23.9 C
Pontianak
Friday, March 31, 2023

Pasien Positif Corona Membaik

Kemenkes Lacak Orang yang Pernah Kontak Langsung

JAKARTA – Dua warga Kota Depok yang positif Covid-19 kini diberi penyebutan kasus 1 dan kasus 2. Kondisi keduanya semakin baik setelah dirawat di ruang isolasi RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso Jakarta Utara. Pemerintah meminta semua pihak berhenti menyebarluaskan privasi pasien kasus 1 dan 2.

Presiden Joko Widodo meminta masyarakat untuk saya mendoakan, memberikan dukungan, serta berempati kepada kedua pasien tersebut. Dia juga sudah memerintahkan kepada menteri untuk mengingatkan rumah sakit atau pejabat-pejabat pemerintah untuk tidak membuka privasi pasien.

’’Kita harus menghormati kode etik. Hak-hak pribadi penderita corona harus dijaga dan tidak boleh dikeluarkan kepada publik,’’ tegasnya di beranda belakang Istana Merdeka kemarin. Presiden juga meminta media untuk menghormati privasi kedua pasien sehingga secara psikologis mereka tidak tertekan. Harapannya, mereka bisa segera pulih kembali.

Juru bicara pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto menjelaskan, kedua pasien sudah dalam kondisi baik. Mereka tidak menggunakan selang oksigen karena tidak sesak. Tidak pula memerlukan infus karena tidak ada kedaruratan. ’’Dan kemudian keluhan terakhir hanya masih batuk, tidak panas sama sekali,’’ lanjutnya.

Sementara pemeriksaan terhadap  dua orang yang tinggal serumah dengan pasien juga sudah dilakukan. Hasilnya, mereka negatif Covid-19. Pihak kemenkes juga masih terus melakukan contact tracing terhadap rekan-rekan pasien yang sempat berinteraksi. Khususnya yang hadir dalam acara dansa di Jakarta 14 Februari lalu.

Contact tracing ini diakuinya sulit. Apalagi bagi kelompok dansa yang diikuti salah satu pasien. Sebab kelompok tersebut beranggotakan multinegara. ”Ada yang tidak tahu asalnya mana. Di sana tidak ada absennya,” ucapnya.

Kemarin, Kemenkes juga hampir menuntaskan pemeriksaan 155 spesimen yang dicurigai sebagai Covid-19. Dua di antaranya adalah spesimen milik kasus 1 dan 2. Dari 155 spesimen, tinggal dua yang belum selesai diperiksa. Selebihnya negatif.

Yuri, panggilan Achmad Yurianto, juga memastikan bahwa warga yang meninggal di Cianjur negatif corona. ’’Dari data pemantauan kami, itu termasuk 155 yang negatif (Covid-19),’’ tuturnya. Sehingga penyebab meninggalnya dipastikan bukan karena Covid-19 karena spesimennya dinyatakan negatif. Pihaknya masih mencari tahu penyebab medis meninggalnya warga tersebut.

Terkait pemeriksaan spesimen itu pula, Yuri menyatakan masyarakat tidak perlu langsung melapor dan mengklaim suspect Covid-19. ’’Kalau semua wajib lapor kalau pilek bagaimana Indonesia ini,’’ tuturnya. Jadi tidak bisa seseorang mengklaim punya gejala flu lalu tiba-tiba datang ke RS minta diperiksa apakah dia positif atau negatif Covid-19.

Prosedur yang benar, bila sakit flu, maka memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan yang tersedia. Nanti dokter yang menangani yang akan menentukan kebutuhan perawatannya. Bila memang harus dirujuk, maka pasti dirujuk.

Pihaknya juga akan melakukan pendekatan dengan pihak RS yang sebelumnya menangani kedua pasien. Karena bagaimanapun, RS diawaki oleh tenaga medis yang tahu bagaimana cara mencegah dan mendeteksi dini gejala-gejala yang ada. Dirjen Yankes Kemenkes akan berbicara dengan Direktur RS.

Yuri juga mengklarifikasi perihal pasien tidak diberi tahu bahwa mereka positif Covid-19. ’’Nggak mungkin. Masa ada orang disuntik nggak diomongin,’’ sanggahnya. Tindakan yang dilakukan petugas medis menurutnya harus diinformasikan kepada pasien dan ditandangani formulir inform consent. Dia memastikan bahwa pasien sudah mengetahui hasil tesnya. Karena hasil tes itulah yang menjadi alasan mereka diisolasi. ’’Karena dia tahu, maka dia bersedia diisolasi,’’ imbuh pria yang juga menjabat Sekretaris Ditjen P2P Kemenkes itu.

