25 C
Pontianak
Wednesday, March 29, 2023

Bujang Kurir, Local Champion Digital Indonesia

Riszky Ramadhan, masih tak percaya Bujang Kurir, terpilih sebagai salah satu Local Champion Digital Indonesia. Bujang Kurir merupakan aplikasi pesan antar yang dibangunnya enam tahun lalu. Startup lokal pertama di Pontianak yang mengusung konsep personal delivery.

Ramses Tobing, Pontianak

RISZKY Ramadhan menjadi wakil Kalimantan Barat dalam peluncuran program Literasi Digital Nasional “Indonesia Makin Cakap Digital” di Hall Basket Senayan, Jakarta, Kamis (20/05). “Saya dihubungi Kominfo (Siberkreasi) tanggal 5 Mei 2021. Awalnya tak percaya jika Bujang Kurir diundang sebagai Local Champion,” kata Riszky di Pontianak, kemarin.

Program Nasional Literasi Digital untuk membangun kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan teknologi digital serta mengembangkan dan meningkatkan keterampilan masyarakat Indonesia di dunia digital.

TERPILIH: Riszky Ramadhan, founder Bujang Kurir, aplikasi yang terpilih sebagai salah satu Local Champion Digital Indonesia.

Mereka yang terpilih tidak hanya berlatar belakang founder dari start up tapi juga komunitas-komunitas yang bergerak dalam literasi digital di berbagai segmen. Sementara terpilihnya Bujang Kurir menjadi sebagai salah satu Local Champion Digital Indonesia karena dianggap berperan dalam literasi digital khususnya di sektor ekonomi.

Sebagai Founder Bujang Kurir, Riszky tidak hanya terfokus mengembang aplikasi yang dibangunnya, tetapi juga berupaya mendorong UMKM memahami literasi digital sebagai ruang untuk memasarkan produk-produk yang mereka buat.

Pemahaman literasi digital bagi UMKM itu melalui berbagai pelatihan yang digelar Bujang Kurir maupun pihak lainnya yang mengundang aplikasi pesan antar ini sebagai narasumber. Pemahaman literasi digital bagi UMKM ini sudah dilakukannya sejak tahun 2016 hingga sekarang.

UMKM yang ikut pelatihan tidak hanya dari Kota Pontianak saja melainkan berbagai kabupaten/kota di Kalimantan Barat. Dari pelatihan, tim Bujang Kurir mengajarkan pelaku UMKM agar memanfaatkan teknologi informasi sehingga bisa meningkatkan daya jual produknya.

Mulai dari digital marketing, memasukkan produk di marketplace yang ada di Indonesia, sehingga produk yang dibuat UMKM tidak hanya laku di lokal tapi bisa sampai ke luar negeri.

Membagi pengetahuan literasi digital dengan UMKM inilah yang membuat Bujang Kurir mendapat apresiasi dari Kominfo sebagai Local Champion Digital Indonesia dari Kalimantan Barat.

“Dari awal visi dan misi Bujang Kurir mengarah kolaborasi lokal untuk memasarkan produk UMKM, sehingga pendampingan itu menjadi nilai plus bagi kami dan mendapat apresiasi sebagai local champion,” ungkap Alumni Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini.

Pemahaman literasi digital pun sebenarnya juga dilakukan Riszky di aplikasi Bujang Kurir. Caranya dengan membuat skema kemitraan dengan UMKM. Sebagai aplikasi layanan pesan antar, Bujang Kurir membantu UMKM memasarkan produknya secara digital.

Skema kemitraan itu dibangun sejak tahun 2017. Melalui skema kemitraan, Bujang Kurir membantu pelaku UMKM mempromosikan produknya di tiga platform. Facebook, Whatsapp dan pesan berantai.

Mulai dari promosi gratis selama satu bulan. Jika kemitraan berlanjut maka UMKM mendapat prioritas pengantaran dengan menjalin kerjasama berbayar setiap bulan. Melalui kerjasama seperti itu, Bujang Kurir semakin gencar mempromosikan produk-produk UMKM.

