PONTIANAK – Tidak sedikit para pelaku sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dilaporkan gulung tikar di tengah badai pandemi COVID-19. Namun, banyak juga yang masih bertahan dan tetap eksis untuk bertahan dan menggerakan roda perekonomian keluarganya.
Seperti halnya pelaku jajanan khas lokal di Desa Arang Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Pembuat kue cucur, kelepon, patlaw dan apam mengaku tetap bisa bertahan meski mengalami penurunan jualan.
“Sejak masa pandemi bulan Maret 2020 lalu, memang kami mengalami penurunan jualan dengan presentase 30 sampai 50 persen. Namun tetap ada pembeli, ketika saya dan keluarga titipkan di warung-warung langganan,” kata Aminah pembuat kue Jajanan Lokal seusai dijumpai di tempat mengantarkan kue pesanan.
Dia menyebutkan memang sejak pandemi COVID-19 datang, sedikit orang yang membeli kue-kuenya dibandingkan hari biasa, sebelum virus ini mewabah. Umumnya konsumen langganannya banyak berhenti membeli dan lebih memilih membuat makanan atau jajanan sendiri. “Itu dulu waktu awal-awal virus COVID-19 hadir. Sekarang tidak lagi, sejak 5 bulan belakangan. Masyarakat (pelanggan) sudah akrab dan terbiasa dengan kue saya,” kata Ibu dengan 5 anak yang sudah ditinggalkan pergi suaminya ini.
Aminah menyebutkan bahwa kue-kuenya tetap bisa dijual ke pasar tradisional dan tempat penitipan. Kue-kue yang dibuat dengan aneka bahan baku seperti tepung beras, tepung pulut, gula jawa, terigu, kelapa, dan anek bahan lain dihargai murah meriah hanya Rp1.000 per buah.
“Alhamdulilah sekarang dalam sehari bisa lebih 400 aneka kue. Saya membuat satu jenis kue, maksimal 100 saja. Selebihnya tidak mampu lagi karena usia sudah uzur,” ucapnya.
Dari hasil tersebut, dia hanya mampu meraup omzet per bulan Rp5-12 jutaan. Penghasilan kotor tersebut diperoleh dari memproduksi 3-4 aneka jenis kue yang banyak dititipkan di warung-warung langganan.
“Target jualan hanya ke warung-warung langanan dan konsumen. Intinya ada uang pemasukan saja untuk beli beras dan kebutuhan anak-anak,” ucapnya.(den)