30.6 C
Pontianak
Friday, March 24, 2023

Kalbar Ekspor Pasta Durian ke Tiongkok

PONTIANAK – Sebanyak 11 jenis produk pertanian dan hortikultura Kalimantan Barat diekspor ke beberapa negara di dunia. Salah satunya adalah pasta durian.  Sebanyak 26,5 ton pasta durian dikirim ke Tiongkok dalam kegiatan bertajuk Merdeka Ekspor yang serentak dilakukan di 17 pintu ekspor seluruh Indonesia, Sabtu (14/8).

Gubernur Kalbar, Sutarmidji berkesempatan melepas langsung ekspor pasta durian ini. Total nilainya mencapai Rp1,8 miliar. Ia menyebutkan, durian menjadi salah satu komoditas unggulan di Kalbar. Betapa tidak, dari dari 38 durian unggul di Indonesia, 12 di antaranya ada di provinsi ini.  “Sanggau adalah salah satu gudangnya durian unggul,” kata Sutarmidji.

Untuk itu, ia berpesan agar masyarakat tidak tergesa-gesa untuk menebang pohon durian. Walaupun bijinya besar, sebaiknya jangan ditebang. Soalnya, sudah ada teknologi yang bisa membuat biji durian menjadi kecil.

PASTA DURIAN: Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji saat mengecek salah satu kontainer berisi pasta durian yang akan diekspor dalam kegiatan Merdeka Ekspor secara serentak seluruh Indonesia, kemarin. (ARIEF NUGROHO/PONTIANAK POST)

“Jadi durian hutan itu jangan ditebang. Walaupun sektor perkebunan durian (kita) tidak seperti di Malaysia dan sebagainya, tapi durian hutan itu lebih dicari orang,” bebernya.

Selain pasta durian, komoditas lain yang juga diekspor dari Kalbar kali ini yaitu tanaman hias, kelapa bulat, kelapa parut kering, palm kernel expeller, santan kelapa, biji pinang, RBD Palm Olein, karet dan sarang burung walet. Total nilai Rp194,31 miliar.

Dalam kesempatan yang sama, Midji mengaku bangga karena Kalbar sudah melakukan ekspor, terutama produk pertanian.

Menurutnya, sejak awal menjabat sebagai gubernur, ia sudah memiliki perhatian pada sektor pertanian. Sektor ini dinilai harus terus dikembangkan. Salah satunya adalah produk padi.

Khusus untuk padi, pihaknya telah melakukan pembenahan pada lahan tanam dan peningkatan produksi, sehingga sekarang di masa pandemi Kalbar masih surplus beras. Harga di pasaran pun tidak mengalami gejolak (fluktuasi tidak begitu tinggi).

Di sisi lain, Midji justru menyayangkan produksi perkebunan kelapa sawit. Produksi CPO di Kalbar mencapai sekitar 3,4-3,8 juta ton, tetapi ekspor yang tercatat di Kalbar tidak sampai 10 persen dari angka tersebut.

Baca Juga :  Ekspor Sektor Persemakmuran Capai Ratusan Miliar

Hal itu karena selama ini ekspor CPO tidak dilakukan dari Kalbar, melainkan dari wilayah lain, seperti Riau, Tanjung Perak, dan lainnya. Jika semua dilakukan di Kalbar maka akan menjadi daerah penyumbang PDRB terbesar di Kalimantan.

“Saat ini Kalbar bersaing dengan Kaltim. Biasanya Kalbar itu kalau penyumbang PDRB, kita di nomor empat dari lima provinsi se-Kalimantan. Sekarang kita sudah di nomor dua. Itu pun karena CPO kita tercatat hanya 10 persen, kalau seluruhnya tercatat, bukan tidak mungkin kita jadi yang nomor satu,” jelasnya.

Sutarmidji mengaku tidak enjoy ketika nilai ekspor ditopang oleh produk tambang. Soalnya, daerah-daerah yang sebelumnya mengandalkan tambang rata-rata sudah kolaps begitu sumber tambangnya habis. Sumber daya tambang merupakan produk yang tidak dapat diperbaharui. Kondisi itu berbanding terbalik dengan sektor pertanian dan perkebunan, karena sampai kapan pun tidak akan pernah anjlok.

“Kita belum menggunakan teknologi di sektor pertanian dan perkebunan secara maksimal, tetapi kita sudah bisa ekspor dengan baik. Apalagi kalau sudah menggunakan teknologi yang betul-betul bisa diandalkan dalam pertanian dan perkebunan,” katanya.

Sutarmidji menjelaskan, saat ini nilai tukar petani pada sektor pertanian padi sudah mencapai 96 persen. Sementara pada sektor perkebunan seperti sawit sudah 134 persen. Untuk petani karet mencapai hampir 110-112 persen. Hortikultura, palawija dan sebagainya sudah 120 persen, dan perikanan 104 persen.

Belum lagi tanaman hias. Menurut Sutarmidji, tanaman hias juga sangat menjanjikan untuk Kalbar karena daerah ini memiliki jenis-jenis yang unggul. Kemudian lada, kelapa dengan turunannya.