Meski berbayar setiap bulan, namun produk yang dijual pelaku UMKM harganya tidak naik. Bujang Kurir hanya mengambil biaya pengantaran saja. Harga jual produk pun tidak dikenakan biaya cas. Kerjasama seperti itu yang dianggap membedakan antara Bujang Kurir dengan aplikasi pesan antar dari tingkat nasional.

Skema kerjasama seperti itu yang membuat pelaku UMKM sebagai mitra betah dan bertahan menjalin kemitraan dengan Bujang Kurir. Apalagi kemitraan yang dijalin, baik UMKM yang sudah terdaftar maupun tidak. Selain itu pun, semangat pelaku UMKM yang mendukung start up lokal agar tetap eksis.

Sampai pada akhirnya di Aplikasi Bujang, bukan hanya UMKM saja yang bergabung. Ada pihak swasta dan pemerintah. Khusus pemerintah, Bujang Kurir bekerjasama dengan Toko Tani Indonesia yang merupakan bagian dari Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat.

Bujang Kurir juga bekerja sama untuk mengantarkan produk yang dibeli di Toko Tani Indonesia. Keuntungan murni hanya dari pengantaran tidak ada yang lain. kolaborasi dengan berbagai mitra membuat platform layanan pesan antara ini bisa bertahan dan kini semakin berkembang.

Baca Juga :  Lembaga Sejati Hadir Mensejahterakan Indonesia

“Ini bagian literasi digital karena benar-benar membuat orang memahami teknologi informasi untuk memasarkan produknya secara digital,” kata Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah ini.

Menurutnya penting bagi UMKM untuk melek digital agar naik kelas. Kemampuan literasi digital bukan hanya kemampuan untuk memahami dan menggunakan sesuatu yang dikatakan digital saja, (misalnya aplikasi).

Namun lebih luas lagi pemahamannya. Misalnya bagaimana UMKM mengevaluasi penggunaan teknologi digital terhadap pemasaran produknya apakah berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap branding dan penjualan produknya.

Melalui cara itu akan diketahui apakah semakin sulit atau semakin mudah bertransaksi secara digital (cashless) untuk penjualan produk dan lainnya.

“Mereka yang menggunakan aplikasi Bujang Kurir, untuk display produk atau menggunakan WA untuk pengantaran produk berarti UMKM itu sudah melek digital dan paham pentingnya kemampuan literasi digital dalam pemasaran produknya,” kata Alumnus Universitas Ahmad Dahlan ini.

Pentingnya pemahaman literasi digital bagi UMKM juga berkaitan dengan angka penetrasi pengguna internet di Indonesia yang mencapai 73,3 persen. Persentase tersebut memperlihatkan bahwa 144.191.413 dari total 196.714.070 masyarakat Indonesia telah memiliki akses terhadap internet.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut membuat Indonesia dinyatakan sebagai pasar ekonomi digital terbesar di Asia. Khusus Pontianak, berdasarkan hasil survei status literasi digital yang dilaksanakan tahun 2020 oleh Kata Data Inside Center bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Indeks Literasi Digital Kota Pontianak adalah 3.59.

Pentingnya literasi Digital bagi UMKM juga diakui Eka Rosma Ismail. Pemilik usaha Aulia’s Kitchen dengan brand Pizza Sobek. Eka sendiri sempat ikut pelatihan, di mana Founder Bujang Kurir, Riszky Ramadhan hadir sebagai narasumber.

Ia mengatakan pelatihan itu mengajarkan cara membuat pesan dalam pemasaran produk UMKM. Semakin baik pesan yang baik dalam pemasaran, produk semakin mudah ditemukan konsumen saat pencarian di internet. Apalagi menggunakan media sosial seperti Facebook.

Menurutnya melalui literasi digital UMKM bisa mengevaluasi apa saja pencapaian yang perlu diketahui, sehingga produk dapat dikenal masyarakat banyak. “Jadi sangat penting sekali literasi digital bagi UMKM. Saya sendiri masih ingin ikut pelatihan,” kata wanita asal Kabupaten Sintang ini.

Eka merintis usahanya di tahun 2017 di Sintang. Ketika itu belum ada yang usaha yang sama di Sintang. Sepuluh bulan pertama, penjualan Pizza Sobek miliknya mencatat angka tertinggi yakni 1.000 packs.

