27.8 C
Pontianak
Saturday, June 3, 2023

Problem Solving pada Pembelajaran PPKn

Oleh :

Pelajaran PPKn sebenarnya bukan sesuatu yang baru bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) namun masih banyak siswa yang merasakan kesulitan dalam menyerap pelajaran  PPKn. Kesulitan-kesulitan yang mereka alami seringkali mereka pendam dan jarang diungkapkan dalam sebuah pertanyaan secara tertulis maupun secara lisan kepada guru. Hal ini menunjukkan kurangnya kemauan siswa untuk mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran PPKn, sementara mereka masih belum memahami materi pembelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran PPKn, sering kali guru memerintahkan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum dipahami. Walaupun ada yang mengajukan pertanyaan, biasanya hanya beberapa siswa yang tergolong pandai saja. Beberapa faktor yang menjadi penyebab kurangnya partisipasi siswa untuk membuat pertanyaan dalam pembelajaran. Pertama, siswa benar-benar tidak paham dengan materi yang diajarkan. Kedua, siswa merasa takut jika pertanyaan mereka hanya akan menjadi bahan tertawaan siswa yang lain. Ketiga, siswa merasa malu untuk mengungkapkan pertanyaan. Keempat, kurang terlatihnya siswa dalam bertanya, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah mereka.

Baca Juga :  HOTS Bikin Hot

Banyak guru berpendapat bahwa penyebab kurangnya partisipasi siswa untuk mengajukan pertanyaan adalah cara mengajar guru. Selama ini cara mengajar guru masih berpusat pada guru. Guru jarang melakukan pendekatan-pendekatan yang membuat siswa berani untuk bertanya. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara mendorong dan melatih siswa mengajukan atau membuat pertanyaan (problem posing) sendiri secara tertulis, baik pertanyaan ditujukan kepada teman sekelas atau kepada guru yang mengajar.

Menurut Rahayuningsih (dalam oleh Achmad shidiq permana, 2011), kelebihan problem posing tipe pre solution posing. Diantaranya, pertama, kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa. Kedua, minat siswa dalam pembelajaran PPKn lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal pertanyaan karena dibuat sendiri. Ketiga, semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal pertanyaan. Keempat, dengan membuat soal pertanyaan dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.

Untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran PPKn, guru dapat melakukan pembelajaran melalui problem posing tipe pre solution.

Baca Juga :  Ujian Sekolah Tingkat SMP Mulai Berlangsung

Silver dalam Lilik (2014), memberikan istilah pengajuan soal (problem posing) diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas kognitif PPKn yang berbeda. Pertama, pengajuan presolusi (presolution posing) yaitu seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan. Kedua, pengajuan di dalam solusi (within-solution posing), yaitu seorang siswa merumuskan ulang soal seperti yang telah diselesaikan. Ketiga, pengajuan soal solusi (post solution posing), yaitu seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru.

Penerapan suatu model pembelajaran merupakan tantangan bagi seorang guru untuk dapat menciptakan suasana belajar di kelas menjadi lebih bermakna, tentunya dengan harapan hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan. Namun, hal tersebut bukanlah mudah untuk dilakukan tanpa konsep yang jelas. Mengingat materi PPKn yang dirasakan siswa sulit untuk memahaminya. Sehingga diharapkan melalui model ini akan dapat membuat semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat pertanyaan-pertanyaan.**

Penulis adalah Kepala SMP 7 Tayan Hilir, Kabupaten.Sanggau.

Oleh :

Pelajaran PPKn sebenarnya bukan sesuatu yang baru bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) namun masih banyak siswa yang merasakan kesulitan dalam menyerap pelajaran  PPKn. Kesulitan-kesulitan yang mereka alami seringkali mereka pendam dan jarang diungkapkan dalam sebuah pertanyaan secara tertulis maupun secara lisan kepada guru. Hal ini menunjukkan kurangnya kemauan siswa untuk mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran PPKn, sementara mereka masih belum memahami materi pembelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran PPKn, sering kali guru memerintahkan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum dipahami. Walaupun ada yang mengajukan pertanyaan, biasanya hanya beberapa siswa yang tergolong pandai saja. Beberapa faktor yang menjadi penyebab kurangnya partisipasi siswa untuk membuat pertanyaan dalam pembelajaran. Pertama, siswa benar-benar tidak paham dengan materi yang diajarkan. Kedua, siswa merasa takut jika pertanyaan mereka hanya akan menjadi bahan tertawaan siswa yang lain. Ketiga, siswa merasa malu untuk mengungkapkan pertanyaan. Keempat, kurang terlatihnya siswa dalam bertanya, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah mereka.

Baca Juga :  Tantangan Guru, Setelah Pandemi Covid 19

Banyak guru berpendapat bahwa penyebab kurangnya partisipasi siswa untuk mengajukan pertanyaan adalah cara mengajar guru. Selama ini cara mengajar guru masih berpusat pada guru. Guru jarang melakukan pendekatan-pendekatan yang membuat siswa berani untuk bertanya. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara mendorong dan melatih siswa mengajukan atau membuat pertanyaan (problem posing) sendiri secara tertulis, baik pertanyaan ditujukan kepada teman sekelas atau kepada guru yang mengajar.

Menurut Rahayuningsih (dalam oleh Achmad shidiq permana, 2011), kelebihan problem posing tipe pre solution posing. Diantaranya, pertama, kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa. Kedua, minat siswa dalam pembelajaran PPKn lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal pertanyaan karena dibuat sendiri. Ketiga, semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal pertanyaan. Keempat, dengan membuat soal pertanyaan dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.

Untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran PPKn, guru dapat melakukan pembelajaran melalui problem posing tipe pre solution.

Baca Juga :  Integrasi Nilai Spiritual dalam Proses Pembelajaran di Sekolah

Silver dalam Lilik (2014), memberikan istilah pengajuan soal (problem posing) diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas kognitif PPKn yang berbeda. Pertama, pengajuan presolusi (presolution posing) yaitu seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan. Kedua, pengajuan di dalam solusi (within-solution posing), yaitu seorang siswa merumuskan ulang soal seperti yang telah diselesaikan. Ketiga, pengajuan soal solusi (post solution posing), yaitu seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru.

Penerapan suatu model pembelajaran merupakan tantangan bagi seorang guru untuk dapat menciptakan suasana belajar di kelas menjadi lebih bermakna, tentunya dengan harapan hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan. Namun, hal tersebut bukanlah mudah untuk dilakukan tanpa konsep yang jelas. Mengingat materi PPKn yang dirasakan siswa sulit untuk memahaminya. Sehingga diharapkan melalui model ini akan dapat membuat semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat pertanyaan-pertanyaan.**

Penulis adalah Kepala SMP 7 Tayan Hilir, Kabupaten.Sanggau.

Most Read

Artikel Terbaru