26.7 C
Pontianak
Wednesday, March 29, 2023

Milenial Bijak Berinvestasi

Menjadi seorang investor kini dapat dilakukan siapa saja. Pasalnya, platform investasi yang kian menjamur membuat masyarakat lebih mudah menguasai literasi finansial secara lebih baik, terutama generasi milenial. Namun, investor muda juga harus bijak dalam berinvestasi.

Oleh : Siti Sulbiyah

Cristoper mengetahui pasar modal sejak ia duduk di bangku SMA. Ia tahu salah satu cara menghasilkan uang adalah dengan bermain saham. Berbagai literatur ia pelajari guna mengetahui strategi agar meraih cuan. Tetapi bukan untung yang ia dapat, justru buntung.

“Pertama belajar secara otodidak cari buku, dan cari di internet. Tetapi hasilnya hasil serek,” ucapnya, kemarin.

Ketika menjadi mahasiswa di kampus Widya Dharma Pontianak, ia dikenalkan dengan Komunitas Studi Pasar Modal (KSPM). Sejak saat itulah ia mengetahui bahwa strategi yang ia terapkan sebelumnya tidak tepat.

Ia pun terus belajar, baik kepada dosen pembimbing hingga kakak tingkat. Sedikit demi sedikit, mahasiswa semester 7 tersebut, mulai memperoleh untung dari aktivitasnya bermain saham.

“Kalau saya mainnya trading. Biasanya trading satu juta, bisa dapat keuntungan 10 persen,” ungkap pria yang kini berusia 21 tahun itu.

Tirta Segara, Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan generasi milenial sudah semestinya mulai untuk berinvestasi. Salah satu alasannya, karena investasi menjadi alternatif pendapatan.

Baca Juga :  DPR Milenial Belum Optimal

“Kita tarik pelajaran dari pandemi covid-19, 75 persen keluarga mengalami penurunan pendapatan. Sehingga kita ini butuh alternatif pendapatan. Tidak tergantung pada satu pendapatan saja,” katanya.

Alasan selanjutnya adalah daya beli yang terus menurun, sehingga apabila tidak diinvestasikan, maka pendapatan akan tertinggal. Selain itu, setiap orang tidak selalu hidup di atas.

“Setelah bekerja itu mulai produktif, makin tinggi jabatannya dan duduk di puncak, gaji kita tinggi. Tapi setelah itu pensiun, masa produktif sudah selesai, tetapi biaya hidup kurang lebih sama, bahkan lebih besar,” katanya.

Dalam berinvestasi, milenial harus mengenali produk serta mulailah dari investasi dalam jumlah yang kecil sambil terus mempelajarinya. Selain itu, menerapkan diversifikasi dalam memilih instrumen investasi juga penting dilakukan untuk meminimalisir kerugian. Pasalnya, dengan melakukan diversifikasi berarti investor tidak fokus ke satu instrumen saja.

“Kemudian tidak mudah mengikuti emosi serta memastikan legalitas investasi,” jelasnya.

Milenial harus bijak dalam berinvestasi. Karena dari itu, hal pertama menurut Tirta yang harus menjadi pertimbangan ketika akan memulai investasi adalah target investasi, ketersediaan dana dan waktu, serta kemampuan analisis.

Baca Juga :  Pertambangan Kalbar Kekurangan Data, Investor Enggan Masuk

“Jangka waktunya pendek, menengah atau panjang? Biasanya dibagi-bagi karena kita butuh investasi jangka pendek untuk dana berjaga-jaga. Investasi jangka menengah ini biasanya untuk diganti dan dipindah-pindah. Serta investasi jangka panjang ini untuk long term dan risikonya kecil,” paparnya.

Selain memerlukan dana khusus yang memang dialokasikan untuk berinvestasi, investor pemula juga perlu mempertimbangkan ketersediaan waktu. Apabila memiliki waktu yang banyak serta bisa secara aktif memantau pergerakan saham, maka bisa berkecimpung dalam trading saham.

“Tapi kalau tidak punya waktu kita percayakan kepada perusahaan investasi, sambil kita tetap belajar,” tuturnya.

Untuk investor pemula, dirinya menyarankan untuk dapat mengendalikan diri. Jangan sampai menjadi investor yang serakah dan tidak memiliki tujuan yang jelas.

“Kita tidak boleh emosi dan serakah. Jadi investor harus konsisten,” katanya.

Investor juga harus mengenali manfaat dan risiko dalam berinvestasi. Sayangnya, investor pemula biasanya tidak terlalu menghiraukan risiko dalam berinvestasi. Padahal, sekecil apapun investasi tetap ada risikonya.

