Pengakuan Gubernur Kalbar Sutarmidji soal ketertarikannya di dunia politik yang sudah muncul sejak SMA dibenarkan oleh salah satu gurunya di SMA Santo Paulus Pontianak. Bahkan sang guru sempat heran, meski bukan pemimpin di kelas, Sutarmidji selalu dihormati oleh teman-teman sekelas.
IDIL AQSA AKBARY, Pontianak
SEMPAT mengajar Sutarmidji selama dua tahun di SMA membuat Fransiskus Sumijo (68) ingat seperti apa karakter pria yang kini menjabat gubernur itu. Pak Frans, sapaannya, merupakan guru Bahasa Indonesia yang mengajarnya di kelas dua dan tiga. Diakuinya ketertarikan Sutarmidji dengan dunia politik memang mulai tampak ketika remaja. Bahkan ia dianggap memiliki aura kepempinan yang tak biasa.
Menurut Pak Frans, Sutarmidji memang tidak begitu menonjol secara akademis dan cenderung pendiam. Tapi anehnya ia selalu dihormati oleh teman-temannya.
“Meski tidak menjabat sebagai ketua kelas, para pelajar di kelasnya rata-rata tunduk, segan dan menghormati Sutarmidji. Apakah ada karisma tertentu atau bagaimana, tapi yang jelas kelihatannya dia (Sutarmidji) itu bisa menggerakkan teman-temannya gitu lho,” katanya kepada Pontianak Post, Minggu (28/11).

Selain itu, menurut Pak Frans, Sutarmidji juga dikenal sangat tekun. Sifat kepemimpinannya sudah muncul dan pertemanan antarpelajar dalam satu kelasnya begitu kompak. “Sampai sekarang itu grup (kelas) mereka masih ada,” ucapnya.
Pak Frans juga ingat betul ketika kelas Sutarmidji dan kawan-kawan diskors. Saat itu ia sendiri yang memberikan sanksi karena ia menjabat sebagai wakil kepala sekolah. “Nakalnya sih menurut saya nakal wajar, tidak brutal, nakal-nakal diam begitu. Entah bagaimana waktu itu dan pelakunya siapa, tapi yang jelas bahwa diskors itu bukan dia (Sutarmidji) sendiri tapi satu kelas,” ceritanya.
Walaupun terbilang bandel, Sutarmidji Cs justru dikenal sangat menghormati para guru. Sifat itu sudah terlihat sejak masih duduk di bangku SMA hingga mereka lulus dan berhasil dengan karier masing-masing. Pak Frans mengatakan cara mereka menghormati guru benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
“Bahkan sampai sekarang, masih ada beberapa guru yang diingat gitu lho. Kadang kalau misalnya ada orang yang ke kantor gubernur atau ketemu beliau, lalu orang itu kenal saya, dia pasti titip salam, masih (sampai sekarang),” paparnya.
Kecintaan dan perhatian Sutarmidji terhadap alamamater juga dinilai cukup tinggi. Setiap diundang dalam berbagai kegiatan sekolah, Pak Frans ingat ia selalu hadir.
Menurutnya, Sutarmidji juga sudah terlihat sangat disiplin dengan waktu sejak SMA. Lalu di masa remajanya Sutarmidji tidak pernah minder meski harus berjualan untuk bisa mencukupi biaya sekolah.
“Jadi masuk sekolah kan pukul 13.00 WIB. Setengah satu itu dia (Sutarmidji) sudah ada di kelas. (paginya) Dia jualan koran atau jualan kue waktu itu, memang dia itu termasuk merangkak dari bawah begitu ya. Itu bagi kami yang bisa kami pegang itu, tidak malu karena merasa bahwa itulah yang harus dilakukan,” kenang Pak Frans.
Gubernur Sutarmidji mengakui ketertarikannya di bidang politik memang sudah muncul saat SMA. Pria yang baru saja berulang tahunke-59 itu sering berdiskusi soal politik dengan salah satu gurunya di SMA. Yakni guru mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) bernama Pak Yos Suharto.
“Jadi pertanyaan saya ke guru itu persoalan politik, sementara kawan-kawan yang (mayoritas) dari etnis tionghoa kan tidak tertarik mereka (bicara politik). Mereka bersorak saja ketika saya bertanya (soal politik),” ujarnya.
Maka dari itu, ketika lulus SMA ia pun sudah langsung bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Jika dihitung lulus di tahun 1981, artinya sudah sekitar empat dekade ia menjadi anggota partai berlambang Kakbah itu.
“Ketika tamat SMA, saya mendaftar sebagai anggota PPP, sehingga PPP itu kartu (anggota) saya tahun 81, sekarang berarti saya sudah 40 tahun (di PPP),” ucapnya.**