Peluncuran Buku, dan Film Pendek
Peluncuran buku Panggilan Kemanusiaan; Jalan Tengah Memaknai Corona mendapat apresiasi Ridwansyah, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalbar. Menurutnya ini relevan membantu pemerintah dalam mengatasi pandemi melalui literasi. Apresiasi juga diberikan kepada peserta Film Pendek Jejak Para Ulama. Pemenang akan mewakili Kalbar ke tingkat nasional.
MARSITA RIANDINI, Pontianak
RIDWANSYAH mengatakan kemunculan buku Panggilan Kemanusian; Jalan Tengah Maknai Corona ini, mengajak pembaca memahami persoalan yang muncul di ruang publik. Ketika awal pandemi Covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia banyak informasi yang diterima. Dari yang benar hingga yang hoaks.
Narasi dalam buku ini, kata Ridwan diharapkan dapat menghilangkan kebingungan masyarakat terhadap informasi yang diterima, melalui cara berpikir yang benar dan bersumber dari informasi yang valid. Karena hal tersebut, lanjut dia sangat menentukan sebagai penenang dalam kehidupan sosial masyarakat. Sangat relevan, untuk menjawab isu negatif dan hoaks tentang corona.
“Dampak ekonomi, sosial, maupun informasi yang ditimbulkan oleh penyebaran covid-19 menjadi semakin kompleks dengan beredarnya berbagai informasi dan berita hoaks yang memunculkan keresahan dan kebingungan masyarakat,” jelasnya, Rabu (2/9) saat mengulas buku tersebut.
Kehadiran buku Persembahan Bidang Penerangan Agama Islam Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat ini, kata Ridwansyah sebuah bentuk kesadaran akan tanggung jawab kemanusiaan.
“Sebagai kesadaran dalam mengokohkan nalar sehat yang harus terjaga dalam menghadapi arus kekuatan dan kekacauan berpikir maupun bersikap sebagai dampak dari terpaan informasi dan narasi yang negatif maupun yang keliru,” ucapnya.
Contoh narasi positif dalam buku ini, Takut Korona, Membawa Kecintaan Terhadap Allah menarik bagi Ridwansyah. Narasi ini sebagai pelurusan dari cara pikir yang keliru yang dibangun dari sebuah narasi keliru, takut Allah atau takut korona.
Menurut penulis, tidak sangat pas untuk menghadap-hadapkan atau membandingkan ketakutan kepada Allah sebagai Tuhan yang menciptakan seluruh makhluk, dengan corona sendiri sebagai makhluk cipataan Allah. Bahkan ada pula yang menggambarkan atau menarasikan ketakutan kepada korona yang akan menggeser ketakutan kepada Allah adalah kekeliruan dalam berpikir.
“Maka sangat tepat kalau kita membangun narasi yang sehat dan benar,” ajaknya usai membahas buku yang ditulis Ibrahim, Yusriadi, Didi Darmadi, Marsita Riandini dan Ilustrasi Farninda Aditya, Ahmad Fauzi ini.
Ridwansyah juga mengapresiasi film pendek karya para pelajar. Mengangkat kisah ulama Kalbar dalam berdakwah dengan mengangkat kearifan lokal melalui pendekatan seni dan budaya.
“Para ulama masa lalu telah meninggalkan strategi dakwah dengan penuh kedamaian dalam membumikan Islam. Sebab itu apresiasi saya terhadap peserta yang telah berpartisipasi dalam pembuatan film pendek ini,” jelasnya.
Ada dua hal menarik dalam kegiatan ini, pertama dapat menggali dan mengenali sejarah ulama terdahulu, dan menyiarkan Islam di wilayah masing-masing. Kedua memanfaatkan teknologi dalam mengasah kreativitas yang bermanfaat bagi generasi millenial untuk berkompetisi di era 4.0, mampu mengemas dan memanfaatkan teknologi menjadi sarana dakwah yang menarik.
“Di samping metode dakwah konvensional, kemasan dakwah dalam kemasan teknologi penting dilakukan dalam pendekatan dakwah yang memperhatikan kearifan lokal, nilai seni budaya,” pungkasnya.
Juri pada seleksi kompetisi Film Pendek Islami ini adalah Wajidi Sayadi sebagai penilai ide gagasan; Kaharudin sebagai penilai kesesuaian isi dengan tema; Rosadi sebagai penilai kekuatan pesan, dan Salman Busrah sebagai penilai kreativitas serta Delli Borneo sebagai penilai teknik visualisasi dan audio.(*)