BALI – Di tengah ketidakjelasan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 Indonesia menyusul pembatalan drawing, perwakilan Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) kembali datang ke Bali kemarin (27/3). Tujuannya, melihat persiapan venue, yakni Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar.
Selain belasan perwakilan FIFA, turut hadir dari local organizing committee (LOC) dan Indonesia FIFA U-20 World Cup Organizing Committee (INAFOC), pengelola stadion, serta perwakilan PSSI. Mereka, antara lain, Manajer Stadion Kapten I Wayan Dipta Richie Kurniawan dan Ketua LOC Stadion Kapten I Wayan Dipta I Ketut Suantika. Kemudian, dari PSSI terlihat Wakil Ketua Umum Ratu Tisha Destria beserta Ketua Umum Asprov PSSI Bali I Ketut Suardana. Total sekitar 40 orang melakukan inspeksi yang dibagi dalam lima kelompok.
Sebagaimana sebelumnya, FIFA hadir untuk memeriksa sejumlah hal. Di antaranya, tata kelola stadion secara menyeluruh. Mulai tingkat keamanan di stadion, marketing dan kompetisi, media, penyiaran, TI, sirkulasi pengunjung serta akreditasi, hingga parkir.
”Kami datang ke sini untuk mengecek langsung dan mengonfirmasi dengan LOC dan otoritas setempat, antara lain menyangkut tata kelola stadion, alur keluar masuk, dan area parkir,” ujar FIFA Team Project Venue Management Christian Schmolzer.
Terkait nasib Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, Christian Schmolzer mengaku bukan kapasitasnya untuk memastikan. Yang pasti, pihaknya hadir untuk inspeksi stadion. Meski, dia tahu ada persoalan pembatalan undian fase grup (drawing) peserta Piala Dunia U-20 pada 31 Maret di Bali.
”Jadi, sekali lagi, kami tidak memiliki informasi tentang kelanjutan turnamen (di Indonesia),” ujarnya berkelit.
Sementara itu, Ketum Asprov PSSI Bali Ketut Suardana yang hadir sebagai pendamping dalam inspeksi kemarin hanya bisa berharap Piala Dunia U-20 2023 tetap digelar di Indonesia. Sebab, itu akan menjadi hal yang istimewa sekaligus dapat memperbaiki sepak bola tanah air.
Dia berharap ada solusi terbaik agar rencana yang dipersiapkan sejak 2019 itu bisa berjalan dengan baik.
”Kami di sini hanya mendampingi sebagai perpanjangan dari PSSI. Jujur, situasi saat ini berubah banyak penolakan,” ucapnya.
”Saya mewakili Asprov PSSI Bali dan pencinta sepak bola ingin ada solusi untuk permasalahan ini,” imbuh Ketut Suardana.
Pada bagian lain, Pelaksana Tugas (Plt) Menpora Muhadjir Effendy masih optimistis Indonesia akan tetap menjadi host dalam Piala Dunia U-20. Terkait munculnya penolakan terhadap tim nasional U-20 Israel, dia menyayangkan tidak adanya kesepakatan dengan FIFA.
”Yang kita pegang itu bahwa ini masalahnya bukan soal kebijakan, tapi soal kepatuhan terhadap konstitusi,” ujarnya kemarin.
Undang-Undang Dasar, kata dia, menyebutkan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Oleh sebab itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
”Ketika ada negara yang timnya tidak termasuk kategori itu, ada prasyarat-prasyarat khusus dan itulah yang kita ajukan ke FIFA,” kata Menko bidang pembangunan manusia dan kebudayaan (PMK) itu. Sayang, Muhadjir enggan memerinci syarat apa yang dimaksud.
Dia mengungkapkan, dalam waktu dekat Ketua Umum PSSI Erick Thohir datang ke Zurich, Swiss, untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan FIFA. Muhadjir berharap ada titik temu.
”Paling tidak FIFA memahami posisi Indonesia,” katanya.
Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu menyatakan, Indonesia tidak menolak bergabungnya timnas Israel pada Piala Dunia U-20. Selama ini, delegasi Israel juga diterima dalam event internasional yang diselenggarakan di Indonesia. Namun, lanjut dia, memang ada syarat yang harus dipenuhi timnas Israel.
”Kami masih berharap ada perubahan sikap dari FIFA dan kita akan akomodasi berbagai macam penolakan dari dalam,” ujarnya.
Sementara itu, Asprov PSSI Jatim berharap Piala Dunia U-20 2023 tetap dihelat di Indonesia. Dan, Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, menjadi salah satu venue-nya. Selain kebanggaan menjadi tuan rumah, kehadiran Piala Dunia U-20 diyakini bisa lebih memajukan persepakbolaan di Jatim.
Sekretaris Asprov PSSI Jatim Dyan Puspito Rini mengatakan, dijadikannya Stadion GBT sebagai venue bisa membuat pesepak bola usia dini di Jatim punya mimpi bermain di level internasional. ”Bisa memberi mereka inspirasi untuk menjadi pesepak bola kelas dunia,” ujarnya.
Dunia, lanjut dia, juga tahu Jatim punya stadion megah nan modern. Bahkan bisa menjadi jujukan tim-tim luar negeri untuk berlatih tanding di Jatim di masa depan.
”Jangan sampai karena ulah segelintir orang yang memprovokasi, orang yang tidak bisa memisahkan olahraga dan politik, semua harapan dan mimpi itu sirna. Proses menuju ke titik ini tidak mudah,” tegasnya. (ara/lyn/rid/c19/fal)