JAKARTA- Keteladanan dari pemimpin dan berbagai tokoh masyarakat di Indonesia dibutuhkan dalam program vaksin di Indonesia sehingga masyarakat mau dan tidak ragu untuk divaksinasi Covid-19.
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih dalam keterangan tertulis mengatakan strategi komunikasi kampanye vaksinasi tidak cukup kuat jika hanya diimbau atau dijelaskan.
Namun ia menilai, akan lebih efektif jika diberi teladan secara langsung oleh pemimpin, tokoh, atau orang yang dianggap panutan.
Dengan begitu, menurut Daeng, angka penerimaan vaksin nantinya semakin besar sehingga lebih cepat dalam membentuk kekebalan kelompok terhadap virus SARS CoV-2 di Indonesia.
Ia bersyukur kalau semua pimpinan yang sudah dicontohkan oleh Pak Presiden mau dilakukan vaksinasi, dari pihak kedokteran termasuk dokter IDI juga mau, agar menjadi ‘role model’ untuk pertama kali disuntik vaksin.
PB IDI membentuk Koalisi Relawan (Kawan) Vaksin yang merupakan anggotanya, untuk mau divaksin Covid-19 pertama kali. Upaya ini dilakukan untuk mengajak masyarakat ikut serta melakukan vaksinasi Covid-19.
Daeng mengajak masyarakat Indonesia untuk divaksin dan tidak ragu untuk menjalani vaksinasi, sebab proses penjaminan mutu dan prosedur yang dilakukan oleh Badan POM sudah baik.
“Ada dua prosedur yang sangat penting yakni prosedur penelitian dan prosedur penilaian yang mengakibatkan diskusi di sosmed menjadi kacau, sebab hanya berdasarkan asumsi padahal dari Badan POM seperti disampaikan Bu Penny (Kepala BPOM Penny Kumumastuti Lukito, red.) itu sudah dilakukan,” ujarnya.
Daeng merasa aneh jika ada masyarakat yang menolak untuk divaksin padahal vaksin seperti imunisasi cacar, campak, dan polio telah ada sejak puluhan tahun lalu.
“Kami di PB IDI agak aneh jika ada orang yang menolak vaksin padahal vaksin ini hal lumrah dan sudah dilakukan sejak dulu, mungkin jika ditelusuri secara historis semua masyarakat kita pernah divaksin,” ujarnya. (ant)