Baca Juga :  Tak Ada Penyidik yang Takut Sambo

Yang jelas, saat ini yang tidak kalah penting adalah kesadaran untuk tidak mengekspos data pasien. Itu adalah ranah privasi dan berlaku secara internasional. Dia mencontohkan ABK Diamond Princess yang positif Covid-19. Otoritas Jepang hanya memberitahu ke pemerintah Indonesia bahwa mereka dirawat di kota Chiba. Bahkan nama-namanya pun tidak bisa didapatkan saat itu.

Di sisi lain, Yuri menjelaskan bahwa di negara asalnya, Tiongkok, penyebaran Covid-19 sudah menurun. Tambahan kasus dua hari lalu hanya 120, yang berarti terkecil sejak Januari. Sebaliknya, penyebaran di luar Tiongkok membesar. ’’Hampir 81 persen terfokus di 4 negara saja yaitu Korsel, Jepang, Iran, dan Italia,’’ terang Yuri. Itulah problem yang dihadapi dunia saat ini, termasuk di dalamnya Indonesia.

Kasusnya juga mulai bergeser. Di mana mulai ada temuan positif Covid-19 dengan gejala klinis minimal atau bahkan tanpa gejala. Saat ini, lanjut Yuri, WHO juga sedang meneliti lebih dalam tentang jenis temuan itu. Polanya mirip dengan SARS yang mewabah pada 2002. Dalam 2,5 tahun, penyakit itu menghilang dan menjadi flu musiman.

Dia menambahkan, yang perlu hati-hati adalah gelombang kedua. Yuri mengamati bahwa sekarang ini sudah ada perubahan klinis dari orang yang positif Covid-19. Gejalanya minimal sehingga acap kali tidak terdeteksi di thermal scanner. ”Sebarannya cepat dan banyak,” ungkapnya. Dia mencontohkan kejadian di Korea Selatan, Jepang, dan Iran yang tiba-tiba mengalami banyak kasus.

Pengurus Pusat Bidang Politik dan Kesehatan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarat Indonesia (IAKMI) Syahrizal Syarif kemarin menyatakan bahwa dalam kondisi awal seperti ini pemerintah harus melakukan hal yang maksimal namun tidak berlebihan. ”Tidak perlu isolai kompleknya namun membawa orang yang diduga memiliki kontak dengan pasien positif ke tempat aman (tempat observasi, Red),” tuturnya.

Dia mengharapkan ada pemeriksaan laboratorium dari seluruh orang yang diduga kontak dengan pasien confirm Covid-19. Hal tersebut belajar dari kasus Kapal Diamond Princess yang ternyata angka penularannya tinggi. ”Tidak ada yang bisa menjamin orang-orang tersebut tidak berhubungan dengan orang lain,” tuturnya.

Untuk penanganan kasus ini menurutnya perlu adanya kolaborasi. Tim pengendali yang dibentuk diharapkan melibatkan semua pihak. ”Adanya laboratorium Eijkman maupun Unair merupakan aset nasional yang perlu dimanfaatkan. Ini saat yang baik untuk melakukan riset,” ungkapnya.

Selanjutnya, untuk mencegah penularan lagi maka negara harus memberikan perlindungan. Dia mengusulkan agar membatasi kunjungan dari negara hotspot (Iran dan Korsel) maupun melarang WNI ke negara tersebut. Jika belum ada penutupan akses maka diperlukan pemeriksaan yang masif. Health alert card pun harus dipastikan digunakan dengan baik.  ”Harus ada pemantauan oyang aktif. Misalnya bisa lewat telpon,” tuturnya.

Pemerintah daerah memiliki peran penting. Terutama memantau pergerakan orang. Persiapan rumah sakit dan tenaga medis pun berada di tangan pemerintah.

Sementara itu, Menhub Budi Karya Sumadi menjelaskan, pemeriksaan suhu di bandara ada tiga lapis. ’’Satu, secara umum, kedua dideteksi individual, dan satu lagi di pesawat dari negara-negara tertentu,’’ terangnya di kompleks Istana kepresidenan kemarin. Khususnya yang ada di zona merah.

Mengenai pembatasan kedatangan WNA dari empat negara di Luar Tiongkok, yakni Korsel, Jepang, Iran, dan Italia, Menhub menyatakan masih mempertimbangkannya. Pihaknya masih akan membahasnya dalam rapat di tingkat menko. ’’empat negara, tapi masih kemungkinan (dibatasi),’’ tambahnya.

Baca Juga :  Jangan Sampai Guru Mogok Mengajar Karena Penghapusan TPG

Terpisah, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta Anas Maruf enggan disebut kecolongan perihal lolosnya WN Jepang yang jadi sumber penularan Covid-2019 pada dua warga Depok, Jawa Barat. Ia menegaskan pihaknya sudah bekerja maksimal dalam mengawasi salah satu pintu masuk Indonesia tersebut.

Menurut dia, semua orang dari negara yang ada kasus Covid-2019 diawasi. Ada screening suhu dan pengamatan gejala. Tapi perlu diketahui, virus ini punya masa waktu inkubasi hingga 14 hari. Sehingga, bisa jadi ketika lewat, suhu tidak tinggi dan tidak ada gejala. Tapi, membawa host.

”Bukan  lolos, tapi standar bandara dari WHO kan memang gitu. Kalau pas lewat sehat, tetap melanjutkan pejalanannya,” ujarnya.

Pihaknya sendiri masih mencoba melacak terkait perjalanan WN Jepang tersebut. KKP Soetta sedang meminta data dari pusat. Sehingga, diketahui sumber penularannya untuk kemudian dilacak pesawat yang ditumpangi dan siapa saja yang berada dalam satu pesawat. ”Orang yang dekat dengan sumber akan dikasih tahu. Tapi tidak perlu panik,” tegasnya.

Disinggung soal adanya penumpukan penumpang karena pemeriksaan yang tak optimal, Anas lagi-lagi membantah. Dia menjelaskan, saat kejadian tersebut, setidaknya ada seribu penumpang dari empat pesawat yang turun secara bersamaan. ”Kondisi ini sangat jarang terjadi,” katanya.

Nah, penumpukan jadi semakin parah ketika banyak dari mereka yang ternyata belum mengisi health alert cardn (HAC). Hal itu menyebabkan mereka menumpuk di bawah untuk mengisi kartu kuning tersebut. Kartu ini wajib diisi sebagai early warning ketika yang bersangkutan tiba-tiba sakit. Sehingga jelas riwayat perjalannya.

”Itu yang terlihat juga hanya empat orang, padahal ada 15 orang. Sebagian memantau thermal scanner di depan. Lainnya membantu jamaah umrah yang udah sepuh ngisi HAC-nya,” paparnya.

Dia juga menampik tegak perihal penggunaan thermometer manual untuk pengecekan suhu. ”Itu thermal gun. Kami punya sekitar 50an. Jadi cukup,” sambungnya. Setelah diperiksa satu persatu, mereka akan memasuki area thermal scanner yang bisa memeriksa suhu dalam jumlah besar. Artinya, pemeriksaan suhu dilakukan dua kali.

Meski begitu, Anas akan tetap memberi perhatian penuh terhadap masukan masyarakat. Terlebih agar penanganan lebih optimal lagi.

Di sisi lain, penyebaran SARS-CoV-2 ini juga tengah mewabah di Benua Eropa, terutama Itali. Per Senin (2/3), kasus Covid-2019 mencapai 1128 kasus dengan 29 kematian. Sebagian besar pasien corona terdapat di wilayah utara Italia terutama Lombardi dan Veneto.

Direktur Eropa I Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Ida Bagus Made Bimantara memastikan, hingga saat ini seluruh WNI di sana dalam kondisi baik. ”T idak ada WNI yang terdampak Covid-2019 sejauh ini,” ujarnya.

Menurut dia, ada sekitar 2864 orang WNI yang tinggal di Italia. Dari jumlah tersebut, 1068 orang tinggal di Utara Italia. Sementara yang berada di zona Merah, di Lombardi sejumlah 5 orang.

Dia memastikan, Kedutaan Besar Indonesia di Roma telah proaktif menyampaikan berbagai info mengenai keamanan dan keselamatan selama di sana. Imbauan untuk menghindari 12 kota di sana pun telah dilakukan. (lyn/mia/byu)

Kemenkes Lacak Orang yang Pernah Kontak Langsung

JAKARTA – Dua warga Kota Depok yang positif Covid-19 kini diberi penyebutan kasus 1 dan kasus 2. Kondisi keduanya semakin baik setelah dirawat di ruang isolasi RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso Jakarta Utara. Pemerintah meminta semua pihak berhenti menyebarluaskan privasi pasien kasus 1 dan 2.

Presiden Joko Widodo meminta masyarakat untuk saya mendoakan, memberikan dukungan, serta berempati kepada kedua pasien tersebut. Dia juga sudah memerintahkan kepada menteri untuk mengingatkan rumah sakit atau pejabat-pejabat pemerintah untuk tidak membuka privasi pasien.

’’Kita harus menghormati kode etik. Hak-hak pribadi penderita corona harus dijaga dan tidak boleh dikeluarkan kepada publik,’’ tegasnya di beranda belakang Istana Merdeka kemarin. Presiden juga meminta media untuk menghormati privasi kedua pasien sehingga secara psikologis mereka tidak tertekan. Harapannya, mereka bisa segera pulih kembali.

Juru bicara pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto menjelaskan, kedua pasien sudah dalam kondisi baik. Mereka tidak menggunakan selang oksigen karena tidak sesak. Tidak pula memerlukan infus karena tidak ada kedaruratan. ’’Dan kemudian keluhan terakhir hanya masih batuk, tidak panas sama sekali,’’ lanjutnya.

Sementara pemeriksaan terhadap  dua orang yang tinggal serumah dengan pasien juga sudah dilakukan. Hasilnya, mereka negatif Covid-19. Pihak kemenkes juga masih terus melakukan contact tracing terhadap rekan-rekan pasien yang sempat berinteraksi. Khususnya yang hadir dalam acara dansa di Jakarta 14 Februari lalu.

Contact tracing ini diakuinya sulit. Apalagi bagi kelompok dansa yang diikuti salah satu pasien. Sebab kelompok tersebut beranggotakan multinegara. ”Ada yang tidak tahu asalnya mana. Di sana tidak ada absennya,” ucapnya.

Kemarin, Kemenkes juga hampir menuntaskan pemeriksaan 155 spesimen yang dicurigai sebagai Covid-19. Dua di antaranya adalah spesimen milik kasus 1 dan 2. Dari 155 spesimen, tinggal dua yang belum selesai diperiksa. Selebihnya negatif.

Yuri, panggilan Achmad Yurianto, juga memastikan bahwa warga yang meninggal di Cianjur negatif corona. ’’Dari data pemantauan kami, itu termasuk 155 yang negatif (Covid-19),’’ tuturnya. Sehingga penyebab meninggalnya dipastikan bukan karena Covid-19 karena spesimennya dinyatakan negatif. Pihaknya masih mencari tahu penyebab medis meninggalnya warga tersebut.

Terkait pemeriksaan spesimen itu pula, Yuri menyatakan masyarakat tidak perlu langsung melapor dan mengklaim suspect Covid-19. ’’Kalau semua wajib lapor kalau pilek bagaimana Indonesia ini,’’ tuturnya. Jadi tidak bisa seseorang mengklaim punya gejala flu lalu tiba-tiba datang ke RS minta diperiksa apakah dia positif atau negatif Covid-19.

Prosedur yang benar, bila sakit flu, maka memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan yang tersedia. Nanti dokter yang menangani yang akan menentukan kebutuhan perawatannya. Bila memang harus dirujuk, maka pasti dirujuk.

Pihaknya juga akan melakukan pendekatan dengan pihak RS yang sebelumnya menangani kedua pasien. Karena bagaimanapun, RS diawaki oleh tenaga medis yang tahu bagaimana cara mencegah dan mendeteksi dini gejala-gejala yang ada. Dirjen Yankes Kemenkes akan berbicara dengan Direktur RS.

Yuri juga mengklarifikasi perihal pasien tidak diberi tahu bahwa mereka positif Covid-19. ’’Nggak mungkin. Masa ada orang disuntik nggak diomongin,’’ sanggahnya. Tindakan yang dilakukan petugas medis menurutnya harus diinformasikan kepada pasien dan ditandangani formulir inform consent. Dia memastikan bahwa pasien sudah mengetahui hasil tesnya. Karena hasil tes itulah yang menjadi alasan mereka diisolasi. ’’Karena dia tahu, maka dia bersedia diisolasi,’’ imbuh pria yang juga menjabat Sekretaris Ditjen P2P Kemenkes itu.