Dari awal berjualan, Eka sudah memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Whatsapp dan Market Place untuk mempromosikan Pizza Sobek miliknya. Selain Sintang, pasaran jualannya hingga ke Singkawang, Sanggau dan Pontianak. Pizza Sobek miliknya juga pernah mengikuti ekspo di Kuching Malaysia.

Ketua DPD Generasi Digital Indonesia (Gradasi) Kalimantan Barat Sarfandi mengatakan UMKM diakui sebagai penyangga utama perekonomian nasional yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, sehingga pemerintah sangat terbantu dalam hal ekonomi.

Peningkatan produktivitas pelaku usaha menjadi prioritas pemerintah saat ini, salah satunya meluncurkan program Literasi Digital Nasional. Harapannya, pelaku UMKM memiliki keahlian dan nilai tambah dalam memasarkan produk atau jasa secara digital, dan keterampilan dalam menggunakan internet sehat serta memaksimalkan pemasaran digital melalui platform yang ada dengan terarah dan menjangkau pasar yang lebih luas.  “Literasi digital penting bagi UMKM,” kata Sarfandi.

Ia menambahkan dalam memaksimalkan pangsa pasar, UMKM juga harus jeli dalam hal berpromosi dan menggunakan media sosial. Seperti memanfaatkan sesuatu yang sedang viral saat ini untuk dimaksimalkan dalam hal penjualan produk.

Cara seperti itu dianggap efektif dan efisien dalam menjangkau konsumen sekaligus membentuk pasar sesuai dengan produk yang dihasilkan terutama di sektor kuliner, fashion dan kerajinan.

Baca Juga :  Geliat Start Up Lokal di Tengah Gempuran Aplikasi Nasional

Tahun ke Enam Bujang Kurir

Sekarang merupakan tahun ke enam bertahannya Bujang Kurir, platform pesan antar lokal di Kota Pontianak. Meski berjalan di tengah pandemi Covid-19, Bujang Kurir justru mencatat perjalanan bisnis yang menjanjikan.

Riszky menyebutkan orderan yang masuk dalam dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan dua kali lipat. Sebabnya tak lain karena skema kemitraan dengan UMKM. Skema ini memberikan keuntungan kedua pihak.

Melalui skema ini Bujang Kurir semakin memperluas kerjasamanya. Pada saat yang sama, Bujang Kurir memiliki keterbatasan modal untuk promosi secara besar-besaran, bersaing dengan aplikasi pesan antar nasional. Sementara untuk UMKM, dalam skema kemitraan itu mendapat kesempatan promosi maksimal.

“Perjalanan bisnis Bujang Kurir masih aman meskipun ada dinamika naik turunnya. Tapi dalam dua tahun terakhir ini meski dalam pandemi Covid-19, orderan yang masuk ke kami justru naik dua kali lipat. Ini umpan balik dari pendampingan UMKM dan memasarkan produknya secara digital sehingga hasilnya dirasakan kedua belah pihak, Bujang Kurir dan UMKM,” jelas dia.

Riszky mencontohkan pada Ramadan tahun ini. Orderan yang masuk bisa mencapai tiga kali lipat. Khususnya pada orderan menjelang Lebaran. Bingkisan yang dibungkus dan sudah dihias untuk paket Lebaran ke kerabat, teman hingga rekanan kerja.

“Strategi kami tetap kualitas pelayanan yakni personal delivery dan tidak menaikkan harga barang, sebagai bentuk dukungan UMKM memasarkan produk secara digital,” ungkap bapak empat anak ini.

Seperti diketahui Bujang Kurir mulai dibangun 18 Juni 2015 lalu. Riszky, bersama teman-temannya, mengembangkan aplikasi ini dari nol. Iden pembuatannya didapat setelah dia menyelesaikan studi masternya di Yogyakarta. Pada satu hari, di tengah malam, dia kelaparan dan kesulitan memesan makanan.

Ketika itu belum ada jasa layanan pesan antar makanan di Pontianak. Apalagi sudah lewat tengah malam. Berbanding terbalik dengan di Yogyakarta, bisnis jasa layanan pesan antar tumbuh subur. Dia pun menginginkan hal yang sama tersedia di kota kelahirannya. Bersama dengan Adam dan Reza, dia mulai mengembangkan aplikasi Bujang Kurir.

