23.9 C
Pontianak
Tuesday, March 28, 2023

351 Warga Sipil Ukraina Tewas

ZURICH – Sedikitnya 351 orang di Ukraina dipastikan tewas dan 707 lainnya mengalami luka sejak pasukan Rusia melancarkan serangan pada 24 Februari, meski angka sebenarnya kemungkinan “jauh lebih tinggi”. Demikian menurut misi pemantau PBB, kemarin.

Sebagian besar korban sipil tewas akibat penggunaan senjata peledak, termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem peluncur banyak roket serta serangan udara. Akibatnya, area terdampak pun meluas, kata pemantau dari OHCHR.

OHCHR adalah kantor komisioner tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) urusan hak asasi manusia.

“OHCHR meyakini bahwa jumlah (korban) yang sesungguhnya jauh lebih tinggi, terutama di wilayah kekuasaan Pemerintah dan dalam beberapa hari belakangan, sebab perolehan informasi dari sejumlah titik perang tertunda dan banyak laporan yang masih menunggu konfirmasi,” katanya.

Misi itu menyebutkan bahwa dugaan soal ratusan korban jiwa berjatuhan di Volnovakha belum dikonfirmasi. Di kota itu, jalur evakuasi yang aman sedang diupayakan untuk melewati pengepungan pasukan Rusia.

Sementara itu, pihak Moskow pada Sabtu (5/3) meminta otoritas di Estonia, Latvia, dan Lithuania mengambil sejumlah langkah untuk melindungi kedutaan besar Rusia usai terjadi penyerangan terhadap diplomat mereka di ibu kota Lithuania, Vilnius. Permintaan itu dilaporkan oleh kantor berita Rusia, RIA.

Baca Juga :  Rudal Rusia Hantam Kota Kharkiv, Kantor Pemerintahan Ukraina Hancur

“Kami memperingatkan Vilnius, Riga, dan Tallinn agar mereka menanggung konsekuensi psikosis anti-Rusia yang telah mereka lepaskan,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia, seperti dikutip RIA.

“Seorang diplomat Rusia di ibu kota Lithuania diserang dengan menggunakan kekuatan fisik, upaya yang dilakukan untuk menekan Duta Besar,” kata Kemlu menambahkan.

Lembaga penyiaran nasional Lithuania pekan lalu memberitakan bahwa sekretaris ketiga kedutaan besar Rusia dipukuli pada 24 Februari malam di dekat kedutaan besar, di halaman perumahan. Lembaga itu mengutip juru bicara kepolisian Lithuania.

Serangan tersebut terjadi saat 10.000 orang berkumpul di depan kedubes –untuk menunjukkan dukungan terhadap Ukraina setelah Rusia sebelumnya pada tanggal itu melakukan serangan.  Seorang tersangka pemukulan sudah ditangkap, kata jubir kepolisian. Menurut jubir, diplomat tersebut menolak bantuan medis.

Desakan China

Terpisah, Menteri Luar Negeri China Wang Yi kembali melakukan percakapan telepon dengan Menlu Amerika Serikat Antony Blinken untuk membicarakan situasi terkini di Ukraina.

“Krisis di Ukraina hanya bisa diatasi melalui dialog dan negosiasi. China mendukung semua upaya untuk membantu meredakan ketegangan, mendapatkan solusi politik, dan menentang semua tindakan yang justru tidak kondusif bagi resolusi diplomatik,” kata Wang kepada Blinken, seperti dikutip dalam keterangan Kementerian Luar Negeri China yang dikirimkan kepada media, kemarin.

Baca Juga :  80 WNI dari Wilayah Perang Ukraina Berhasil Pulang ke Indonesia

Percakapan telepon antardiplomat senior kedua negara pemimpin ekonomi dunia itu merupakan yang kedua kalinya dalam dua pekan terakhir setelah keduanya melakukan kontak pada pada 22 Februari untuk membicarakan isu yang sama.

Telepon kedua tersebut dilangsungkan pada saat parlemen China menggelar sidang tahunan dua sesi (Lianghui), yang dihadiri oleh Presiden Xi Jinping dan jajaran pejabat eksekutif.

Kedua menlu bercakap melalui telepon setelah Rusia menyatakan gencatan senjata secara parsial di Kota Mariupol dan Kota Volnovakha, Ukraina.

“China tidak ingin melihat ekskalasi krisis di Ukraina terus terjadi,” kata Wang yang juga anggota Dewan Pemerintahan China, jabatan setingkat menko, itu. Ia berharap baku tembak dihentikan secepatnya dan situasi di lapangan segera reda untuk mencegah krisis kemanusiaan meluas.

China akan berupaya mencarikan solusi damai serta mendorong pihak Rusia dan pihak Ukraina melakukan negosiasi secara langsung.

