23.9 C
Pontianak
Wednesday, June 7, 2023

Menghadapi Pasangan Gemar Berjudi

Punya pasangan dalam hal ini suami gemar judi pastinya membuat stres dan tertekan. Bukan hanya capek secara mental, melainkan juga memengaruhi fisik hingga kondisi finansial. Bagaimana menyikapinya?

Oleh : Siti Sulbiyah

Betapa tertekannya Bunga -bukan nama sebenarnya- menghadapi pasangan yang hobi judi online. Kondisi finansial rumah tangganya sangat terganggu akibat terpakai untuk menuruti nafsu suaminya berjudi. 

Bunga menceritakan, suaminya mulai berjudi bahkan sejak sebelum menikah. Awalnya hanya sekedar ingin mengambil jalan pintas guna membantu biaya untuk menikah. “Setelah menikah saya pikir suami saya berubah tidak bermain judi. Saya harap suami saya berubah,” ujarnya.

Namun ternyata, perilaku judi itu masih dilakukan sang suami saat telah berumah tangga. Suaminya begitu kecanduan bermain judi. Pertengkaran demi pertengkaran pun kerap terjadi. Bunga kebingungan melakukan apa agar suaminya berhenti dari perbuatan yang sangat merugikan itu. 

Psikolog Klinis Dewasa, Syifa Zunuraina, M.Psi., Psikolog, menilai menghadapi pasangan dengan masalah judi bukan suatu hal yang mudah. Sebab, perlu kesadaran dari orang itu sendiri untuk berubah. 

“Kita harus sadar bahwa kita tidak bisa mengontrol perilaku judi pasangan. Karena satu-satu orang yang bisa mengubah perilaku judinya itu ya orang itu sendiri,” ungkapnya. 

Dampak dari berjudi sudah sangat jelas. Di antaranya menurunnya etos kerja, membuat pelakunya nekat berutang dan menjual aset-aset pentingnya, bahkan berdampak pada tindakan kriminal seperti mencuri maupun penipuan. 

Dalam kondisi ini, apa yang bisa dilakukan? Menurutnya, peran yang bisa dilakukan adalah dengan mengingatkannya akan dampak buruk perilaku judi terhadap kita sebagai pasangan maupun keluarga. Hal ini pun perlu disampaikan secara terbuka kepada pasangan. Selain itu, berikan bantuan kepada pasangan agar ia mudah keluar dari jerat perilaku judi tersebut. Dukungan ini dinilai perlu dilakukan karena seringkali orang yang kecanduan judi sudah kehilangan kendali atas dirinya sendiri. 

“Kita berusaha agar pasangan tahu bahwa kita ada dan membantunya keluar dari masalah tersebut,” tuturnya. 

Namun, psikolog yang praktik di DSP Consulting Pontianak ini tidak menyarankan dukungan yang diberikan pasangan dalam bentuk finansial. Misalnya, dengan membantunya melunasi utang akibat berjudi, maupun dampak-dampak finansial dari perjudian yang dilakukan. 

Baca Juga :  Bekuk Bandar Kolok-kolok, Buka Lapak di Waterfront

Sebaiknya, kata dia, pasangan yang berjudi itulah yang bertanggung jawab secara penuh mengenai dampak finansial yang sudah ia sebabkan. “Jangan mau diminta turut bertanggung jawab dari dampak termasuk. Misalnya dengan cara berbohong, atau menipu orang lain yang hal ini justru akan memperparah perilaku judinya,” tuturnya.

Kalaupun ingin membantu pasangan secara finansial itu, harus dengan pertimbangan yang sangat matang. Bisa juga dengan meminta bantuan profesional di bidang manajemen keuangan untuk membantu pasangan dalam mengatasi dampak finansial yang dialami karena berjudi. 

Selain itu, tidak ada salahnya untuk menceritakan hal ini kepada orang yang dipercaya guna mendapatkan masukan maupun penguatan secara mental. Bisa juga berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya yang juga merasakan dampak dari perjudian tersebut, sehingga bisa dapat saling mendukung satu sama lain.

