PONTIANAK – Komoditas kratom Kalimantan Barat tengah mengalami penurunan saat ini. Penyebabnya bermacam-macam, seperti banjir yang melanda kawasan penghasil kratom, distribusi yang terhambat, serta kelangkaan kapal pengangkut untuk tujuan ekspor. Ketua Kelompok Hasil Alam Borneo, Hari Tri Yoga menyebut, banjir membuat pohon-pohon kratom di Kapuas Hulu dan Sintang terendam, sehingga daunnya tidak bisa dipanen.
“Karena kotoran dari banjir itu melekat di daun. Kalau kita paksa untuk dipetik, kualitasnya akan jelek sekali. Jadi kita mengandalkan stok yang lama dan daerah yang tak kena banjir. Selain itu, banjir juga membuat sejumlah ruas jalan tidak bisa dilewati,” sebut Yoga kepada Pontianak Post, Senin (15/11).
Namun sejak sebelum banjir pun, pengiriman kratom ke negara tujuan sudah terhambat lantaran kapal kontainer yang langka. Kelangkaan ini terjadi di seluruh dunia. “Sejak awal tahun ini ekspor kita terhambat kelangkaan kontainer dan kapal pengangkut. Kami para pemain kratom sudah enam bulan antre kapal tetapi belum dapat-dapat. Jadi pengiriman hanya mengandalkan parcel (via Pos Indonesia) saja,” ujarnya.
Serupa, Ketua Asosiasi Rempah Kalbar Rudyzar menyebut anjloknya harga kratom juga disebabkan oleh persaingan tak sehat di antara pemain kratom. Harga kratom terus merosot dari bulan ke bulan sejak dua tahun ini. “Karena dulu harganya menarik, maka semakin banyak orang membuka lahan. Sedangkan pertumbuhan demand pasar luar negeri tidak berimbang suplai yang jauh melebihi permintaan, sehingga mendorong perang harga di tingkat hulu hingga eksportir,” kata dia.
Pihaknya mendorong pemerintah untuk mengintervensi dan memberlakukan aturan terkait produksi kratom ekspor. Bahkan harga di Amerika Serikat pernah menyentuh 3 dolar AS per kilogram, dimana dulu satu kilogramnya bisa mencapai 40 dolar AS per kg. Dia berharap ada aturan yang mengatur hal ini. “Ini untuk melindungi petani dan pelaku usaha lokal di bidang kratom ini. Harus ada syarat minimum bagi eksportir yang bisa melakukan ekspor. Supaya tertib dan teratur,” sebutnya.
Kendati menghadapi problematika tersebut, para pengusaha kratom lintas organisasi bersatu menggalang bantuan untuk para korban banjir yang melanda tujuh kabupaten di Kalbar. Koordinator Konsorsium Kratom, Yosef yang mewadahi asosiasi-asosiasi kratom menyebut bantuan ini sudah diserahkan kepada Satgas Banjir Kalbar.
“Ada empat truk yang kami kirimkan. Isinya mie instan, susu formula untuk balitas, kopi, minuman sachet, pembalut wanita, dan kebutuhan siap pakai lainnya. Karena ada permitaan dari korban bahwa barang-barang ini juga sangat mereka butuhkan, karena toko dan warung tutup semua kena banjir. Ada lima asosiasi yang terlibat di sini, yaitu Perkrindo, Komphar, PPHI, PKSI dan AKI,” sebutnya.
Yosef mengatakan, pihaknya merasa tergugah untuk berperan dalam membantu penanganan banjir besar ini. Apalagi sejumlah kawasan yang terkena banjir adalah daerah penghasil kratom, dimana banyak petani yang terdampak. “Mudah-mudahan banjir segera surut dan para pengungsi bisa pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga kegiatan ekonomi di daerah-daerah tersebut bisa kembali normal,” tutup orang yang juga ketua Perhimpunan Kratom Indonesia ini. (ars)