Oleh :
Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Esensi pendidikan dalam kehidupan perlu disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat, bahwa kehidupan ini adalah wahana pendidikan. Untuk itu seluruh lapisan masyarakat patut menjaga dan memelihara kehidupan agar tetap memiliki esensi pendidikan.
Sudah seharusnya jika seluruh masyarakat bertumbuh memiliki karakter yang baik, karena kehidupan yang dijalaninya tetap merupakan pendidikan. Kehidupan berpolitik, berbisnis, sosial, birokrasi dan kehidupan lainnya harus tetap memelihara agar memiliki esensi pendidikan. Sistem pendidikan memiliki komponen tujuan, peserta didik, pendidik, alat pendidikan, materi, metode/interaksi, media, dan evaluasi. Seluruh komponen ini harus mengandung esensi pendidikan.
Konsistensi esensi pendidikan pada seluruh komponen sistem pendidikan sangat tergantung pada pendidik dan tenaga kependidikan yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan, pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri.
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi tersebut, siswa serta remaja sebagai pengguna cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya. Selain memiliki dampak yang positif, internet juga memiliki dampak negatif seperti penyimpangan perilaku melalui internet yang meliputi penyalahgunaan foto atau video, dan perkelahian melalui komentar atau status pada media sosial.
Media sosial merupakan sarana untuk melakukan interaksi sosial dengan menggunakan teknologi berbasis website untuk mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif yang sangat mudah diakses dan terukur. Dapat digunakan untuk berbagi, berpartisipasi dan menciptakan konten yang didukung oleh teknologi multimedia yang semakin canggih.
Melalui media sosial memungkinkan informasi menyebar dengan mudah dan cepat sehingga mempengaruhi cara pandang, gaya hidup, serta budaya manusia. Melalui media sosial, manusia juga diajak berdialog, mengasah ketajaman nalar dan psikologisnya dengan alam yang tampak pada layar. Namun, tidak disangkal bahwa terkadang pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik ini dapat mengarahkan khalayak, baik ke arah perilaku prososial maupun antisosial (Pandie & Weismann, 2016).
Masa remaja sering diidentikkan sebagai masa individu mulai berusaha mengenal diri melalui eksplorasi dan penilaian karakteristik psikologis diri sendiri sebagai upaya untuk dapat diterima sebagai bagian dari lingkungan. Sebagian remaja mampu melewati masa peralihan ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami kenakalan remaja mulai dari kenakalan ringan hingga kriminal, termasuk di dalamnya kenakalan-kenakalan berbentuk cyberbullying (Malihah, dalam Sukmawati & Kumala,2020).
Seperti yang disampaikan oleh Rahayu & Permana, 2019 menyatakan bahwa salah satu dampak negatif akibat penggunaan internet pada remaja yaitu munculnya fenomena cyberbullying Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2014) didapatkan bahwa cyberbullying adalah salah satu penyebab terjadinya penyalahgunaan internet dari media sosial di kalangan remaja. Cyberbullying berdampak dimana korban merasa tidak nyaman dan tertekan, kondisi tersebut membuat korban tidak semangat untuk melakukan aktifitas dan jarang masuk kelas. Banyak korban yang mengalami kegagalan dalam akademik dan memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah.