Sy Muhammad Fatir Almutahar dan Syf Hanifah Almutahar menjadi juara lomba bujang dare cilik pada Hari Jadi Kota Pontianak lalu. Sebagai Budare cilik, kini keduanya mencoba mengenalkan pakaian dan budaya Melayu Pontianak mulai dari lingkup terkecil
MIRZA AHMAD MUIN, Pontianak
PAKAIAN Telok belanga dan baju kurung dikenakan pasangan bujang dare cilik Sy Muhammad Fatir dan Syf Hanifah di Keraton Kadriyah Kalbar, kemarin. Mereka berdua ini, adalah juara satu lomba Budare cilik yang diadakan saat momentum Hari Jadi Kota Pontianak lalu.
Fatir mengaku baru dua kali mengenakan pakaian telok belanga secara resmi. Pertama saat kegiatan lomba tingkat TK. Ke dua, di lomba Budare momentum hari jadi Kota Pontianak belum lama ini.
Pelajar Kelas 3 SD Bina 45 Kecamatan Pontianak Timur ini awalnya tak menyangka bisa menjadi juara bujang cilik. Sebab yang ikut serta pada lomba ini kemarin cukup banyak. Total kurang lebih ada 160 an peserta.
“Saat lomba saya tak malu. Pesan nenek tak boleh malu. Saat dinilai Juri, sayapun percaya diri memperagakan aksi di panggung yang besar itu,” kenangnya.
Menjadi bujang cilik. Tentunya, ada misi yang ia bawa. Salah satunya adalah mengenalkan pakaian Telok belanga agar makin dikenal. Caranya kata dia yang bercita-cita sebagai chef bisa dimulai dari lingkup terkecil.
Hal senada dikatakan dare cilik, Hanifah Almutahar. “Baru kali pertama saya ikut lomba. Meski begitu saya upayakan tampil maksimal,” ujar anak dari Muhammad Alex dan Aini.
Pelajar kelas 3 di SD 11 Kecamatan Pontianak Timur ini, mengaku tak canggung mengenakan baju kurung berselendang kain bermotif corak insang kebanggaan Kota Pontianak.
Menyemat dare cilik Pontianak. Iapun siap jika diminta untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan. Tujuannya ia ingin mengenalkan budaya Kota Pontianak pada orang luar. “Caranya dengan mengenalkan baju kurung ini,” ujar Hanifah yang bercita-cita menjadi dokter gigi.
Orang tua Hanifah, Muhammad Alex mengatakan, kegiatan lomba Budare cilik ini sangat positif. Utamanya adalah untuk mengenalkan budayanya agar tak hilang ditelan zaman.
Ia berharap, dari kegiatan ini akan ada tindaklanjutnya. Salah satunya, bisa dengan melibatkan Budare cilik dalam banyak kegiatan. Apalagi ia melihat animo anak-anak untuk ikut serta dalam lomba ini begitu tinggi. Artinya pesan pengenalan penggunaan baju telok belanga dan baju kurung pada anak-anak tersampaikan.
Jika terus berkelanjutan. Ia meyakini Kota Pontianak tidak bakal hilang regenerasi pensosialisasi budaya di Kota Pontianak.(*)