Baca Juga :  Menko Airlangga: Silahkan Mafia Minyak Goreng Ditangkap

Yang jelas, saat ini yang tidak kalah penting adalah kesadaran untuk tidak mengekspos data pasien. Itu adalah ranah privasi dan berlaku secara internasional. Dia mencontohkan ABK Diamond Princess yang positif Covid-19. Otoritas Jepang hanya memberitahu ke pemerintah Indonesia bahwa mereka dirawat di kota Chiba. Bahkan nama-namanya pun tidak bisa didapatkan saat itu.

Di sisi lain, Yuri menjelaskan bahwa di negara asalnya, Tiongkok, penyebaran Covid-19 sudah menurun. Tambahan kasus dua hari lalu hanya 120, yang berarti terkecil sejak Januari. Sebaliknya, penyebaran di luar Tiongkok membesar. ’’Hampir 81 persen terfokus di 4 negara saja yaitu Korsel, Jepang, Iran, dan Italia,’’ terang Yuri. Itulah problem yang dihadapi dunia saat ini, termasuk di dalamnya Indonesia.

Kasusnya juga mulai bergeser. Di mana mulai ada temuan positif Covid-19 dengan gejala klinis minimal atau bahkan tanpa gejala. Saat ini, lanjut Yuri, WHO juga sedang meneliti lebih dalam tentang jenis temuan itu. Polanya mirip dengan SARS yang mewabah pada 2002. Dalam 2,5 tahun, penyakit itu menghilang dan menjadi flu musiman.

Dia menambahkan, yang perlu hati-hati adalah gelombang kedua. Yuri mengamati bahwa sekarang ini sudah ada perubahan klinis dari orang yang positif Covid-19. Gejalanya minimal sehingga acap kali tidak terdeteksi di thermal scanner. ”Sebarannya cepat dan banyak,” ungkapnya. Dia mencontohkan kejadian di Korea Selatan, Jepang, dan Iran yang tiba-tiba mengalami banyak kasus.

Pengurus Pusat Bidang Politik dan Kesehatan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarat Indonesia (IAKMI) Syahrizal Syarif kemarin menyatakan bahwa dalam kondisi awal seperti ini pemerintah harus melakukan hal yang maksimal namun tidak berlebihan. ”Tidak perlu isolai kompleknya namun membawa orang yang diduga memiliki kontak dengan pasien positif ke tempat aman (tempat observasi, Red),” tuturnya.

Dia mengharapkan ada pemeriksaan laboratorium dari seluruh orang yang diduga kontak dengan pasien confirm Covid-19. Hal tersebut belajar dari kasus Kapal Diamond Princess yang ternyata angka penularannya tinggi. ”Tidak ada yang bisa menjamin orang-orang tersebut tidak berhubungan dengan orang lain,” tuturnya.

Untuk penanganan kasus ini menurutnya perlu adanya kolaborasi. Tim pengendali yang dibentuk diharapkan melibatkan semua pihak. ”Adanya laboratorium Eijkman maupun Unair merupakan aset nasional yang perlu dimanfaatkan. Ini saat yang baik untuk melakukan riset,” ungkapnya.

Selanjutnya, untuk mencegah penularan lagi maka negara harus memberikan perlindungan. Dia mengusulkan agar membatasi kunjungan dari negara hotspot (Iran dan Korsel) maupun melarang WNI ke negara tersebut. Jika belum ada penutupan akses maka diperlukan pemeriksaan yang masif. Health alert card pun harus dipastikan digunakan dengan baik.  ”Harus ada pemantauan oyang aktif. Misalnya bisa lewat telpon,” tuturnya.

Pemerintah daerah memiliki peran penting. Terutama memantau pergerakan orang. Persiapan rumah sakit dan tenaga medis pun berada di tangan pemerintah.

Sementara itu, Menhub Budi Karya Sumadi menjelaskan, pemeriksaan suhu di bandara ada tiga lapis. ’’Satu, secara umum, kedua dideteksi individual, dan satu lagi di pesawat dari negara-negara tertentu,’’ terangnya di kompleks Istana kepresidenan kemarin. Khususnya yang ada di zona merah.