Syifa juga mengingatkan untuk tetap menjaga kesehatan fisik maupun mental dengan mengatur pola hidup dan kelola stress dengan baik. “Tetap perhatikan kesehatan kita, tetap makan-makan yang bernutrisi, olahraga, makan yang cukup, supaya bisa meminimalisir stres,” tuturnya.

Perilaku judi pada pasangan tentu akan memengaruhi finansial, emosional, hingga rasa kepercayaan dalam sebuah hubungan rumah tangga.  Apakah sebaiknya berpisah dengan pasangan? Terkait hal ini, Syifa mengatakan keputusan untuk berpisah dibalikkan kepada masing-masing individu. 

Syifa Zunuraina, M.Psi., Psikolog

Namun, lanjutnya, ada baiknya mempertahankan hubungan tersebut apabila pasangan menunjukkan itikad untuk berubah. “Dan bila kita masih merasa kuat bertahan, maka sebenarnya bisa sama-sama melanjutkan pernikahan dan menyelesaikan masalah perilaku judi tersebut,” tuturnya.

Bila hal ini terjadi pada pasangan dalam status belum menikah ataupun pacaran, maka perilaku judi ini harus betul-betul disembuhkan sebelum memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Sebab bagaimanapun, pernikahan membutuhkan kondisi finansial yang baik agar dapat berjalan dengan kondusif. 

Baca Juga :  Mengelola Stres Bersama Keluarga

“Sehingga perilaku judi yang dilakukan pasangan ini benar-benar butuh pertimbangan. Lebih baik memang perlu dibereskan dahulu permasalahan judinya itu,” tuturnya.

Waspada Gangguan Judi

Psikolog Klinis Dewasa, Syifa Zunuraina, M.Psi., Psikolog, mengatakan pada kondisi tertentu, orang yang suka berjudi tak sekedar lagi untuk bersenang-senang. Namun, perilaku judi bisa sangat parah apabila sudah masuk pada kondisi gangguan mental sehingga sulit mengontrol diri. 

Gangguan judi atau disebut gambling disorder, adalah perilaku atau dorongan tak terkendali untuk terus-menerus melakukan judi meski harus mengorbankan hidup.

“Tanda seseorang telah mengalami ganggan judi ini adalah saat perilaku ini sudah merusak dirinya di berbagai bidang kehidupan. Misalnya sampai menghabiskan banyak uang dan ketika mencoba berhenti ia akan merasa gelisah,” jelasnya.

Bila sudah pada tahap ini, ia menyarankan untuk berkonsultasi dengan profesional seperti psikolog agar mendapatkan penanganan yang komprehensif. Sebab, gangguan ini membutuhkan penanganan seperti terapi.  

Kondisikan Buah Hati

Apabila sudah memiliki anak yang sudah mulai memahami permasalah keluarga, maka diperlukan adanya perlakuan tertentu agar perilaku judi pasangan tidak berdampak pada mental buah hati.

Psikolog Klinis Dewasa, Syifa Zunuraina, M.Psi., Psikolog menilai, masalah judi yang dilakukan oleh pasangan bisa berdampak negatif pada anak, mulai dari masalah yang terkait dengan kebutuhan finansialnya, mentalnya, maupun akademiknya.

Untuk meminimalisir dampaknya, Syifa menyarankan untuk memberikan dukungan secara emosional kepada anak. Cara dengan mendorong anak mengungkapkan perasaannya saat sudah siap untuk bercerita. Setelah itu, yakinkan kepada anak bahwa bahwa ia tidak bertanggung jawab terhadap dampak dari masalah judi tersebut. 

“Beri tahu anak bahwa saat ini kondisi keluarga tidak baik, namun yakinkan kepada mereka bahwa mereka akan baik-baik saja kondisinya,” tuturnya. 

Selain itu, berikan pemahaman pada anak yang bahwa judi merupakan sebuah perilaku yang buruk. Dalam hal ini anak harus bisa memisahkan antara perilaku dan orangnya.  ‘Yang mau kita kasih tau adalah perilakunya yang salah,” imbuhnya.(sti)

Punya pasangan dalam hal ini suami gemar judi pastinya membuat stres dan tertekan. Bukan hanya capek secara mental, melainkan juga memengaruhi fisik hingga kondisi finansial. Bagaimana menyikapinya?

