Terapkan Teknologi Rain Shelter dan Mikoriza Pertama di Kalbar
PONTIANAK – Bank Indonesia dan Pemerintah Kota Singkawang sedang mengembangkan demplot cabai rawit dengan kombinasi teknologi rain shelter dan mikoriza. Mengambil lahan dua hektar kepunyaan kelompok tani Muda Tani, Roban, ini adalah uji coba yang pertama di Kalimantan Barat. Poktan tersebut juga ditunjuk sebagai pengelola demplot. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi cabai rawit.
Pasalnya cabai rawit ini harganya kerap tidak stabil dan menjadi salah satu penyumbang inflasi di Kalbar. “Apalagi permintaan pangan diperkirakan akan meningkat tinggi pada tahun depan atau pasca pandemi. Sehingga kita perlu persiapan dari sekarang,” ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalbar, Agus Chusaini saat tanam perdana, Kamis (10/12).
Teknologi rain shelter sendiri adalah memberikan atap transparan di seluruh areal lahan tanam. Fungsinya agar hujan tidak langsung menerpa tanaman cabai. Curah hujan tinggi sendiri adalah musuh utama cabai yang mengundang banyak penyakit bagi tanaman ini. “Kondisi ini perlu disiasati dengan penerapan teknologi agar usaha pertanian tetap memberikan hasil yang menguntungkan. BI sendiri sudah menerapkan teknologi ini untuk para petani di Jawa, dan berhasil meningkatkan panen berkali-kali lipat,” papar dia.
Perlindungan terhadap cuaca itu masih ditambah dengan cendawan Mikoriza. Jamur ini berfungsi untuk memperkuat sistem perakaran tumbuhan. Selain itu jamur ini meningkatkan penyerapan unsur hara, memperkuat ketahanan terhadap kekeringan, dan meningkatkan pertumbuhan mikroba tanah.
Sementara itu, Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie memuji langkah BI. Menurutnya hal ini sejalan dengan keinginan pihaknya memajukan sektor pertanian di kota ini. Menurutnya Kota Singkawang telah lama menjadi sentra penyuplai hortikultura untuk Kalimantan Barat, termasuk cabai rawit. Namun produksinya masih belum mampu untuk memenuhi seluruh permintaan, sehingga perlu didatangkan cabai rawit dari provinsi lain. Terkadang suplai dari luar membuat harga cabai lokal anjlok dan merugikan petani.
Dia berpesan kepada petani pengelola untuk bersemangat menyukseskan program ini. “Terima kasih untuk BI yang telah mendukung pertanian di Singkawang. Kami minta Dinas Pertanian untuk mengawal demplot ini. Kalau berhasil bisa kita terapkan di kelompok lain agar produksi cabai keseluruhan di Singkawang meningkat dan berujung kepada kesejahteraan petani,” ucapnya.
Sementara itu Ketua Poktan Muda Tani, Amat Muhammad berjanji untuk merawat demplot ini sebaik-baiknya. “Ini adalah teknologi baru bagi kami. Dan kami bersemangat agar demplot ini berhasil. Karena dari penjelasannya, sistem ini bisa membuat panen meningkat,” ungkap dia.
Dalam kegiatan tanam perdana tersebut turut hadir pula Sekretaris Daerah Kota Singkawang, Sumastro; Ketua DPRD Kota Singkawang Sujianto; Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kota Singkawang, Yusnita, dan jajaran SKPD lainnya. Hadir pula para petani setempat. (ars)