Kota Pontianak memiliki tradisi unik, khususnya saat menjelang hari raya Idulfitri. Yakni permainan meriam karbit. Permainan tradisional masyarakat pesisir Sungai Kapuas ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga setempat maupun wisatawan. Permainan meriam karbit ini biasanya dilaksanakan pada malam sebelum Hari Raya Idulfitri, atau malam takbiran. Kerasnya suara yang dihasilkan meriam karbit tersebut tak jarang mengundang rasa penasaran para wisatawan untuk menyaksikan dan mendengar langsung bunyi permainan tradisional ini.
Tak ayal warga pun berbondong-bondong memadati pesisir Sungai Kapuas, untuk dapat menyaksikan dan merasakan secara langsung bagaimana sensasi mendengarkan bahkan menyulut meriam raksasa dengan tangan mereka sendiri. Pada awalnya, penyulutan mariam dilakukan pada satu minggu menjelang lebaran. Namun dengan adanya peraturan daerah meriam baru dapat dibunyikan pada tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah Idulfitri.
Meriam karbit ini rata – rata memiliki panjang enam meter, dengan diameter delapan meter. Sejak beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kota Pontianak bahkan menggelar festival meriam karbit di setiap tahunnya. Namun, sejak Pandemi Covid 19, festival meriam karbit pun ditiadakan. Kendati festival meriam karbit ditiadakan, kelompok pemain meriam Karbit di Kota Pontianak tetap bersemangat untuk memainkan meriam karbit menjelang idulfirri di tahun 2021 ini.
Seperti halnya satu kelompok Meriam Karbit Setia Tambelan di Kelurahan Tambelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak. Secara swadaya masyarakat, kelompok meriam tersebut melakukan gotong royong mempersiapkan meriam karbit untuk dimainkan jelang Idulfiri nanti. Sebelum memainkan meriam karbit, warga menyiapkan balok kayu. Merapatkan dan menyimpai, atau melilit batang balok dengan batang rotan. Setelah itu, proses selanjutnya adalah pengecatan permukaan meriam dengan berbagai motif agar terlihat menarik.
“Malam ini kami mulai menyimpai meriam atau mengikat meriam dengan rotan. Tujuannya agar meriam kuat, dan tidak pecah saat di mainkan,” ujar Hendra, perwakilan kelompok Meriam Karbit Setia Tambelan, kemarin, Hendra menjelaskan, rotan dipilih karena rotan memiliki kekuatan yang baik serta elastis, sehingga ketika meriam disulut batang meriam tidak mudah pecah. Tahun ini, kelompok Meriam Karbit Setia Tambelan, menyiapkan lima buah meriam berbahan kayu Mabang. Untuk mengikat lima buah meriam tersebut, setidaknya membutuhkan 600 kg rotan.
Walau sempat kesulitan mendapat rotan sebagai bahan baku utama mengikat meriam, ia bersyukur pihaknya tetap dapat memperoleh rotan walaupun dengan harga yang cukup tinggi yakni Rp. 3.500 Per kg. Selain itu pihaknya pun mempersiapkan sekira 100 kg karbit untuk menyemarakkan hari raya idulfitri nantinya. Tidak dilaksanakannya festival meriam karbit oleh pemerintah kota Pontianak, berarti kelompok-kelompok meriam tidak mendapat anggaran dari Pemerintah Kota dalam pelaksanaan, walau demikian dikatakan Hendra hal tersebut tidaklah menjadi masalah.
Dukungan masyarakat sekitar serta semangat gotong royong masyarakat sudah lebih dari cukup untuk membuat meriam karbit bergema di seluruh kota. “Permainan meriam karbit ini sudah ada sejak dulu. Kalau tidak ada meriam tidak semangat, dan ini merupakan usaha kami dalam melestarikan tradisi dan budaya Meriam di Kota Pontianak,” tuturnya.
Disisi Lain, Walikota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menyampaikan, bahwa pihaknya tidak melarang adanya permainan meriam Karbit di Kota Pontianak di masa Pandemi Covid 19, asalkan tidak terjadi kerumunan dan protokol Kesehatan Covid 19 dijaga dengan ketat. “Meriam tidak ada masalah, kan tidak ada festival, dan asal tidak ada kerumunan kalau mereka main sendiri – sendiri tidak masalah,” ujarnya. Ia pun mengimbau kepada masyarakat yang hendak memainkan meriam agar tetap disiplin menerapkan protokol Kesehatan Covid 19. (arf)