Nama Bujang Kurir diambilnya dari bahasa Melayu yang berkembang di Pontianak, yang merupakan sebutan bagi laki-laki yang belum menikah. Tagline yang dipakainya pun menyesuaikan dengan karakter usia para pendiri saat itu: “Adek Pesan, Abang Antar.

Tahun 2015-2017 boleh dikata menjadi masa keemasan bagi Bujang Kurir. Sebab ia menjadi satu-satunya start up bergerak di jasa layanan pesan antar. Tepat di tahun 2016, Bujang Kurir juga menjadi start up yang pertama kali membuat aplikasi personal delivery.

Ia mendapat dukungan dari dosen dan mahasiswa Universitas Tanjungpura untuk membangun aplikasi Bujang Kurir. Modal untuk membuat aplikasi itu hanya Rp5 juta. Satu bulan pertama sudah lebih dari 1.000 orang mengunduh. Bulan kedua jumlah pengunduh aplikasi mencapai 5.000 orang.

Meski demikian tak selamanya bisnis start up lokal berjalan mulus. Akhir 2017 dan menjelang tahun 2018, Bujang Kurir mengalami goncangan ketika aplikasi nasional masuk Pontianak. Perlahan, orderan mulai menyusut.

Saat itu hanya menerima 20-30 order per hari. Jumlah yang tak jauh berbeda saat mulai start up ini berjalan di tahun 2015. Kondisi itu juga yang membuat driver di Bujang Kurir pindah ke start up-start up nasional.

Riszky tak patah arang. Ia tetap optimis dan berpikir positif. Salah satu alasannya adalah banyak yang menggantungkan nasibnya di Bujang Kurir. Meski demikian tak cukup hanya semangat, tapi juga strategi bisnis harus disiapkan agar orderan di Bujang Kurir kembali meningkat.

Pria kelahiran 1985 ini berharap dari apresiasi Lokal Champion itu, Bujang Kurir bisa terus membantu Kominfo dan Siber Kreasi untuk mendukung gerakan Indonesia Makin Cakap Digital, salah satunya literasi digital di sektor ekonomi. (*)

Riszky Ramadhan, masih tak percaya Bujang Kurir, terpilih sebagai salah satu Local Champion Digital Indonesia. Bujang Kurir merupakan aplikasi pesan antar yang dibangunnya enam tahun lalu. Startup lokal pertama di Pontianak yang mengusung konsep personal delivery.

Ramses Tobing, Pontianak

RISZKY Ramadhan menjadi wakil Kalimantan Barat dalam peluncuran program Literasi Digital Nasional “Indonesia Makin Cakap Digital” di Hall Basket Senayan, Jakarta, Kamis (20/05). “Saya dihubungi Kominfo (Siberkreasi) tanggal 5 Mei 2021. Awalnya tak percaya jika Bujang Kurir diundang sebagai Local Champion,” kata Riszky di Pontianak, kemarin.

Program Nasional Literasi Digital untuk membangun kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan teknologi digital serta mengembangkan dan meningkatkan keterampilan masyarakat Indonesia di dunia digital.

TERPILIH: Riszky Ramadhan, founder Bujang Kurir, aplikasi yang terpilih sebagai salah satu Local Champion Digital Indonesia.

Mereka yang terpilih tidak hanya berlatar belakang founder dari start up tapi juga komunitas-komunitas yang bergerak dalam literasi digital di berbagai segmen. Sementara terpilihnya Bujang Kurir menjadi sebagai salah satu Local Champion Digital Indonesia karena dianggap berperan dalam literasi digital khususnya di sektor ekonomi.

Sebagai Founder Bujang Kurir, Riszky tidak hanya terfokus mengembang aplikasi yang dibangunnya, tetapi juga berupaya mendorong UMKM memahami literasi digital sebagai ruang untuk memasarkan produk-produk yang mereka buat.

Pemahaman literasi digital bagi UMKM itu melalui berbagai pelatihan yang digelar Bujang Kurir maupun pihak lainnya yang mengundang aplikasi pesan antar ini sebagai narasumber. Pemahaman literasi digital bagi UMKM ini sudah dilakukannya sejak tahun 2016 hingga sekarang.

