Sebaran Varian Baru Covid di Kalbar
- Varian Delta:
- Pontianak tujuh kasus
- Sambas empat kasus
- Landak enam kasus
- Kubu Raya, Melawi dan Singkawang masing-masing tiga kasus
- Mempawah, Ketapang, Bengkayang dan Sekadau masing-masing 1 kasus
- Varian B.1.302 satu kasus di Sambas
- Varian B.1.466.2 satu kasus masing-masing di Melawi, Landak dan Sambas
*Keterangan: Hasil sementara uji sampel 115 kasus Covid
Sumber: Wawancara
PONTIANAK – Mutasi virus Covid-19 varian delta B.1.61 telah ada di Kalimantan Barat (Kalbar) sejak Juni 2021 lalu. Hal tersebut diketahui dari laporan laboratorium RT-PCR Universitas Tanjungpura (Untan), Jumat (13/8). Gubernur Kalbar Sutarmidji mengungkapkan, meski virus varian delta memiliki kecenderungan cepat menular, tapi temuan kasus di Kalbar rata-rata telah dinyatakan sembuh.
Selain varian delta, ditemukan juga dua mutasi virus yang berbeda di Kalbar yakni B.1.302 di Kabupaten Sambas juga telah sembuh. Serta varian B.1.466.2 masing-masing di Kabupaten Melawi, Landak dan Sambas. “Yang di Sambas meninggal, yang lainnya sembuh,” katanya kepada awak media,” Sabtu (14/8).
Saat ini, menurut Midji, sapaan karibnya, sudah tidak mungkin untuk bisa mencegah masuknya virus varian tertentu ke Kalbar. Penyebabnya karena mobilitas warga masih cukup tinggi. Untuk itu, satu-satunya cara adalah dengan mengurangi mobilitas warga.
“Saya waktu itu curiganya begini, makanya saya suruh kirim (sampel ke Jakarta), ada satu kafe yang dites 58 orang, yang positif 52 orang. Setelah kami cek, ternyata pelayan yang membuat pesanan (di kafe) viral load (kandungan virus) dua juta lebih,” terang Midji.
Ia mengatakan, orang yang rentan terpapar virus varian delta dan menjadi fatal adalah orang dengan penyakit bawaan (komorbid). Rata-rata temuan kasus meninggal memang pada orang-orang yang memiliki penyakit bawaan. “Itu yang bahaya,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kalbar Harisson menambahkan, di bulan Juni dan Juli, pihak lab RT-PCR Untan telah mengirimkan sejumlah 115 sampel dari kasus konfirmasi (positif) Covid-19 yang ditemukan di Kalbar. Terutama kasus-kasus yang memiliki nilai cycle threshold (CT) rendah.
“Nah dari yang CT rendah ini dikirim ke Balitbangkes (Jakarta) untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS), agar mengetahui sebenarnya (jenis) virus apa,” ungkapnya, Sabtu (14/8).
Dari 115 sampel yang dikirim, 37 sampel sudah dilakukan pengurutan keseluruhan genom (WGS). Kemudian sebanyak 34 sampel sudah ada hasilnya. Sebanyak 30 sampel di antaranya merupakan varian delta. Mutasi virus Covid-19 yang pertama kali ditemukan di negara India itu menurut Harisson, punya kecenderungan cepat menyebar atau menular. Kemudian tingkat kesakitannya juga lebih tinggi.
“Kalau kami analisis berarti memang, di Kalbar ini kan ada peningkatan kasus konfirmasi Covid-19 yang pesat. (Peningkatan) empat kali lipat itu pada Juni dan Juli. Kalau kami lihat dari laporan Lab Untan itu, ini dipengaruhi salah satunya adanya varian delta,” paparnya.
Lebih lanjut dijelaskan Harisson, dari 30 kasus Covid varian delta yang ditemukan itu tersebar di beberapa kabupaten/kota. Yakni di Kota Pontianak ada tujuh sampel, Kabupaten Sambas ada empat sampel, Landak enam sampel, Kubu Raya, Melawi dan Kota Singkawang masing-masing tiga sampel. Lalu masing-masing satu sampel ditemukan di Kabupaten Mempawah, Ketapang, Bengkayang dan Sekadau. “Jadi hampir menyebar sebenarnya varian delta ini, ada di seluruh kabupaten/kota di Kalbar,” katanya.
Sementara untuk empat sampel sisanya, selain varian delta, juga ditemukan satu kasus varian virus corona B.1.302 di Kabupaten Sambas. Mutasi virus yang satu ini pertama kali ditemukan di Amerika. Sedangkan di Melawi, Landak dan Sambas masing-masing ditemukan satu varian mutasi virus (B.1.466.2) yang memang umumnya ada di Indonesia. “Tetapi (B.1.302) bukan merupakan varian yang menjadi perhatian,” ucapnya.
Pada periode Juni hingga Juli 2021 lalu diakui Harisson peningkatan kasus Covid-19 di Kalbar memang sangat tinggi. Selain penambahan kasus yang tinggi, tingkat keterisian tempat tidur (BOR) perawatan Covid-19 juga meningkat tajam.
“BOR waktu itu cenderung di angka 80-90 persen. Sebagian besar rumah sakit di Kota Pontianak penuh. Seiring berjalannya waktu adanya PPKM, sekarang BOR sudah turun, sekarang (BOR) 38 persen se-Kalbar,” pungkasnya.(bar)