Musim hujan bisa dibilang sebagai musim rawan penyakit karena berbagai jenis mikroba serta virus lebih mudah berkembang biak di musim ini. Apalagi jika daya tahan tubuh sedang menurun. Berbagai penyakit bisa menjadi ancaman.
Oleh : Siti Sulbiyah
Pandemi Covid-19 semakin meningkatkan kewaspadaan agar tak tertular. Apalagi dengan munculnya berbagai varian baru yang tak kalah berbahayanya. Namun, ancaman penyakit lain juga perlu diwaspadai. Terutama pada musim hujan.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, dokter Alex mengatakan ketika musim hujan jenis mikroba dan virus akan lebih mudah berkembang biak, dan mudah masuk ke tubuh manusia. “Musim hujan saat ini bisa membuat cuaca menjadi lembab yang berakibat pada mudahnya virus, bakteri, atau jamur untuk berkembang,” ungkapnya.
Di samping itu, daya tahan tubuh yang tak prima akan semakin membuat mikroba berkembang hingga menyebabkan penyakit. Sehingga tubuh harus lebih mewaspadai beragam penyakit yang mengancam ketika musim hujan.

Dokter Alex menuturkan salah satu penyakit yang mengancam saat musim hujan adalah influenza atau flu. Penyakit ini disebabkan infeksi virus influenza bernama influenza. Infeksi ini akan menyerang pernapasan dan menyebabkan gejala seperti demam, batuk, pusing, sakit kepala dan tenggorokan.
“Sebenarnya bisa sembuh sendiri dengan perlawanan oleh sistem kekebalan tubuh kita,” ucapnya.
Meski dapat sembuh dengan sendirinya, tetapi infeksi virus tersebut tak bisa disepelekan. Sebab, pada kondisi tertentu, seseorang rentan mengalami efek lebih lanjut yang menyebabkan komplikasi berupa pneumonia, yakni infeksi paru-paru. Bila flu dibiarkan berlarut-larut tanpa penanganan yang tepat, virus nantinya bisa menimbulkan peradangan dan kerusakan organ pernapasan tersebut.
Penyakit selanjutnya yang mengancam adalah Demam Berdarah Dengue atau DBD. Penyakit ini mudah menular dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Musim hujan kadang kala menyisakan genangan air yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk tersebut. Peningkatan populasi nyamuk Aedes Aegypti membuat potensi tertular DBD semakin besar.
“Yang mesti diwaspadai dari DBD adalah apabila terjadinya shock sampai kekurangan cairan,” tuturnya.
Leptospirosis juga menjadi ancaman saat musim hujan. Penyakit ini yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Salah satu hewan yang bisa menjadi perantara penyebaran Leptospira adalah tikus.
“Penyakit ini akan menimbulkan beberapa gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot terutama pada betis, serta mual dan muntah,” jelasnya.
Mengapa penyakit ini berpotensi menular saat musim hujan? Menurutnya, musim hujan dengan intensitas tinggi mampu menyebabkan terjadinya genangan air maupun banjir. Ketika kedua kondisi itu terjadi, maka harus diwaspadai ancaman leptospirosis. Sebab, air bisa membawa bakteri tersebut hingga menginfeksi tubuh manusia.
“Bakteri ini menular melalui perantara kencing tikus pada saat terjadi banjir. Apalagi ketika ada luka di kaki, nah itu bisa terinfeksi bakteri tersebut,” jelasnya.
Agar terhindar dari infeksi bakteri Leptospira yang bisa terbawa pada saat banjir, maka upaya yang bisa dilakukan adalah melindungi kaki dengan menggunakan sepatu boot. Langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan memastikan kebersihan lingkungan rumah agar tidak menjadi sarang bagi tikus untuk berkembangbiak.
“Nah kalau tahu kaki kita ada luka, upayakan tidak berjalan dalam kondisi banjir, atau gunakan sepatu boot,” katanya..
Penyakit lain yang bisa menjadi ancaman saat musim hujan adalah diare. Diare merupakan sebuah kondisi ketika pengidapnya buang air besar (BAB) lebih sering dari biasanya. Selain itu, feses pengidap diare juga lebih encer. Penyakit ini umumnya terjadi akibat mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit.
“Pada saat musim hujan, sampah yang sebelumnya tersembunyi lantas terbawa oleh air. Nah, sampah itu bisa dihinggapi lalat. Selanjutnya, lalat akan hinggap dimakanan. Orang yang memakan makanan tersebut bisa menimbulkan diare,” imbuhnya.
Menurutnya, diare dapat sembuh dengan sendirinya antara tiga hingga empat hari. Meski bisa berlangsung singkat, namun ada kalanya penyakit ini bisa berlangsung lebih lama. Dalam beberapa kasus, diare juga bisa terjadi hingga berminggu-minggu.
“Tapi beberapa kasus perlu penanganan terutama orang dengan dehidrasi. Pada orang yang dehidrasi berat perlu penanganan yang intensif dari rumah sakit,” pungkasnya.(*)