sedikit-sedikit, kelak investasi ini bisa membantu mereka di saat-saat sulit.

Chairunnisya, Pontianak

Senyum Fitria merekah. Uang hasil usaha kecilnya terkumpul hingga Rp5 juta. Uang ini berasal dari upah menjahit dan jualan makanan. Dan, uang tersebut segera dibelikannya emas.

“Saya begitu mendapat uang langsung beli emas. Sebab, dari kecil diajarkan seperti itu sama keluarga,” ungkap Fitria.

Jika dulu keluarganya memilih menabung perhiasan, kini Fitria mencoba menyimpan emas batang atau logam mulia.

Perempuan berusia 30 tahun ini memiliki alasan tersendiri memilih emas ketika memiliki uang. Baginya, emas lebih menguntungkan. Nilainya terus bertambah. Dijual pun tak susah.

“Kalau ada keperluan mendadak dan kebetulan tak punya uang, emas bisa digunakan. Tinggal dijual. Tetapi, kalau saya lebih memilih ke pegadaian, digadaikan saja. Ada uang baru ditebus,” ungkap Fitria.

Tak hanya Fitria, Samiyeh juga memilih emas sebagai tabungan. Perempuan berusia 50 tahun yang bekerja sebagai pengasuh anak ini memilih menabung emas sejak puluhan tahun lalu.

“Bentuknya bukan emas batang, tetapi perhiasan seperti kalung dan gelang. Jadi bisa dipakai juga kalau pergi kondangan,” kata Samiyeh.

Emas juga menjadi penolong Samiyeh untuk menyekolahkan anak-anaknya. Ketika putri keduanya lolos masuk Akademi Kebidanan dan perlu biaya besar, Samiyeh tak segan ‘menyekolahkan’ emasnya ke Pegadaian.

“Saya sekolahkan (gadai) emas ke pegadaian. Ada uang ya ditebus lagi,” ungkapnya.

Kini, Samiyeh mulai melirik logam mulia 24 karat. “Katanya nilainya naik terus,” tuturnya.

Seperti Fitria dan Samiyeh, Runni juga memilih berinvestasi logam mulia. Namun, jumlah investasinya disesuaikan dengan pendapatannya. Sebagai pegawai perusahaan swasta yang gajinya hanya sedikit di atas upah minimum regional, Runni menabung sedikit-sedikit untuk membeli logam mulia. Jika terkumpul, dia hanya membeli yang satu gram.

“Saya sebenarnya investasi logam mulia ini untuk mengajarkan anak juga,” kata Runni.

Perempuan berusia 41 tahun ini berinvestasi emas ini berawal kisah anaknya saat Hari Raya Idul Fitri. Ketika itu, tahun 2014, dan anak berusia dua tahun. Saat Lebaran dan berkunjung ke rumah sanak saudara, anaknya mendapat uang.

Baca Juga :  Perhari Rata-rata 50 Orang Buka Tabungan Emas di Kantor BRI

“Nah, uang itu saya kumpulkan. Tiba-tiba ada yang ngomong gini, “Waduh, anak-anak nyimpan uang ke orang tuanya. Hati-hati jadi investasi bodong. Uangnya tak nambah, tapi malah hilang.” Walau dia hanya gurau, saya jadi kepikiran omongan itu,” ungkap Runni sambil tertawa.

Dia pun bertekad, uang anaknya harus jadi barang. Akhirnya dia memilih emas. Saat itu Runni memilih perhiasan.

“Kekurangan uang buat beli perhiasan, saya tambahkan,” jelas Runni.

Seiring waktu, Runni beralih menabung logam mulia. Dia memilih Antam karena merasa lebih aman.

Dan, dia terus mengajarkan anaknya bahwa investasi emas lebih menguntungkan. Dan, bisa digunakan di kemudian hari.

“Saat ini anak saya sudah berusia 10 tahun. Hampir setiap tahun anak saya memberikan uang hasil angpo lebaran untuk beli emas,” kata Runni.

Hal yang sama juga dilakukan Runni terhadap anak keduanya yang saat ini berusia 2 tahun. Setiap sang anak diberi uang oleh siapa pun, Runni menyimpannya. Saat jumlahnya cukup untuk membeli 1 gram logam mulia, Runni segera membelinya.

“Saya memilih logam mulia Antam. Saya biasanya beli di Pegadaian. Lebih aman,” tutur Runni.

