Banyak orang yang menganggap media sosial adalah hal penting dalam hidupnya. Salah satunya menjadi tempat curahan hati. Bahkan, tak sedikit yang mengumbar persoalan keluarga di sana, seperti pertengkaran antara orang tua dan anak.
Oleh: Ghea Lidyaza Safitri
Saat ini pamer perselisihan hingga pertengkaran antara anak dan orang tua seolah bukan hal tabu.
Seperti kisah salah satu artis Indonesia dengan orang tuanya. Sang ibu mengungkapkan rasa kecewa dan kesedihan pada buah hatinya lewat media sosial. Berbagai tanggapan diberikan. Ada yang mendukung. Ada pula yang menyayangkan sikap ibu yang mengumbar persoalannya di hadapan publik.
Patricia Elfira Vinny, M.Psi., psikolog menyatakan mencurahkan kekesalan di media sosial bukanlah cara tepat untuk menyelesaikan masalah. Sebab, masalah merupakan suatu privasi.
“Tidak pantas rasanya jika sampai dicurahkan dan membuat orang banyak mengetahui apa yang sedang terjadi antara diri dan orang tua. Terlebih jika dicurahkan di media sosial,” ungkap Patricia.
Psikolog di RSJ Daerah Sungai Bangkong Pontianak ini menuturkan kerap mencurahkan amarah dan kekesalan di media sosial bisa menjadi kebiasaan. Nantinya dilakukan secara berulang.
“Jika ada suatu masalah, selalu membawa masalah yang ada ke ranah media sosial. Padahal, tidak semua masalah harus disiarkan kepada khalayak ramai,” kata Patricia.
Sebaiknya selisih paham diselesaikan secara baik-baik. Tanpa harus melibatkan emosi negatif. Menurut Patricia, orang tua dan anak harus mengetahui bahwa mencurahkan kekesalan di media sosial dapat menimbulkan konsekuensi. Salah satunya ketidaknyamanan keluarga lain yang melihat peristiwa tersebut. Tidak selamanya orang tua yang meluapkan amarah dan kekesalan di media sosial merasa lebih tenang. Bahkan, bisa menjadi frustrasi dan membenci diri sendiri karena merasa bersalah dan malum.
Psikolog di Aplikasi Halodoc ini menyatakan tak mudah mengontrol amarah. Namun, sebaik tetap berusaha dan membuat kebiasaan baik, khususnya dalam menyelesaikan masalah. **