DAKAR,- Timnas Mesir dikalahkan Senegal di final Piala Afrika 2021. Mohamed Salah ingin membalas dendam dengan menggagalkan mimpi Sadio Mane cs ke Piala Dunia 2022!
Salah tidak mendapat kesempatan menendang penalti untuk Mesir. Bintang Liverpool itu ditunjuk sebagai penendang kelima, tapi babak tos-tosan keburu tuntas ketika eksekusi 12 pas Sadio Mane memastikan kemenangan Senegal.
Kekalahan ini sekaligus menggagalkan mimpi Mesir meraih trofi kedelapan Piala Afrika sepanjang sejarah. Skuad asuhan El-Sayed El-Dhizui tampak menangis dan tertunduk menyaksikan Senegal mengangkat titel juara di podium.
Mohamed Salah selaku kapten Timnas Mesir meminta rekan setimnya bangkit dari kekalahan ini. Dia menghibur kompatriotnya lewat pidato di ruang ganti.
Menukil laporan Tribuna, Salah mengimbau rekan setimnya melupakan final Piala Afrika 2021 dan fokus ke kualifikasi Piala Dunia 2022. Mesir akan kembali menghadapi Senegal demi satu tiket ke Qatar.
“Kita memainkan empat pertandingan selama 120 menit dalam waktu sekitar 12 hari, tapi itu sudah berlalu sekarang. Kita akan melawan mereka bulan depan dan Insya Allah kita bisa membalaskan dendam kepada mereka,” ujar Mohamed Salah dalam bahasa Arab, dilansir dari Tribuna.
Mesir dan Senegal dijadwalkan memainkan babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2022 pada 23 dan 29 Maret 2022. Pemenang laga itu dipastikan lolos ke Qatar, sementara yang kalah harus menjadi penonton turnamen sepakbola terakbar tersebut.
Sementara itu dikesempatan terpisah beberapa orang bergelayutan di tiang reklame dan lainnya menari di landasan ketika tim sepak bola nasional Senegal mendarat di ibu kota Dakar setelah menjuarai Piala Afrika pertamanya. Semuanya menampilkan wajah riang gembira.
Pemain bintang Sadio Mane mencetak gol penentuan kemenangan melalui tendangan penalti untuk memastikan kemenangan 4-2 Senegal dalam adu penalti setelah selama 120 menit imbang 0-0 melawan Mesir dalam final di Yaounde malam sebelumnya.
Itu kemenangan yang sudah lama ditunggu-tunggu negara Afrika Barat yang dikalahkan Aljazair pada final Piala Afrika 2019 itu. Senegal juga mencapai final turnamen 2002, tetapi kalah adu penalti dari Kamerun.
Suara kembang api, bunyi klakson, dan sorak-sorai terdengar sepanjang malam di Dakar hingga Senin pagi, ketika ratusan orang yang mengenakan kostum timnas atau berbendera Senegal berkumpul di luar bandara guna menunggu kepulangan tim mereka.
“Kami sudah begitu lama kalah dalam turnamen ini. Saya telah menonton tim ini sejak tahun 1970-an, menunggu,” kata Thierno Niane, programmer komputer berusia 60 tahun, yang datang dari pinggiran kota Dakar beberapa jam lalu untuk menyambut tim kesayangannya.
“Tadi malam saya menangis di depan keluarga saya, istri dan anak-anak saya,” tambah dia seperti dikutip Reuters, Selasa.
Musik dansa Senegal bergema dari pengeras suara di atas kerumunan penggemar yang memujanya saat tim keluar dari pesawat untuk disambut bak pahlawan. Jalan-jalan di sekitar bandara dibanjiri pendukung sepanjang mata memandang.
Mereka datang dengan bersepeda, bersepeda motor, mobil, dan berjalan kaki sehingga jalan raya yang sebelumnya sudah sumpek menjadi macet. Di antara mereka ada pejabat pemerintah dan politisi oposisi. Mereka merayakan kemenangan negara bersama satu bangsa.
“Kami senang dan bangga sekali kepada singa kami.Mimpi kita telah menjadi kenyataan,” kata pendukung Amina Cisse.(int)