Oleh : Siti Sulbiyah

Betapa tertekannya Bunga -bukan nama sebenarnya- menghadapi pasangan yang hobi judi online. Kondisi finansial rumah tangganya sangat terganggu akibat terpakai untuk menuruti nafsu suaminya berjudi. 

Bunga menceritakan, suaminya mulai berjudi bahkan sejak sebelum menikah. Awalnya hanya sekedar ingin mengambil jalan pintas guna membantu biaya untuk menikah. “Setelah menikah saya pikir suami saya berubah tidak bermain judi. Saya harap suami saya berubah,” ujarnya.

Namun ternyata, perilaku judi itu masih dilakukan sang suami saat telah berumah tangga. Suaminya begitu kecanduan bermain judi. Pertengkaran demi pertengkaran pun kerap terjadi. Bunga kebingungan melakukan apa agar suaminya berhenti dari perbuatan yang sangat merugikan itu. 

Psikolog Klinis Dewasa, Syifa Zunuraina, M.Psi., Psikolog, menilai menghadapi pasangan dengan masalah judi bukan suatu hal yang mudah. Sebab, perlu kesadaran dari orang itu sendiri untuk berubah. 

“Kita harus sadar bahwa kita tidak bisa mengontrol perilaku judi pasangan. Karena satu-satu orang yang bisa mengubah perilaku judinya itu ya orang itu sendiri,” ungkapnya. 

Dampak dari berjudi sudah sangat jelas. Di antaranya menurunnya etos kerja, membuat pelakunya nekat berutang dan menjual aset-aset pentingnya, bahkan berdampak pada tindakan kriminal seperti mencuri maupun penipuan. 

Dalam kondisi ini, apa yang bisa dilakukan? Menurutnya, peran yang bisa dilakukan adalah dengan mengingatkannya akan dampak buruk perilaku judi terhadap kita sebagai pasangan maupun keluarga. Hal ini pun perlu disampaikan secara terbuka kepada pasangan. Selain itu, berikan bantuan kepada pasangan agar ia mudah keluar dari jerat perilaku judi tersebut. Dukungan ini dinilai perlu dilakukan karena seringkali orang yang kecanduan judi sudah kehilangan kendali atas dirinya sendiri. 

“Kita berusaha agar pasangan tahu bahwa kita ada dan membantunya keluar dari masalah tersebut,” tuturnya. 

Namun, psikolog yang praktik di DSP Consulting Pontianak ini tidak menyarankan dukungan yang diberikan pasangan dalam bentuk finansial. Misalnya, dengan membantunya melunasi utang akibat berjudi, maupun dampak-dampak finansial dari perjudian yang dilakukan. 

Baca Juga :  Ini Kata Psikolog Soal Alasan Remaja Lakukan Self Harm

Sebaiknya, kata dia, pasangan yang berjudi itulah yang bertanggung jawab secara penuh mengenai dampak finansial yang sudah ia sebabkan. “Jangan mau diminta turut bertanggung jawab dari dampak termasuk. Misalnya dengan cara berbohong, atau menipu orang lain yang hal ini justru akan memperparah perilaku judinya,” tuturnya.

Kalaupun ingin membantu pasangan secara finansial itu, harus dengan pertimbangan yang sangat matang. Bisa juga dengan meminta bantuan profesional di bidang manajemen keuangan untuk membantu pasangan dalam mengatasi dampak finansial yang dialami karena berjudi. 

Selain itu, tidak ada salahnya untuk menceritakan hal ini kepada orang yang dipercaya guna mendapatkan masukan maupun penguatan secara mental. Bisa juga berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya yang juga merasakan dampak dari perjudian tersebut, sehingga bisa dapat saling mendukung satu sama lain.

