KPU: Jangan Ragu ke TPS
PONTIANAK – Komisi Pemilihan Umum Kalimantan Barat menjamin para pemilih aman dari penularan Covid-19 saat mencoblos di tempat pemungutan suara (TPS) dalam rangka Pilkada 2020 pada Rabu (9/12).
Ketua KPU Kalbar, Ramdan menyebutkan para petugas penyelenggara pemungutan suara akan menerapkan protokol kesehatan yang benar saat pencoblosan dilaksanakan.
“Kami harapkan tidak perlu takut, karena semua KPPS (kelompok penyelenggara pemungutan suara) sudah dilatih menerapkan protokol kesehatan saat pencoblosan,” kata Ramdan saat dihubungi Antara di Pontianak, Selasa.
Selain itu, mereka juga sudah menjalani rapid test saat seleksi KPPS di KPU kabupaten penyelenggara pilkada, terdiri dari KPU Bengkayang, Sambas, Sekadau, Melawi, Sintang, Kapuas Hulu, dan Ketapang. “Ada di antara mereka yang hasil rapid test-nya reaktif, namun setelah menjalani tes usap (swab) hasilnya negatif, jadi tidak perlu takut,” katanya.
Mereka yang hasil rapid test-nya reaktif, diminta melakukan isolasi mandiri dan mengikuti tes usap atau swab, namun ada yang menolak isolasi mandiri sehingga diganti dengan yang calon KPPS lainnya.
Karena itu, Ramdan menyatakan KPPS yang akan bertugas pada Rabu (9/12) adalah mereka yang benar-benar sehat. Selain itu, ia menjelaskan di TPS petugas juga menyiapkan segala kebutuhan untuk penerapan protokol kesehatan. Sebelum dimulai pencoblosan, atau sekitar pukul 06.00 WIB, TPS dan peralatan lainnya akan disemprot disinfektan.
Pemilih datang ke TPS berdasarkan jadwal undangan yang mereka terima, artinya tidak berkerumun. Ada yang datang pada pukul 07.00-08.00 WIB pada nomor-nomor awal. Kemudian dilanjutkan nomor berikutnya. Di antara jeda waktu yang ada, akan dilakukan penyemprotan disinfektan kembali.
Saat tiba di TPS, pemilih akan diminta mencuci tangan di wastafel yang disiapkan, petugas mengukur suhu tubuh pemilih dan jika suhunya di atas 37,3 derajat celsius, maka akan dipisahkan dari pemilih lainnya.
Ketika mendaftarkan kehadiran dan menunjukkan KTP, pemilih akan mendapatkan sarung tangan plastik, dan ketika masuk ke bilik suara, juga telah disiapkan alat tusuk atau paku yang juga sudah disterilkan.
“Saat keluar dari bilik suara dan kertas suara sudah dimasukkan dalam kotak suara, mereka membuang sarung tangan, dan mendapatkan tinta bukti telah mencoblos,” katanya menjelaskan. Setelah itu, pemilih diminta untuk segera pulang ke rumah masing-masing. “Jadi tidak boleh berkerumun di lokasi TPS,” katanya lagi. Karena itu ia meminta agar pemilih tidak ragu-ragu untuk datang ke TPS.
KPU Kalbar mengharapkan partisipasi pemilih dalam Pilkada Serentak 2020 di wilayah Kalbar dapat melebihi target KPU RI 77,5 persen. “Harapan kami bisa lebih besar, apalagi kawan-kawan sudah bersosialisasi dengan berbagai pihak,” katanya.
Karena tidak melibatkan relawan demokrasi, KPU kabupaten bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama, hingga ke tingkat RT dan RW agar membantu menyosialisasikan pilkada kali ini ke masyarakat.
“Mereka yang terlibat dalam KPPS juga adalah tokoh masyarakat, dari RT dan RW. Jadi itu sangat membantu di tengah kondisi bencana nonalam saat ini,” kata Ramdan. Pilkada Serentak 2020 digelar di tujuh kabupaten di wilayah Kalbar dengan jumlah pemilih mencapai 1.732.500 orang.