“Meskipun negosiasi mungkin alot, komunitas internasional harus tetap bekerja sama dan mendukung pembicaraan bilateral sampai negosiasi mereka membuahkan hasil dan perdamaian bisa disepakati,” ucapnya. (ant)

ZURICH – Sedikitnya 351 orang di Ukraina dipastikan tewas dan 707 lainnya mengalami luka sejak pasukan Rusia melancarkan serangan pada 24 Februari, meski angka sebenarnya kemungkinan “jauh lebih tinggi”. Demikian menurut misi pemantau PBB, kemarin.

Sebagian besar korban sipil tewas akibat penggunaan senjata peledak, termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem peluncur banyak roket serta serangan udara. Akibatnya, area terdampak pun meluas, kata pemantau dari OHCHR.

OHCHR adalah kantor komisioner tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) urusan hak asasi manusia.

“OHCHR meyakini bahwa jumlah (korban) yang sesungguhnya jauh lebih tinggi, terutama di wilayah kekuasaan Pemerintah dan dalam beberapa hari belakangan, sebab perolehan informasi dari sejumlah titik perang tertunda dan banyak laporan yang masih menunggu konfirmasi,” katanya.

Misi itu menyebutkan bahwa dugaan soal ratusan korban jiwa berjatuhan di Volnovakha belum dikonfirmasi. Di kota itu, jalur evakuasi yang aman sedang diupayakan untuk melewati pengepungan pasukan Rusia.

Sementara itu, pihak Moskow pada Sabtu (5/3) meminta otoritas di Estonia, Latvia, dan Lithuania mengambil sejumlah langkah untuk melindungi kedutaan besar Rusia usai terjadi penyerangan terhadap diplomat mereka di ibu kota Lithuania, Vilnius. Permintaan itu dilaporkan oleh kantor berita Rusia, RIA.

Baca Juga :  Jembatan Kerch Terkena Ledakan, Putin Naik Pitam ke Ukraina

“Kami memperingatkan Vilnius, Riga, dan Tallinn agar mereka menanggung konsekuensi psikosis anti-Rusia yang telah mereka lepaskan,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia, seperti dikutip RIA.

“Seorang diplomat Rusia di ibu kota Lithuania diserang dengan menggunakan kekuatan fisik, upaya yang dilakukan untuk menekan Duta Besar,” kata Kemlu menambahkan.

Lembaga penyiaran nasional Lithuania pekan lalu memberitakan bahwa sekretaris ketiga kedutaan besar Rusia dipukuli pada 24 Februari malam di dekat kedutaan besar, di halaman perumahan. Lembaga itu mengutip juru bicara kepolisian Lithuania.

Serangan tersebut terjadi saat 10.000 orang berkumpul di depan kedubes –untuk menunjukkan dukungan terhadap Ukraina setelah Rusia sebelumnya pada tanggal itu melakukan serangan.  Seorang tersangka pemukulan sudah ditangkap, kata jubir kepolisian. Menurut jubir, diplomat tersebut menolak bantuan medis.

Desakan China

Terpisah, Menteri Luar Negeri China Wang Yi kembali melakukan percakapan telepon dengan Menlu Amerika Serikat Antony Blinken untuk membicarakan situasi terkini di Ukraina.

“Krisis di Ukraina hanya bisa diatasi melalui dialog dan negosiasi. China mendukung semua upaya untuk membantu meredakan ketegangan, mendapatkan solusi politik, dan menentang semua tindakan yang justru tidak kondusif bagi resolusi diplomatik,” kata Wang kepada Blinken, seperti dikutip dalam keterangan Kementerian Luar Negeri China yang dikirimkan kepada media, kemarin.

Baca Juga :  Dialog Berlangsung tapi Pengeboman Rusia ke Ukraina Jalan Terus,

Percakapan telepon antardiplomat senior kedua negara pemimpin ekonomi dunia itu merupakan yang kedua kalinya dalam dua pekan terakhir setelah keduanya melakukan kontak pada pada 22 Februari untuk membicarakan isu yang sama.

Telepon kedua tersebut dilangsungkan pada saat parlemen China menggelar sidang tahunan dua sesi (Lianghui), yang dihadiri oleh Presiden Xi Jinping dan jajaran pejabat eksekutif.

Kedua menlu bercakap melalui telepon setelah Rusia menyatakan gencatan senjata secara parsial di Kota Mariupol dan Kota Volnovakha, Ukraina.

“China tidak ingin melihat ekskalasi krisis di Ukraina terus terjadi,” kata Wang yang juga anggota Dewan Pemerintahan China, jabatan setingkat menko, itu. Ia berharap baku tembak dihentikan secepatnya dan situasi di lapangan segera reda untuk mencegah krisis kemanusiaan meluas.

China akan berupaya mencarikan solusi damai serta mendorong pihak Rusia dan pihak Ukraina melakukan negosiasi secara langsung.

“Meskipun negosiasi mungkin alot, komunitas internasional harus tetap bekerja sama dan mendukung pembicaraan bilateral sampai negosiasi mereka membuahkan hasil dan perdamaian bisa disepakati,” ucapnya. (ant)

Most Read

Artikel Terbaru