Syifa juga mengingatkan untuk tetap menjaga kesehatan fisik maupun mental dengan mengatur pola hidup dan kelola stress dengan baik. “Tetap perhatikan kesehatan kita, tetap makan-makan yang bernutrisi, olahraga, makan yang cukup, supaya bisa meminimalisir stres,” tuturnya.

Perilaku judi pada pasangan tentu akan memengaruhi finansial, emosional, hingga rasa kepercayaan dalam sebuah hubungan rumah tangga.  Apakah sebaiknya berpisah dengan pasangan? Terkait hal ini, Syifa mengatakan keputusan untuk berpisah dibalikkan kepada masing-masing individu. 

Syifa Zunuraina, M.Psi., Psikolog

Namun, lanjutnya, ada baiknya mempertahankan hubungan tersebut apabila pasangan menunjukkan itikad untuk berubah. “Dan bila kita masih merasa kuat bertahan, maka sebenarnya bisa sama-sama melanjutkan pernikahan dan menyelesaikan masalah perilaku judi tersebut,” tuturnya.

Bila hal ini terjadi pada pasangan dalam status belum menikah ataupun pacaran, maka perilaku judi ini harus betul-betul disembuhkan sebelum memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Sebab bagaimanapun, pernikahan membutuhkan kondisi finansial yang baik agar dapat berjalan dengan kondusif. 

Baca Juga :  IPK Indonesia Bertekad Kembangkan Ilmu dan Tingkatkan Mutu Layanan Psikologi Klinis

“Sehingga perilaku judi yang dilakukan pasangan ini benar-benar butuh pertimbangan. Lebih baik memang perlu dibereskan dahulu permasalahan judinya itu,” tuturnya.

Waspada Gangguan Judi

Psikolog Klinis Dewasa, Syifa Zunuraina, M.Psi., Psikolog, mengatakan pada kondisi tertentu, orang yang suka berjudi tak sekedar lagi untuk bersenang-senang. Namun, perilaku judi bisa sangat parah apabila sudah masuk pada kondisi gangguan mental sehingga sulit mengontrol diri. 

Gangguan judi atau disebut gambling disorder, adalah perilaku atau dorongan tak terkendali untuk terus-menerus melakukan judi meski harus mengorbankan hidup.

“Tanda seseorang telah mengalami ganggan judi ini adalah saat perilaku ini sudah merusak dirinya di berbagai bidang kehidupan. Misalnya sampai menghabiskan banyak uang dan ketika mencoba berhenti ia akan merasa gelisah,” jelasnya.

Bila sudah pada tahap ini, ia menyarankan untuk berkonsultasi dengan profesional seperti psikolog agar mendapatkan penanganan yang komprehensif. Sebab, gangguan ini membutuhkan penanganan seperti terapi.  

Kondisikan Buah Hati

Apabila sudah memiliki anak yang sudah mulai memahami permasalah keluarga, maka diperlukan adanya perlakuan tertentu agar perilaku judi pasangan tidak berdampak pada mental buah hati.

Psikolog Klinis Dewasa, Syifa Zunuraina, M.Psi., Psikolog menilai, masalah judi yang dilakukan oleh pasangan bisa berdampak negatif pada anak, mulai dari masalah yang terkait dengan kebutuhan finansialnya, mentalnya, maupun akademiknya.

Untuk meminimalisir dampaknya, Syifa menyarankan untuk memberikan dukungan secara emosional kepada anak. Cara dengan mendorong anak mengungkapkan perasaannya saat sudah siap untuk bercerita. Setelah itu, yakinkan kepada anak bahwa bahwa ia tidak bertanggung jawab terhadap dampak dari masalah judi tersebut. 

“Beri tahu anak bahwa saat ini kondisi keluarga tidak baik, namun yakinkan kepada mereka bahwa mereka akan baik-baik saja kondisinya,” tuturnya. 

Selain itu, berikan pemahaman pada anak yang bahwa judi merupakan sebuah perilaku yang buruk. Dalam hal ini anak harus bisa memisahkan antara perilaku dan orangnya.  ‘Yang mau kita kasih tau adalah perilakunya yang salah,” imbuhnya.(sti)

Most Read

Artikel Terbaru