Alat Pelindung Diri Tersedia
KPU juga memastikan alat pelindung diri yang dibutuhkan petugas saat hari pemungutan suara sudah terdistribusi. “APD yang merupakan logistik di luar kotak sudah terdistribusi,” kata Ramdan.
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan KPU kabupaten tentang kesiapan pelaksanaan pilkada serentak. Koordinasi yang dilakukan itu untuk memastikan logistik sudah terdistribusi hingga ke tempat pemungutan suara.
“Kami memastikan kesiapan akhir karena sesuai jadwal hari ini terakhir pendistribusian logistik hingga ke TPS. Untuk daerah terpencil sudah terdistribusi sejak awal,” jelas Ramdan.
Hasil koordinasi itu dikatakan Ramdan memastikan tidak ada daerah di kabupaten yang menggelar pilkada serentak mengalami bencana alam sehingga dipastikan pendistribusian berjalan lancar dan sesuai jadwal.
Kemudian koordinasi yang dilakukan itu juga terkait dengan pemilih Covid-19. Sebagai contoh Kabupaten Sambas. Di kabupaten itu ada sembilan pemilih yang terkonfirmasi Covid-19 sedang menjalani perawatan di RS Pemangkat, Kabupaten Sambas.
Dari hasil koordinasi itu, petugas rumah sakit menyatakan siap melakukan pendampingan untuk petugas maupun pemilih saat hari pemungutan suara.
“Karena penanganan khusus, petugas RS memberikan atensi khusus. Diperbolehkan dan petugas RS mengisi formulir pendampingan,” kata Ramdan.
Namun ia menjelaskan bahwa pemilih Covid-19 tidak wajib memberikan hak suara. “Pengggunaan hak pilih bagi pasien Covid-19 jika yang bersangkutan bersedia. Jika tidak bersedia, tidak boleh dipaksa,” imbuhnya.
Ramdan menambahkan dalam koordinasi itu pihaknya mengingatkan penyelenggara pemilu untuk menjaga netralitasnya. “Kami sudah menyampaikan secara tertulis kepada KPU kabupaten/kota dan jajarannya terkait untuk menjaga integritas,” kata Ramdan.
Pengawasan TPS
Koordinator Divisi Organisasi dan Sumber Daya Manusia Bawaslu Kalimantan Barat Syf. Aryana Kaswamayana memastikan pengawas TPS yang sudah direkrut siap melakukan pengawasan jalan hari pemungutan suara, 9 Desember 2020.
Ada 6.230 TPS tersebar di tujuh kabupaten yang melaksanakan pilkada tahun ini. Jumlah pengawas yang dibutuhkan 6.230 orang.
Ia melanjutkan PTPS inipun tidak hanya mengikuti bimtek untuk persiapan melakukan pengawasan tapi juga dilakukan tes cepat berkaitan dengan Covid-19.
Dari hasil tes itu ada 110 pengawas TPS yang dilantik mendapatkan hasil tes reaktif. “Sehingga mereka harus kami ganti dengan PAW atau penugasan kepada panwaslu desa,” kata Aryana.
Pihaknya juga menyiapkan kebutuhan alat pelindung diri bagi pengawas di TPS. “Seluruh APD yang digunakan untuk melakukan pengawasan sudah terdistribusi semua termasuk multivitamin,” jelas Aryana.
Ia memastikan pengawas TPS tetap datang apabila terdapat pemilih terkonfirmasi positip Covid-19 dan melakukan isolasi mandiri (tidak di rumah sakit). “Pengawas TPS akan melakukan pengawasan terhadap KPPS jika mereka mendatangi rumah pemilih tersebut,” jelas dia lagi.
Meski demikian ia mengingatkan akses dan keselamatan tetap menjadi perhatian. Pihaknya sudah menyiapkan baju hazmat untuk pengawasan di TPS khusus. “Jumlahnya terbatas, masing-masing kabupaten dua stel baju hazmat. Bagi PTPS yang datang ke tempat isolasi kami selalu mengingatkan keselamatan menjadi hal penting dan menjaga jarak salah satu solusi,” pungkasnya. (ant/mse)