UMKM yang ikut pelatihan tidak hanya dari Kota Pontianak saja melainkan berbagai kabupaten/kota di Kalimantan Barat. Dari pelatihan, tim Bujang Kurir mengajarkan pelaku UMKM agar memanfaatkan teknologi informasi sehingga bisa meningkatkan daya jual produknya.

Mulai dari digital marketing, memasukkan produk di marketplace yang ada di Indonesia, sehingga produk yang dibuat UMKM tidak hanya laku di lokal tapi bisa sampai ke luar negeri.

Membagi pengetahuan literasi digital dengan UMKM inilah yang membuat Bujang Kurir mendapat apresiasi dari Kominfo sebagai Local Champion Digital Indonesia dari Kalimantan Barat.

“Dari awal visi dan misi Bujang Kurir mengarah kolaborasi lokal untuk memasarkan produk UMKM, sehingga pendampingan itu menjadi nilai plus bagi kami dan mendapat apresiasi sebagai local champion,” ungkap Alumni Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini.

Pemahaman literasi digital pun sebenarnya juga dilakukan Riszky di aplikasi Bujang Kurir. Caranya dengan membuat skema kemitraan dengan UMKM. Sebagai aplikasi layanan pesan antar, Bujang Kurir membantu UMKM memasarkan produknya secara digital.

Skema kemitraan itu dibangun sejak tahun 2017. Melalui skema kemitraan, Bujang Kurir membantu pelaku UMKM mempromosikan produknya di tiga platform. Facebook, Whatsapp dan pesan berantai.

Mulai dari promosi gratis selama satu bulan. Jika kemitraan berlanjut maka UMKM mendapat prioritas pengantaran dengan menjalin kerjasama berbayar setiap bulan. Melalui kerjasama seperti itu, Bujang Kurir semakin gencar mempromosikan produk-produk UMKM.

Meski berbayar setiap bulan, namun produk yang dijual pelaku UMKM harganya tidak naik. Bujang Kurir hanya mengambil biaya pengantaran saja. Harga jual produk pun tidak dikenakan biaya cas. Kerjasama seperti itu yang dianggap membedakan antara Bujang Kurir dengan aplikasi pesan antar dari tingkat nasional.

Skema kerjasama seperti itu yang membuat pelaku UMKM sebagai mitra betah dan bertahan menjalin kemitraan dengan Bujang Kurir. Apalagi kemitraan yang dijalin, baik UMKM yang sudah terdaftar maupun tidak. Selain itu pun, semangat pelaku UMKM yang mendukung start up lokal agar tetap eksis.

Sampai pada akhirnya di Aplikasi Bujang, bukan hanya UMKM saja yang bergabung. Ada pihak swasta dan pemerintah. Khusus pemerintah, Bujang Kurir bekerjasama dengan Toko Tani Indonesia yang merupakan bagian dari Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat.

Bujang Kurir juga bekerja sama untuk mengantarkan produk yang dibeli di Toko Tani Indonesia. Keuntungan murni hanya dari pengantaran tidak ada yang lain. kolaborasi dengan berbagai mitra membuat platform layanan pesan antara ini bisa bertahan dan kini semakin berkembang.

Baca Juga :  Lembaga Sejati Hadir Mensejahterakan Indonesia

“Ini bagian literasi digital karena benar-benar membuat orang memahami teknologi informasi untuk memasarkan produknya secara digital,” kata Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah ini.

Menurutnya penting bagi UMKM untuk melek digital agar naik kelas. Kemampuan literasi digital bukan hanya kemampuan untuk memahami dan menggunakan sesuatu yang dikatakan digital saja, (misalnya aplikasi).

Namun lebih luas lagi pemahamannya. Misalnya bagaimana UMKM mengevaluasi penggunaan teknologi digital terhadap pemasaran produknya apakah berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap branding dan penjualan produknya.

Melalui cara itu akan diketahui apakah semakin sulit atau semakin mudah bertransaksi secara digital (cashless) untuk penjualan produk dan lainnya.

“Mereka yang menggunakan aplikasi Bujang Kurir, untuk display produk atau menggunakan WA untuk pengantaran produk berarti UMKM itu sudah melek digital dan paham pentingnya kemampuan literasi digital dalam pemasaran produknya,” kata Alumnus Universitas Ahmad Dahlan ini.