“Jadi jangan sekedar ikut-ikutan tapi harus paham,” pungkasnya. **

Menjadi seorang investor kini dapat dilakukan siapa saja. Pasalnya, platform investasi yang kian menjamur membuat masyarakat lebih mudah menguasai literasi finansial secara lebih baik, terutama generasi milenial. Namun, investor muda juga harus bijak dalam berinvestasi.

Oleh : Siti Sulbiyah

Cristoper mengetahui pasar modal sejak ia duduk di bangku SMA. Ia tahu salah satu cara menghasilkan uang adalah dengan bermain saham. Berbagai literatur ia pelajari guna mengetahui strategi agar meraih cuan. Tetapi bukan untung yang ia dapat, justru buntung.

“Pertama belajar secara otodidak cari buku, dan cari di internet. Tetapi hasilnya hasil serek,” ucapnya, kemarin.

Ketika menjadi mahasiswa di kampus Widya Dharma Pontianak, ia dikenalkan dengan Komunitas Studi Pasar Modal (KSPM). Sejak saat itulah ia mengetahui bahwa strategi yang ia terapkan sebelumnya tidak tepat.

Ia pun terus belajar, baik kepada dosen pembimbing hingga kakak tingkat. Sedikit demi sedikit, mahasiswa semester 7 tersebut, mulai memperoleh untung dari aktivitasnya bermain saham.

“Kalau saya mainnya trading. Biasanya trading satu juta, bisa dapat keuntungan 10 persen,” ungkap pria yang kini berusia 21 tahun itu.

Tirta Segara, Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan generasi milenial sudah semestinya mulai untuk berinvestasi. Salah satu alasannya, karena investasi menjadi alternatif pendapatan.

Baca Juga :  DPR Milenial Belum Optimal

“Kita tarik pelajaran dari pandemi covid-19, 75 persen keluarga mengalami penurunan pendapatan. Sehingga kita ini butuh alternatif pendapatan. Tidak tergantung pada satu pendapatan saja,” katanya.

Alasan selanjutnya adalah daya beli yang terus menurun, sehingga apabila tidak diinvestasikan, maka pendapatan akan tertinggal. Selain itu, setiap orang tidak selalu hidup di atas.

“Setelah bekerja itu mulai produktif, makin tinggi jabatannya dan duduk di puncak, gaji kita tinggi. Tapi setelah itu pensiun, masa produktif sudah selesai, tetapi biaya hidup kurang lebih sama, bahkan lebih besar,” katanya.

Dalam berinvestasi, milenial harus mengenali produk serta mulailah dari investasi dalam jumlah yang kecil sambil terus mempelajarinya. Selain itu, menerapkan diversifikasi dalam memilih instrumen investasi juga penting dilakukan untuk meminimalisir kerugian. Pasalnya, dengan melakukan diversifikasi berarti investor tidak fokus ke satu instrumen saja.

“Kemudian tidak mudah mengikuti emosi serta memastikan legalitas investasi,” jelasnya.

Milenial harus bijak dalam berinvestasi. Karena dari itu, hal pertama menurut Tirta yang harus menjadi pertimbangan ketika akan memulai investasi adalah target investasi, ketersediaan dana dan waktu, serta kemampuan analisis.

Baca Juga :  Menghadirkan Gaya Skandinavia

“Jangka waktunya pendek, menengah atau panjang? Biasanya dibagi-bagi karena kita butuh investasi jangka pendek untuk dana berjaga-jaga. Investasi jangka menengah ini biasanya untuk diganti dan dipindah-pindah. Serta investasi jangka panjang ini untuk long term dan risikonya kecil,” paparnya.

Selain memerlukan dana khusus yang memang dialokasikan untuk berinvestasi, investor pemula juga perlu mempertimbangkan ketersediaan waktu. Apabila memiliki waktu yang banyak serta bisa secara aktif memantau pergerakan saham, maka bisa berkecimpung dalam trading saham.

“Tapi kalau tidak punya waktu kita percayakan kepada perusahaan investasi, sambil kita tetap belajar,” tuturnya.

Untuk investor pemula, dirinya menyarankan untuk dapat mengendalikan diri. Jangan sampai menjadi investor yang serakah dan tidak memiliki tujuan yang jelas.

“Kita tidak boleh emosi dan serakah. Jadi investor harus konsisten,” katanya.

Investor juga harus mengenali manfaat dan risiko dalam berinvestasi. Sayangnya, investor pemula biasanya tidak terlalu menghiraukan risiko dalam berinvestasi. Padahal, sekecil apapun investasi tetap ada risikonya.

“Jadi jangan sekedar ikut-ikutan tapi harus paham,” pungkasnya. **

Most Read

Artikel Terbaru