Ia berharap, ke depan sektor pertanian dan perkebunan ini bisa jadi andalan Kalbar dalam menyumbang devisa dan kesejahteraan masyarakat.

Kepala Balai Karantina Pertanian Pontianak, Amir Hasanudin mengatakan, kegiatan ekspor komoditas unggulan Kalbar ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah pusat untuk mendorong upaya peningkatan ekspor menuju pemulihan ekonomi nasional.

Baca Juga :  Penghafal Quran Tak Lagi Berjalan Berkilo-Kilo Meter Untuk ke Masjid

Sebelas komoditas unggulan yang diekspor tersebut, dikirim ke berbagai negara di dunia, seperti Amerika Serikat, China, Hongkong, Pakistan, Italia, Vietnam, Pakistan, dan India.

“Ini sebagai langkah strategis dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional, di tengah tantangan pandemi Covid-19,” katanya.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Florentinus Anum mengatakan kegiatan ekspor pertanian seperti durian dan lainnya harus terus ditingkatkan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.

Terlebih lagi, kata dia, potensi ekspor Kalbar sangat banyak. “Kegiatan ekspor ini selalu disampaikan Gubernur Kalbar dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan peningkatan pendapatan petani di lapangan,” ungkap Florentinus.

Menurutnya, peningkatan ekspor hendaknya memberikan dampak positif ke petani. Untuk itu, petani sebagai produsen harus terus dibina. “Penguatan kelembagaan kita dan perlu ada kemitraan dengan eksportir dalam bentuk kerja sama, sehingga petani ada kepastian harga dan pasar. Selanjutnya kebutuhan eksportir terjaga atau berkelanjutan,” kata dia.

Sebelumnya, setiap dua bulan sekali pada 2021, Kalbar mengekspor 53 ton durian ke China. “Dari data Badan Karantina Pertanian Kelas 1 Pontianak tercatat setiap dua bulan sekali di tahun ini dari Kalbar ekspor durian beku sudah lumayan capai 53 ton,” kata Florentinus Anum.

Dia menjelaskan sejak Februari, April, Juni 2021, ekspor durian tersebut dalam bentuk beku. Saat ini, kata dia, di Kalbar ada beberapa pabrik pengolahan durian. “Untuk luas panen dan produksi durian di Kalbar sendiri mengacu pada tahun lalu yakni luas panen 1.268 hektare dengan produksi 14.672 ton. Pada 2020 ada penurunan produksi (durian) dari tahun sebelumnya yang mencapai 27.207 ton dari luas panen 2.851 hektare,” katanya. (arf/ant)

PONTIANAK – Sebanyak 11 jenis produk pertanian dan hortikultura Kalimantan Barat diekspor ke beberapa negara di dunia. Salah satunya adalah pasta durian.  Sebanyak 26,5 ton pasta durian dikirim ke Tiongkok dalam kegiatan bertajuk Merdeka Ekspor yang serentak dilakukan di 17 pintu ekspor seluruh Indonesia, Sabtu (14/8).

Gubernur Kalbar, Sutarmidji berkesempatan melepas langsung ekspor pasta durian ini. Total nilainya mencapai Rp1,8 miliar. Ia menyebutkan, durian menjadi salah satu komoditas unggulan di Kalbar. Betapa tidak, dari dari 38 durian unggul di Indonesia, 12 di antaranya ada di provinsi ini.  “Sanggau adalah salah satu gudangnya durian unggul,” kata Sutarmidji.

Untuk itu, ia berpesan agar masyarakat tidak tergesa-gesa untuk menebang pohon durian. Walaupun bijinya besar, sebaiknya jangan ditebang. Soalnya, sudah ada teknologi yang bisa membuat biji durian menjadi kecil.

PASTA DURIAN: Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji saat mengecek salah satu kontainer berisi pasta durian yang akan diekspor dalam kegiatan Merdeka Ekspor secara serentak seluruh Indonesia, kemarin. (ARIEF NUGROHO/PONTIANAK POST)

“Jadi durian hutan itu jangan ditebang. Walaupun sektor perkebunan durian (kita) tidak seperti di Malaysia dan sebagainya, tapi durian hutan itu lebih dicari orang,” bebernya.

Selain pasta durian, komoditas lain yang juga diekspor dari Kalbar kali ini yaitu tanaman hias, kelapa bulat, kelapa parut kering, palm kernel expeller, santan kelapa, biji pinang, RBD Palm Olein, karet dan sarang burung walet. Total nilai Rp194,31 miliar.

Dalam kesempatan yang sama, Midji mengaku bangga karena Kalbar sudah melakukan ekspor, terutama produk pertanian.

Menurutnya, sejak awal menjabat sebagai gubernur, ia sudah memiliki perhatian pada sektor pertanian. Sektor ini dinilai harus terus dikembangkan. Salah satunya adalah produk padi.

Khusus untuk padi, pihaknya telah melakukan pembenahan pada lahan tanam dan peningkatan produksi, sehingga sekarang di masa pandemi Kalbar masih surplus beras. Harga di pasaran pun tidak mengalami gejolak (fluktuasi tidak begitu tinggi).

