PONTIANAK-Upaya pencegahan stunting tidak hanya dilakukan dengan melakukan pendampingan calon pengantin (Catin), ibu hamil, pasca melahirkan dan bayi usia di bawah 2 tahun. Namun dapat dicegah melalui skrining, edukasi kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja calon pengantin dan calon Pasangan Usia Subur (PUS).
Ungkapan tersebut disampaikan Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Barat melalui Koordinator Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KS PK), Hadirin ketika menyampaikan sambutan sekaligus membuka Workshop Pencegahan Stunting dari Hulu bagi Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dan Penyuluh Agama Kabupaten Kota se-Kalimantan Barat di Aula Kencana BKKBN Kalbar, belum lama ini.
Menurutnya, selama ini remaja banyak belum tahu dan memahami pentingnya persiapan perencanaan kehidupan berkeluarga, kesehatan reproduksi dan persiapannya menjadi calon pengantin dan hamil.
Padahal persiapan tersebut sangat diperlukan untuk membekali remaja sebagai calon pengantin dan Pasangan Usia Subur, agar kelak kehamilannya sehat dan bayi yang dilahirkan tidak stunting. Selain itu persiapan pengetahuan kesehatan reproduksi ini sekaligus untuk mencegah terjadinya kematian bayi dan ibu melahirkan.
Sementara itu Ketua Panitia penyelenggara workshop, Elsi dalam laporannya mengatakan, sasaran kegiatan workshop ini adalah PKB dan penyuluh agama yang sehari-harinya memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat.
Kegiatan ini diikuti 35 peserta yang terdiri dari PKB dan penyuluh agama dari 14 kabupaten Kota se-Kalimantan Barat, ditambah dengan Komunitas Klinik Nikah Pontianak (KLIK) dan Forum GenRe Kalimantan Barat.
Menurut Elsi, materi yang disampaikan meliputi, konvergensi pencegahan stunting, strategi pencegahan stunting, Pro-PN Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR) dan pengenalan aplikasi Elsimil. Diharap nantinya peserta akan dapat mensosialisasikan pencegahan stunting dari hulu ini sampai di tingkat desa, sehingga akan memberikan kontribusi bagi penurunan stunting di Kalbar.(iza)