25 C
Pontianak
Wednesday, March 29, 2023

Harus Ada Teman Curhat dan Me Time

Cermat Atur Pola Makan dan Pikir untuk Pasien Kanker

Pengobatan kanker tak berhenti di kemoterapi, terapi radiasi, atau operasi. Pemulihan perlu didukung dari luar dan dalam diri. Pola makan dan mindset wajib diperbaiki.

DIAGNOSIS kanker masih menjadi momok bagi banyak orang. Setelah pengobatan, tak sedikit pasien yang malah kehilangan semangat. Menurut dr Agustina Konginan SpKJ, kondisi tersebut lumrah terjadi.

“Perjalanan kanker kompleks. Begitu pun tahap pengobatannya. Wajar kalau pasien sulit menerima,” katanya.

Spesialis kejiwaan di RSUD dr Soetomo, Surabaya, itu menjelaskan bahwa pengobatan kanker punya konsekuensi bagi pasien yang menjalaninya. Agustina menyebut keluhan mual, nyeri, hingga kerontokan dialami selama kemoterapi. Padahal, terapi tersebut harus dilakukan secara kontinu agar hasil optimal. Perjalanan itu berisiko membuat kondisi mental pasien down.

“Selama pengobatan, sering muncul rasa tak berdaya. Nggak bisa sekolah atau kerja, bergantung kepada keluarga atau teman,” ujar Agustina.

Beberapa pasien dan orang terdekat bahkan mulai memiliki rasa ketakutan berlebihan terhadap kematian. Situasi itu berujung pada lelah emosi. Ketika kondisi psikologis buruk, imunitas ikut turun. Dokter kelahiran Makassar tersebut menuturkan bahwa pasien perlu mendapatkan pendampingan dari psikolog maupun psikiater. Sejak awal pengobatan, pasien sebaiknya mengikuti sesi konseling. Keluarga, teman, dan pendamping pasien juga perlu memperoleh perhatian.

Baca Juga :  Berjuang Tanpa Henti Demi Kesembuhan Buah Hati

“Jangan menelantarkan diri sendiri. Harus ada teman untuk curhat dan me time,” tegas Agustina.

Dokter sekaligus dosen Universitas Airlangga (Unair) itu menilai, keluarga atau teman yang mendampingi sebaiknya juga well-informed terkait dengan penyakit yang diidap pasien.

“Mereka lebih tenang karena tahu apa yang harus dilakukan,” jelasnya. Selain mindset diperbaiki, pola makan pun perlu diatur ulang. Menurut ahli gizi Dr Susianto Tseng, pasien kanker sebaiknya mulai beralih ke bahan pangan nabati (plant-based food).

“Makanan nabati tinggi antioksidan dan fitokimia sehingga bisa mencegah sekaligus membantu pemulihan kanker,” ungkapnya.

Ahli gizi yang berbasis di Jakarta itu mencontohkan diet bagi pasien kemoterapi. Susianto menjelaskan bahwa kemoterapi menggunakan obat sitotoksik untuk merusak sel kanker.

Baca Juga :  Lakoni Pekerjaan Penuh Tantangan

“Namun, karena masuk lewat pembuluh darah, obat berpotensi merusak sel tubuh yang

normal,” papar Susianto.

Kondisi tubuh pasien bisa drop. Agar kondisi tubuh tetap fit selama pengobatan, asupan makanan perlu diperhatikan. Susianto menyebut menu plant-based bisa jadi alternatif. Sebab, pangan nabati punya pH basa. Sama dengan darah manusia yang tergolong weak alkali dengan pH 7,35–7,45. Menu daging-dagingan sebaiknya dihindari karena memiliki pH rendah. “Sel kanker tumbuh di suasana asam,” terangnya.

Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) itu mengungkapkan, bahan pangan nabati juga bisa menurunkan risiko pertumbuhan sel kanker. Di sisi lain, sayur dan buah juga mengandung serat yang baik buat pencernaan serta menurunkan risiko hipertensi, stroke, hingga penyakit jantung koroner. (fam/c14/tia)

Cermat Atur Pola Makan dan Pikir untuk Pasien Kanker

Pengobatan kanker tak berhenti di kemoterapi, terapi radiasi, atau operasi. Pemulihan perlu didukung dari luar dan dalam diri. Pola makan dan mindset wajib diperbaiki.

DIAGNOSIS kanker masih menjadi momok bagi banyak orang. Setelah pengobatan, tak sedikit pasien yang malah kehilangan semangat. Menurut dr Agustina Konginan SpKJ, kondisi tersebut lumrah terjadi.

“Perjalanan kanker kompleks. Begitu pun tahap pengobatannya. Wajar kalau pasien sulit menerima,” katanya.

Spesialis kejiwaan di RSUD dr Soetomo, Surabaya, itu menjelaskan bahwa pengobatan kanker punya konsekuensi bagi pasien yang menjalaninya. Agustina menyebut keluhan mual, nyeri, hingga kerontokan dialami selama kemoterapi. Padahal, terapi tersebut harus dilakukan secara kontinu agar hasil optimal. Perjalanan itu berisiko membuat kondisi mental pasien down.

“Selama pengobatan, sering muncul rasa tak berdaya. Nggak bisa sekolah atau kerja, bergantung kepada keluarga atau teman,” ujar Agustina.

Beberapa pasien dan orang terdekat bahkan mulai memiliki rasa ketakutan berlebihan terhadap kematian. Situasi itu berujung pada lelah emosi. Ketika kondisi psikologis buruk, imunitas ikut turun. Dokter kelahiran Makassar tersebut menuturkan bahwa pasien perlu mendapatkan pendampingan dari psikolog maupun psikiater. Sejak awal pengobatan, pasien sebaiknya mengikuti sesi konseling. Keluarga, teman, dan pendamping pasien juga perlu memperoleh perhatian.

Baca Juga :  Pentingnya Istirahat Setelah Bekerja

“Jangan menelantarkan diri sendiri. Harus ada teman untuk curhat dan me time,” tegas Agustina.

Dokter sekaligus dosen Universitas Airlangga (Unair) itu menilai, keluarga atau teman yang mendampingi sebaiknya juga well-informed terkait dengan penyakit yang diidap pasien.

“Mereka lebih tenang karena tahu apa yang harus dilakukan,” jelasnya. Selain mindset diperbaiki, pola makan pun perlu diatur ulang. Menurut ahli gizi Dr Susianto Tseng, pasien kanker sebaiknya mulai beralih ke bahan pangan nabati (plant-based food).

“Makanan nabati tinggi antioksidan dan fitokimia sehingga bisa mencegah sekaligus membantu pemulihan kanker,” ungkapnya.

Ahli gizi yang berbasis di Jakarta itu mencontohkan diet bagi pasien kemoterapi. Susianto menjelaskan bahwa kemoterapi menggunakan obat sitotoksik untuk merusak sel kanker.

Baca Juga :  Kudapan Manis dalam Kotak

“Namun, karena masuk lewat pembuluh darah, obat berpotensi merusak sel tubuh yang

normal,” papar Susianto.

Kondisi tubuh pasien bisa drop. Agar kondisi tubuh tetap fit selama pengobatan, asupan makanan perlu diperhatikan. Susianto menyebut menu plant-based bisa jadi alternatif. Sebab, pangan nabati punya pH basa. Sama dengan darah manusia yang tergolong weak alkali dengan pH 7,35–7,45. Menu daging-dagingan sebaiknya dihindari karena memiliki pH rendah. “Sel kanker tumbuh di suasana asam,” terangnya.

Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) itu mengungkapkan, bahan pangan nabati juga bisa menurunkan risiko pertumbuhan sel kanker. Di sisi lain, sayur dan buah juga mengandung serat yang baik buat pencernaan serta menurunkan risiko hipertensi, stroke, hingga penyakit jantung koroner. (fam/c14/tia)

Most Read

Artikel Terbaru