Mengenai pembatasan kedatangan WNA dari empat negara di Luar Tiongkok, yakni Korsel, Jepang, Iran, dan Italia, Menhub menyatakan masih mempertimbangkannya. Pihaknya masih akan membahasnya dalam rapat di tingkat menko. ’’empat negara, tapi masih kemungkinan (dibatasi),’’ tambahnya.

Baca Juga :  RUPSLB BRI: 96% Suara Setujui Penerbitan Sebanyak-banyaknya 28,67 Miliar Lembar Saham Baru

Terpisah, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta Anas Maruf enggan disebut kecolongan perihal lolosnya WN Jepang yang jadi sumber penularan Covid-2019 pada dua warga Depok, Jawa Barat. Ia menegaskan pihaknya sudah bekerja maksimal dalam mengawasi salah satu pintu masuk Indonesia tersebut.

Menurut dia, semua orang dari negara yang ada kasus Covid-2019 diawasi. Ada screening suhu dan pengamatan gejala. Tapi perlu diketahui, virus ini punya masa waktu inkubasi hingga 14 hari. Sehingga, bisa jadi ketika lewat, suhu tidak tinggi dan tidak ada gejala. Tapi, membawa host.

”Bukan  lolos, tapi standar bandara dari WHO kan memang gitu. Kalau pas lewat sehat, tetap melanjutkan pejalanannya,” ujarnya.

Pihaknya sendiri masih mencoba melacak terkait perjalanan WN Jepang tersebut. KKP Soetta sedang meminta data dari pusat. Sehingga, diketahui sumber penularannya untuk kemudian dilacak pesawat yang ditumpangi dan siapa saja yang berada dalam satu pesawat. ”Orang yang dekat dengan sumber akan dikasih tahu. Tapi tidak perlu panik,” tegasnya.

Disinggung soal adanya penumpukan penumpang karena pemeriksaan yang tak optimal, Anas lagi-lagi membantah. Dia menjelaskan, saat kejadian tersebut, setidaknya ada seribu penumpang dari empat pesawat yang turun secara bersamaan. ”Kondisi ini sangat jarang terjadi,” katanya.

Nah, penumpukan jadi semakin parah ketika banyak dari mereka yang ternyata belum mengisi health alert cardn (HAC). Hal itu menyebabkan mereka menumpuk di bawah untuk mengisi kartu kuning tersebut. Kartu ini wajib diisi sebagai early warning ketika yang bersangkutan tiba-tiba sakit. Sehingga jelas riwayat perjalannya.

”Itu yang terlihat juga hanya empat orang, padahal ada 15 orang. Sebagian memantau thermal scanner di depan. Lainnya membantu jamaah umrah yang udah sepuh ngisi HAC-nya,” paparnya.

Dia juga menampik tegak perihal penggunaan thermometer manual untuk pengecekan suhu. ”Itu thermal gun. Kami punya sekitar 50an. Jadi cukup,” sambungnya. Setelah diperiksa satu persatu, mereka akan memasuki area thermal scanner yang bisa memeriksa suhu dalam jumlah besar. Artinya, pemeriksaan suhu dilakukan dua kali.

Meski begitu, Anas akan tetap memberi perhatian penuh terhadap masukan masyarakat. Terlebih agar penanganan lebih optimal lagi.

Di sisi lain, penyebaran SARS-CoV-2 ini juga tengah mewabah di Benua Eropa, terutama Itali. Per Senin (2/3), kasus Covid-2019 mencapai 1128 kasus dengan 29 kematian. Sebagian besar pasien corona terdapat di wilayah utara Italia terutama Lombardi dan Veneto.

Direktur Eropa I Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Ida Bagus Made Bimantara memastikan, hingga saat ini seluruh WNI di sana dalam kondisi baik. ”T idak ada WNI yang terdampak Covid-2019 sejauh ini,” ujarnya.

Menurut dia, ada sekitar 2864 orang WNI yang tinggal di Italia. Dari jumlah tersebut, 1068 orang tinggal di Utara Italia. Sementara yang berada di zona Merah, di Lombardi sejumlah 5 orang.

Dia memastikan, Kedutaan Besar Indonesia di Roma telah proaktif menyampaikan berbagai info mengenai keamanan dan keselamatan selama di sana. Imbauan untuk menghindari 12 kota di sana pun telah dilakukan. (lyn/mia/byu)

Most Read

Artikel Terbaru