Untuk pertama kalinya pengujian DNA satwa akuatik dilakukan di Kalimantan Barat. Pengujian DNA itu dilakukan di laboratorium Bio-Molekuler Pusat Unggulan Teknologi Sumberdaya Perikanan Politeknik Negeri Pontianak (Polnep).
Setidaknya lebih dari 10 sampel jenis satwa akuatik, kharismatik, dilindungi maupun komersial berasal dari perairan Kalimantan Barat berhasil diuji di laboratorium ini. Pengujian sampel satwa akuatik ini terangkum dalam kegiatan Pelatihan Dasar DNA Barcoding dan Genetic Data Analysis (Analisa Data Genetik) hasil kolaborasi Politeknik Negeri Pontianak (Polnep), IPB University, Lab.Oceanogen Bogor, Universitas Nahdatul Ulama Kalbar, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Asosiasi Dokter Hewan Megafauna Akuatik Indonesia (IAM Flying Vet) dan Yayasan WWF Indonesia.
Pelatihan uji DNA dan Analisa Data Genetik ini diikuti 51 peserta, baik pelatihan langsung (Onsite) maupun secara virtual (Online) yang berasal dari berbagai latar belakang, seperti akademisi, praktisi, laboran, maupun lembaga instansi pemerintah, Dokter hewan serta sejumlah peneliti.
Pelatihan yang berlangsung selama empat hari, sejak 21-24 Desember 2020 ini dimentoring oleh Dr. Hawis Maduppa, Kepala Laboratorium Biodiversitas dan Biosistematika (BIODIVISI) Bogor, drh Maulidio Suhendro, peneliti DNA Penyu dan Mamalia Laut-IAM Flying Vet, Panji Imam Agamawan, peneliti satwa akuatik Univ.Nahdlatul Ulama dan L. Muhsin Iqbal dari Laboratorium Oceanogen Bogor.
DNA Barcoding merupakan metode biologi molekular untuk mengidentifikasi suatu organisme berdasarkan urutan basa nukleotida. Metode ini telah banyak digunakan oleh peneliti dunia untuk mempermudah pengidentifikasian banyak spesies organisme yang ada di perairan.
DNA Barcoding berbasis pada penggunaan jaringan dari suatu makhluk hidup untuk diekstrak DNA-nya yang kemudian diolah secara molekuler dan bioinformatik hingga dapat diketahui spesiesnya dan asal usulnya hingga ke nenek moyangnya. “Melalui pelatihan ini diharapkan dapat menjadi cikal bakal pengembangan teknologi kedepan khususnya ilmu kelautan dan perikanan,” ujar Pembantu Direktur IV Politeknik Negeri Pontianak Dr Widodo.
Menurut Widodo, keberadaan Laboratorium Bio-Molekuler Pusat Unggulan Teknologi Sumberdaya Perikanan Politeknik Negeri Pontianak (Polnep) ini juga diharapkan sebagai pilot projek pengembangan semua jurusan. Dalam kesempatan yang sama, perwakilan Yayasan WWF Indonesia, Dwi Suprapti mengatakan, pelatihan dasar DNA Barcoding dan Analisa Data Genetik satwa akuatik penting dilakukan.
Terpisah, Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak Getreda M. Hehanussa menyambut baik upaya kolaborasi dalam kegiatan pelatihan dasar DNA Barcoding dan Analisa Data Genetik tersebut. Menurut Getreda, sejauh ini BPSPL Pontianak telah melakukan beberapa kegiatan terkait perannya sebagai pelaksana konservasi jenis dan genetika ikan serta pengawas lalu lintas perdagangan jenis ikan yang dilindungi, namun, menurutnya masih belum optimal, karena sulitnya melakukan identifikasi jenis/spesies.
Sementara itu Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pontianak Miharjo. Menurutnya, perairan Kalimantan Barat kaya akan sumber daya perikanan. Hanya saja, hingga saat ini belum ada data jenis jumlah ikan di Kalimantan Barat. Padahal, kata Miharjo, nilai ekonomi yang dihasilkan dari transaksi perdagangan internasional mencapai ratusan miliar rupiah. Pada Mei 2019 saja, mencapai 144, 8 milyar dengan jumlah 254.700 ekor untuk komoditas ikan hidup dan 262,5 ton produk perikanan segar, basah, dan beku yang diekspor ke sejumlah negara. Produk perikanan tersebut dilalulintaskan melalui Pelabuhan Pontianak dan Bandar Udara Supadio Pontianak. “Salah satunya arwana Super Red, setiap hari ada pengiriman ke luar Kalbar,” katanya.
Menurut Miharjo, selain pengawasan terhadap lalu lintas perdagangan ikan, pihaknya juga melakukan pemantauan terhadap jenis ikan invasif atau infasif alien spesies. Yaitu merupakan spesies asing yang keberadaan dan penyebarannya menyebabkan atau berpotensi menyebabkan kerugian secara lingkungan ekonomi, atau kesehatan manusia.
Untuk itu, pihaknya menyambut baik adanya pelatihan dasar DNA dan Analisa Data Genetik satwa akuatik tersebut. “DNA Barcoding ini sangat penting. Jangan sampai eksploitasi besar-besaran, tapi ekosistem terganggu,” harapnya. Sementara itu, Kepala Laboratorium Biodiversitas dan Biosistematika (BIODIVISI), Dr. Hawis Maduppa mengatakan, Kalimantan Barat memiliki posisi yang sangat penting, sebagai pusat biodiversitas baik dari darat maupun hasil laut. Namun, kata Hawis, masih banyak jenis ikan belum didata di Kalimantan Barat. “Sebenarnya banyak biota-biota unik yang belum terdata. Dan itu yang harus kita upayakan,” katanya. Dengan kolaborasi ini kegiatan pelatihan DNA dan Analisa Data Genetik ini, dapat menciptakan ahli-ahli untuk DNA dan Analisis genetik. Ia berharap laboratorium yang ada menjadi rujukan. “kami dari IPB siap mendukung,” ujar Dosen dan Peneliti Kajian Ilmu Biologi Molekuler IPB ini. (arf)