Di sisi lain, Midji justru menyayangkan produksi perkebunan kelapa sawit. Produksi CPO di Kalbar mencapai sekitar 3,4-3,8 juta ton, tetapi ekspor yang tercatat di Kalbar tidak sampai 10 persen dari angka tersebut.

Baca Juga :  BNI dan LPEI Siapkan Penjaminan untuk Kredit UMKM Ekspor

Hal itu karena selama ini ekspor CPO tidak dilakukan dari Kalbar, melainkan dari wilayah lain, seperti Riau, Tanjung Perak, dan lainnya. Jika semua dilakukan di Kalbar maka akan menjadi daerah penyumbang PDRB terbesar di Kalimantan.

“Saat ini Kalbar bersaing dengan Kaltim. Biasanya Kalbar itu kalau penyumbang PDRB, kita di nomor empat dari lima provinsi se-Kalimantan. Sekarang kita sudah di nomor dua. Itu pun karena CPO kita tercatat hanya 10 persen, kalau seluruhnya tercatat, bukan tidak mungkin kita jadi yang nomor satu,” jelasnya.

Sutarmidji mengaku tidak enjoy ketika nilai ekspor ditopang oleh produk tambang. Soalnya, daerah-daerah yang sebelumnya mengandalkan tambang rata-rata sudah kolaps begitu sumber tambangnya habis. Sumber daya tambang merupakan produk yang tidak dapat diperbaharui. Kondisi itu berbanding terbalik dengan sektor pertanian dan perkebunan, karena sampai kapan pun tidak akan pernah anjlok.

“Kita belum menggunakan teknologi di sektor pertanian dan perkebunan secara maksimal, tetapi kita sudah bisa ekspor dengan baik. Apalagi kalau sudah menggunakan teknologi yang betul-betul bisa diandalkan dalam pertanian dan perkebunan,” katanya.

Sutarmidji menjelaskan, saat ini nilai tukar petani pada sektor pertanian padi sudah mencapai 96 persen. Sementara pada sektor perkebunan seperti sawit sudah 134 persen. Untuk petani karet mencapai hampir 110-112 persen. Hortikultura, palawija dan sebagainya sudah 120 persen, dan perikanan 104 persen.

Belum lagi tanaman hias. Menurut Sutarmidji, tanaman hias juga sangat menjanjikan untuk Kalbar karena daerah ini memiliki jenis-jenis yang unggul. Kemudian lada, kelapa dengan turunannya.

Ia berharap, ke depan sektor pertanian dan perkebunan ini bisa jadi andalan Kalbar dalam menyumbang devisa dan kesejahteraan masyarakat.

Kepala Balai Karantina Pertanian Pontianak, Amir Hasanudin mengatakan, kegiatan ekspor komoditas unggulan Kalbar ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah pusat untuk mendorong upaya peningkatan ekspor menuju pemulihan ekonomi nasional.

Baca Juga :  UMKM Serap Ratusan Juta Tenaga Kerja, BRI Ambil Peran Melalui Pemberdayaan

Sebelas komoditas unggulan yang diekspor tersebut, dikirim ke berbagai negara di dunia, seperti Amerika Serikat, China, Hongkong, Pakistan, Italia, Vietnam, Pakistan, dan India.

“Ini sebagai langkah strategis dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional, di tengah tantangan pandemi Covid-19,” katanya.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Florentinus Anum mengatakan kegiatan ekspor pertanian seperti durian dan lainnya harus terus ditingkatkan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.

Terlebih lagi, kata dia, potensi ekspor Kalbar sangat banyak. “Kegiatan ekspor ini selalu disampaikan Gubernur Kalbar dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan peningkatan pendapatan petani di lapangan,” ungkap Florentinus.

Menurutnya, peningkatan ekspor hendaknya memberikan dampak positif ke petani. Untuk itu, petani sebagai produsen harus terus dibina. “Penguatan kelembagaan kita dan perlu ada kemitraan dengan eksportir dalam bentuk kerja sama, sehingga petani ada kepastian harga dan pasar. Selanjutnya kebutuhan eksportir terjaga atau berkelanjutan,” kata dia.

Sebelumnya, setiap dua bulan sekali pada 2021, Kalbar mengekspor 53 ton durian ke China. “Dari data Badan Karantina Pertanian Kelas 1 Pontianak tercatat setiap dua bulan sekali di tahun ini dari Kalbar ekspor durian beku sudah lumayan capai 53 ton,” kata Florentinus Anum.

Dia menjelaskan sejak Februari, April, Juni 2021, ekspor durian tersebut dalam bentuk beku. Saat ini, kata dia, di Kalbar ada beberapa pabrik pengolahan durian. “Untuk luas panen dan produksi durian di Kalbar sendiri mengacu pada tahun lalu yakni luas panen 1.268 hektare dengan produksi 14.672 ton. Pada 2020 ada penurunan produksi (durian) dari tahun sebelumnya yang mencapai 27.207 ton dari luas panen 2.851 hektare,” katanya. (arf/ant)

Most Read

Artikel Terbaru