Pentingnya pemahaman literasi digital bagi UMKM juga berkaitan dengan angka penetrasi pengguna internet di Indonesia yang mencapai 73,3 persen. Persentase tersebut memperlihatkan bahwa 144.191.413 dari total 196.714.070 masyarakat Indonesia telah memiliki akses terhadap internet.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut membuat Indonesia dinyatakan sebagai pasar ekonomi digital terbesar di Asia. Khusus Pontianak, berdasarkan hasil survei status literasi digital yang dilaksanakan tahun 2020 oleh Kata Data Inside Center bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Indeks Literasi Digital Kota Pontianak adalah 3.59.

Pentingnya literasi Digital bagi UMKM juga diakui Eka Rosma Ismail. Pemilik usaha Aulia’s Kitchen dengan brand Pizza Sobek. Eka sendiri sempat ikut pelatihan, di mana Founder Bujang Kurir, Riszky Ramadhan hadir sebagai narasumber.

Ia mengatakan pelatihan itu mengajarkan cara membuat pesan dalam pemasaran produk UMKM. Semakin baik pesan yang baik dalam pemasaran, produk semakin mudah ditemukan konsumen saat pencarian di internet. Apalagi menggunakan media sosial seperti Facebook.

Menurutnya melalui literasi digital UMKM bisa mengevaluasi apa saja pencapaian yang perlu diketahui, sehingga produk dapat dikenal masyarakat banyak. “Jadi sangat penting sekali literasi digital bagi UMKM. Saya sendiri masih ingin ikut pelatihan,” kata wanita asal Kabupaten Sintang ini.

Eka merintis usahanya di tahun 2017 di Sintang. Ketika itu belum ada yang usaha yang sama di Sintang. Sepuluh bulan pertama, penjualan Pizza Sobek miliknya mencatat angka tertinggi yakni 1.000 packs.

Dari awal berjualan, Eka sudah memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Whatsapp dan Market Place untuk mempromosikan Pizza Sobek miliknya. Selain Sintang, pasaran jualannya hingga ke Singkawang, Sanggau dan Pontianak. Pizza Sobek miliknya juga pernah mengikuti ekspo di Kuching Malaysia.

Ketua DPD Generasi Digital Indonesia (Gradasi) Kalimantan Barat Sarfandi mengatakan UMKM diakui sebagai penyangga utama perekonomian nasional yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, sehingga pemerintah sangat terbantu dalam hal ekonomi.

Peningkatan produktivitas pelaku usaha menjadi prioritas pemerintah saat ini, salah satunya meluncurkan program Literasi Digital Nasional. Harapannya, pelaku UMKM memiliki keahlian dan nilai tambah dalam memasarkan produk atau jasa secara digital, dan keterampilan dalam menggunakan internet sehat serta memaksimalkan pemasaran digital melalui platform yang ada dengan terarah dan menjangkau pasar yang lebih luas.  “Literasi digital penting bagi UMKM,” kata Sarfandi.

Ia menambahkan dalam memaksimalkan pangsa pasar, UMKM juga harus jeli dalam hal berpromosi dan menggunakan media sosial. Seperti memanfaatkan sesuatu yang sedang viral saat ini untuk dimaksimalkan dalam hal penjualan produk.

Cara seperti itu dianggap efektif dan efisien dalam menjangkau konsumen sekaligus membentuk pasar sesuai dengan produk yang dihasilkan terutama di sektor kuliner, fashion dan kerajinan.

Baca Juga :  Tujuh Daerah Bebas Covid-19

Tahun ke Enam Bujang Kurir

Sekarang merupakan tahun ke enam bertahannya Bujang Kurir, platform pesan antar lokal di Kota Pontianak. Meski berjalan di tengah pandemi Covid-19, Bujang Kurir justru mencatat perjalanan bisnis yang menjanjikan.

Riszky menyebutkan orderan yang masuk dalam dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan dua kali lipat. Sebabnya tak lain karena skema kemitraan dengan UMKM. Skema ini memberikan keuntungan kedua pihak.