Runni menambahkan dia sengaja mengajarkan anaknya berinvestasi emas sejak dini agar kelak mereka bisa merasakan manfaatnya. Dia berharap saat anak-anaknya dewasa, emas itu bisa bermanfaat.

“Mudah-mudahan dengan belajar investasi emas sejak dini, mereka juga bisa terhindar dari investasi bodong di kemudian hari,” harap Runni sambil tersenyum.

Dosen FEB Universitas Tanjungpura Dr. Wendy, M.Sc, mengungkapkan investasi emas batangan berbeda dengan membeli perhiasan emas atau melakukan transaksi komoditas emas di pasar future (komoditas). Emas batangan dalam konteks investasi adalah logam mulia (LM). Yakni, batangan emas murni 24 karat, baik yang diproduksi secara modern, bersertifikat termasuk emas London,  maupun emas batangan lainnya yang dapat dipotong sesuai jumlah pembelian.

Perhiasan emas tidak dikategorikan sebagai investasi emas. Sebab,  umumnya tidak murni atau jauh di bawah 24 karat dan telah berbentuk barang jadi.

“Misalnya, cincin atau gelang yang pada saat pembelian dihitung biaya produksinya. Saat dijual, biaya produksi untuk membuat cincin atau gelang tersebut tidak dihitung sehingga dalam konteks investasi sifatnya merugikan,” ujarnya belum lama ini.

Wendy menjelaskan ada keunggulan  investasi emas, yakni stabilitas harga. Harga emas ini cenderung stabil dari waktu ke waktu, bahkan menunjukkan tren peningkatan yang cukup signifikan.

Baca Juga :  Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi

Wendy menyarankan membeli logam mulia pada sumber terpercaya yang dilengkapi sertifikat asli untuk menghindari risiko kualitas. Untuk menghindari risiko kehilangan, lebih baik logam mulia disimpan di safe deposit box (SDB) bank setelah dibeli.

Dia menjelaskan logam mulia lebih banyak dicari saat kondisi ekonomi tidak stabil. Keputusan ini biasanya tidak hanya terjadi pada level individu, tetapi juga pada level negara. Banyak negara yang kemudian mengalihkan cadangan devisanya menjadi emas ketika terjadi turbulensi ekonomi dan ketidakpastian global.

Wendy menambahkan tidak ada angka nominal yang disyaratkan untuk menjadikan instrumen ini sebagai aset investasi.

“Tentunya jumlah LM yang dibeli disesuaikan dengan kemampuan finansial pembeli,” pungkasnya.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Pegadaian Ferdian Timur Satyagraha mengatakan investasi emas 2023 bakal terkerek. Tren pertumbuhan nasabah berbasis pembiayaan sendiri mencapai 13,5 persen. Namun, volume tabungan emas diprediksi tumbuh 50 persen.

’’Penentuan instrumen investasi memang bergantung profil investor masing-masing. Namun, untuk investor moderat dan konservatif, setidaknya 10–15 persen modal mereka diwujudkan emas,’’ ungkapnya, belum lama ini.

Dia menjelaskan ada tiga skenario berdasarkan analis emas pegadaian. Pertama, apabila puncak suku bunga acuan AS alias Fed fund rates tahun ini mencapai 4,5 persen dengan posisi akhir tahun 2,5 persen. Kenaikan itu diikuti dengan yield surat utang Negeri Paman Sam rendah, maka ekonomi global bakal anjlok. Hal itu bakal mendongkrak harga logam mulia yang signifikan.

Kedua, Fed fund rates naik ke angka 5 persen, maka pertumbuhan ekonomi diperkirakan memasuki resesi ringan. Dengan kondisi tersebut, harga emas bakal cenderung stabil, tapi masih akan naik. ’’Namun, jika bank sentral AS memasang suku bunga hingga 5,5 persen, ekonomi bakal terangkat dan harga emas bakal menghadapi tekanan yang kuat,’’ imbuhnya.

Ferdian menyebutkan skema yang kemungkinan besar terjadi adalah skema kedua. Sebab, masih mempertimbangkan faktor dalam negeri. Yakni, nilai tukar rupiah. Selama Indonesia masih bisa menggenjot capital inflow dan surplus neraca perdagangan internasional, rupiah masih bisa bertahan di Rp15 ribu hingga Rp 15.500 per USD.

Dan, lanjutnya, tidak tertutup kemungkinan harga emas bisa mengalami kenaikan signifikan karena sentimen tertentu. Seperti  konflik Eropa Timur yang tiba-tiba mengalami eskalasi tinggi.**

Most Read

Artikel Terbaru