PONTIANAK – Dinas Kesehatan Kota Pontianak terus meningkatkan kewaspadaan terhadap kasus polio, seiring dilaporkan kasus polio di Purwakarta, Jawa Barat, belum lama ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Saptiko mengatakan, pihaknya sudah mewaspadai sejak tahun 2022. Saat itu ditemukan anak positif virus polio tanpa gejala lumpuh layuh mendadak di Aceh.
“Sejak kasus polio di Aceh di tahun 2022, kita sudah mewaspadai,” ungkapnya, Kamis (23/3).
Saptiko menjelaskan, virus polio hidup di saluran pencernaan. Penyakit ini ditularkan melalui feses ke orang lain lewat makanan minuman yang terkontaminasi, dan menggunakan tangan yang kotor.
Sebagai bentuk kewaspadaan, pihaknya telah melakukan surveilance pada setiap kasus demam yang disertai kelemahan anggota gerak serta sosialisasi tentang penyakit polio dan vaksinasi atau imunisasi polio.
Selain imunisasi, perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kunci kedua dalam pencegahan penularan polio di masyarakat.
“Kami juga melakukan sosialisasi agar tidak buang air besar sembarangan dan peningkatan sanitasi jamban dan air bersih,” paparnya.
Saptiko kembali menekankan pentingnya masyarakat memahami manfaat dari vaksinasi dasar, salah satunya untuk mencegah polio.
“Kami mengharapkan kepada masyarakat untuk melakukan vaksinasi dasar termasuk vaksinasi untuk mencegah polio agar anak-anak terhindar dari sakit polio yang dapat menimbulkan kecacatan permanen. Selain itu agar buang air besar di jamban, cuci tangan sebelum makan, dan konsumsi makanan yang bersih dan sehat,” ulasnya.
Dokter Spesialis Saraf, Caecilia Titik Nurwahyuni mengatakan polio merupakan penyakit saraf tepi yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dan menular, tetapi dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio.
“Penyakit ini dapat dialami oleh siapa saja. Umumnya menyerang usia anak-anak. Dampaknya hingga besar nanti. Bisa cacat fisik,” ulasnya.
Virus polio sangat rentan menyerang orang-orang yang belum mendapatkan vaksin polio. Maka, Titiek mengimbau orang tua untuk mengikuti program pemerintah terkait imunisasi dasar, yang salah satunya imunisasi polio.
“Serangan virus polio ini bisa menyebabkan lumpuh layu,” katanya.
Saat serangan virus, ada anak yang mengalami lumpuh sebelah, otot kaki mengecil, bahkan ada yang harus menggunakan kursi roda seumur hidupnya. Tentu ini akan mengganggu kehidupan masa depannya. Titiek mendorong peran aktif pemerintah dan masyarakat di posyandu. Edukasi terkait polio kembali digencarkan.
“Masih ada masyarakat yang tidak mau anaknya diimunisasi. Disinilah peran posyandu untuk memberikan pemahaman,” pungkasnya. (mrd)