Melalui skema ini Bujang Kurir semakin memperluas kerjasamanya. Pada saat yang sama, Bujang Kurir memiliki keterbatasan modal untuk promosi secara besar-besaran, bersaing dengan aplikasi pesan antar nasional. Sementara untuk UMKM, dalam skema kemitraan itu mendapat kesempatan promosi maksimal.

“Perjalanan bisnis Bujang Kurir masih aman meskipun ada dinamika naik turunnya. Tapi dalam dua tahun terakhir ini meski dalam pandemi Covid-19, orderan yang masuk ke kami justru naik dua kali lipat. Ini umpan balik dari pendampingan UMKM dan memasarkan produknya secara digital sehingga hasilnya dirasakan kedua belah pihak, Bujang Kurir dan UMKM,” jelas dia.

Riszky mencontohkan pada Ramadan tahun ini. Orderan yang masuk bisa mencapai tiga kali lipat. Khususnya pada orderan menjelang Lebaran. Bingkisan yang dibungkus dan sudah dihias untuk paket Lebaran ke kerabat, teman hingga rekanan kerja.

“Strategi kami tetap kualitas pelayanan yakni personal delivery dan tidak menaikkan harga barang, sebagai bentuk dukungan UMKM memasarkan produk secara digital,” ungkap bapak empat anak ini.

Seperti diketahui Bujang Kurir mulai dibangun 18 Juni 2015 lalu. Riszky, bersama teman-temannya, mengembangkan aplikasi ini dari nol. Iden pembuatannya didapat setelah dia menyelesaikan studi masternya di Yogyakarta. Pada satu hari, di tengah malam, dia kelaparan dan kesulitan memesan makanan.

Ketika itu belum ada jasa layanan pesan antar makanan di Pontianak. Apalagi sudah lewat tengah malam. Berbanding terbalik dengan di Yogyakarta, bisnis jasa layanan pesan antar tumbuh subur. Dia pun menginginkan hal yang sama tersedia di kota kelahirannya. Bersama dengan Adam dan Reza, dia mulai mengembangkan aplikasi Bujang Kurir.

Nama Bujang Kurir diambilnya dari bahasa Melayu yang berkembang di Pontianak, yang merupakan sebutan bagi laki-laki yang belum menikah. Tagline yang dipakainya pun menyesuaikan dengan karakter usia para pendiri saat itu: “Adek Pesan, Abang Antar.

Tahun 2015-2017 boleh dikata menjadi masa keemasan bagi Bujang Kurir. Sebab ia menjadi satu-satunya start up bergerak di jasa layanan pesan antar. Tepat di tahun 2016, Bujang Kurir juga menjadi start up yang pertama kali membuat aplikasi personal delivery.

Ia mendapat dukungan dari dosen dan mahasiswa Universitas Tanjungpura untuk membangun aplikasi Bujang Kurir. Modal untuk membuat aplikasi itu hanya Rp5 juta. Satu bulan pertama sudah lebih dari 1.000 orang mengunduh. Bulan kedua jumlah pengunduh aplikasi mencapai 5.000 orang.

Meski demikian tak selamanya bisnis start up lokal berjalan mulus. Akhir 2017 dan menjelang tahun 2018, Bujang Kurir mengalami goncangan ketika aplikasi nasional masuk Pontianak. Perlahan, orderan mulai menyusut.

Saat itu hanya menerima 20-30 order per hari. Jumlah yang tak jauh berbeda saat mulai start up ini berjalan di tahun 2015. Kondisi itu juga yang membuat driver di Bujang Kurir pindah ke start up-start up nasional.

Riszky tak patah arang. Ia tetap optimis dan berpikir positif. Salah satu alasannya adalah banyak yang menggantungkan nasibnya di Bujang Kurir. Meski demikian tak cukup hanya semangat, tapi juga strategi bisnis harus disiapkan agar orderan di Bujang Kurir kembali meningkat.

Pria kelahiran 1985 ini berharap dari apresiasi Lokal Champion itu, Bujang Kurir bisa terus membantu Kominfo dan Siber Kreasi untuk mendukung gerakan Indonesia Makin Cakap Digital, salah satunya literasi digital di sektor ekonomi. (*)

Most Read

Artikel Terbaru