31.7 C
Pontianak
Thursday, March 30, 2023

Musik adalah Rumah Kita

Lain kepala lain pula kesenangannya pada musik Dari itu mainlah musik asalkan jangan saling mengusik.

Oleh :

Mungkin, kata-kata di atas terdengar asing bagi Generasi Z. Itu adalah penggalan lirik yang dicipta dan dinyanyikan oleh seorang lirikus handal, penyanyi, musikus, produser dan aktor kawakan Indonesia keturunan Sunda. Dia adalah The King of Dangdut, Bang Haji Rhoma Irama. Untaian lirik dalam lagu-lagu yang ia ciptakan sangat bermakna. Ia menciptakan lagu dengan berbagai tema, dari lari pagi, judi, hingga cinta. Ketika sedih, susah, senang, galau, banyak orang yang mendengarkan lagu Bang Haji, terlebih para penggemar garis keras Bang Haji Rhoma Irama.

Saat ini, tampaknya semua orang menyukai musik; bahkan mungkin ada yang membaca artikel ini sambil mendengarkan musik di gadget sambil rebahan. Bicara soal musik, bagi saya musik telah menjadi bagian dalam hidup, terutama dalam keseharian. Tanpa musik mungkin hidup terasa sunyi, bagaikan hidup tanpa cinta. Kata Bang Haji Rhoma Irama, “Tanpa musik, dunia kurang asyik”.

Bicara musik, rasanya aneh bila kita tidak bicara dangdut, terutama tembang-tembang ciptaan Bang Haji Rhoma Irama. Dangdut hidup dalam keseharian rakyat dari berbagai kalangan. Namun bukan hanya dangdut, masih banyak lagi jenis musik yang bisa kita dengarkan dalam mengisi keseharian kita, seperti pop, melayu, RNB, jazz dan lainnya.

Sejarah Hari Musik Nasional

Musik selalu menemani kehidupan manusia di segala tempat dan waktu. Aneh rasanya bila insan permusikan tidak diapresiasi, terutama karya yang diciptakannya. Pada tahun 2003 Hari Musik Nasional pun digagas. Satu dekade kemudian terasa cukup lama dalam mewujudkan impian bagi para pecinta musik di negeri ini. Penetapan Hari Musik Nasional diperjuangkan oleh persatuan artis pencipta lagu dan penata music rekaman Indonesia (PAPPRI). Hal ini bertujuan membangkitkan serta mengapresiasi hasil karya lirikus-lirikus dalam menciptakan karyanya.

Pada 9 Maret 2013, sesuai dengan keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono nomor 10 tahun 2013, Hari Musik Nasional pun ditetapkan. Tujuannya untuk menghormati serta mengapresiasi seorang lirikus terkenal yang telah menciptakan lagu “Indonesia Raya” yang menjadi lagu kebangsaan kita, yaitu Wage Rudolf Soepratman.

Baca Juga :  Pendidikan Karakter Perkuat Rasa Bineka Tunggal Ika

Lagu “Indonesia Raya” hingga kini masih dinyanyikan. Lagu itu pertama kali dinyanyikan pada hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Kemudian, dinyanyikan lagi saat pengibaran sang saka merah putih tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta yang dikibarkan oleh Latief Hendraningrat, Suhud, dan SK Trimurti.

Di dalam putusan presiden tersebut disebutkan juga bahwa musik adalah ekspresi budaya yang bersifat universal dan multidimensional yang merepresentasikan nilai-nilai luhur kemanusiaan serta memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional sekaligus sebagai upaya meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap music Indonesia.

Namun, ada yang kontroversial dari penetapan tanggal itu. Dari penelusuran yang dilakukan oleh Dwi Rahardja, peneliti serta pembuat film dokumenter Saksi-saksi Hidup Kelahiran Bayi Wage, W.R. Supratman disebutkan lahir tanggal 19 Maret 1903. Pendapat ini didukung keluarga Supratman, bahkan dikuatkan dengan keputusan Pengadilan Negeri Purworejo pada 29 Maret 2007. “Semua pihak seharusnya mengikuti ketetapan PN Purworejo. Diharapkan, Hari Musik Nasional itu dapat segera disesuaikan dengan ketetapan PN Purworejo yang menyatakan bahwa WR. Soepratman lahir pada 19 Maret 1903,” kata Dwi Rahardja (Kompas, 15 Maret 2008). Namun, sampai saat ini Hari Musik tetap diperingati tiap tanggal 9 Maret.

Demikianlah, Hari Musik Nasional mestinya dipahami sebagai simbol kebangkitan musik nasional, juga daerah. Dengan ditetapkannya Hari Musik Nasional, diharapkan masyarakat Indonesia lebih mencintai dan menghargai karya-karya musik di tanah air dan memberikan ruang terbuka bagi musikus dalam menciptakan karyanya, juga menjadi pendorong semangat dalam berkarya.

Musik dan Jati Diri

Musik memiliki peran penting serta sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Mulai dari masa prasejarah di mana musik terikat erat dengan ritual yang biasa dilakukan oleh nenek moyang kita terdahulu. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman yang semakin maju, musik tidak hanya digunakan untuk upacara-upacara atau ritual-ritual tertentu, berburu, persembahan-persembahan, dan berdoa.

Baca Juga :  Ketahanan Ekonomi Kuat, Indonesia Siap Hadapi Tekanan Ekonomi Global

Namun, peran musik bertambah dan berkembang sebagai kesenangan pribadi, rekreasi, ekspresi, dan refleksi diri dalam memahami seni secara individu maupun secara kelompok. Sudah semestinya kita mengapresiasi musik, serta merefleksikannya dalam kehidupan kita sehari-hari—baik musik daerah, musik nasional, maupun berbagai jenis musik lainnya, terutama musik yang mencirikan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

Momen Hari Musik Nasional semestinya membuat kita menyadari bahwa bangsa kita memiliki kekayaan musik yang luar biasa. Misalnya lagu-lagu dangdut, yang sering disebut-sebut sebagai musik asal Indonesia, walaupun unsur-unsur pembentuknya berasal dari berbagai latar belakang budaya. Beberapa lagu dangdut hidup dalam ingatan masyarakat, seperti lagu “Musik” yang dipopulerkan oleh Bang Haji Rhoma Irama dan lagu “Air Tuba” yang dipopulerkan oleh Haji Mansyur S.

Beberapa lagu ciptaan Bang Haji Rhoma Irama, Haji Mansyur S, Elvi Sukaesih, Rita Sugiarto, dan lainnya hingga kini terus dinyanyikan, tak terkikis zaman. Bukan hanya dangdut, bangsa kita juga kaya akan lagu-lagu daerah seperti “Ampar-Ampar Pisang” (Kalimantan Selatan), “Apuse” (Papua), “Soleram” (Riau), “Gundul Pacul” (Jawa Tengah), “Injit-Injit Semut” (Jambi), dan masih banyak lagi lagu-lagu daerah lainnya yang dapat kita refleksikan di dalam keseharian kita.

Demikianlah, musik di bangsa kita telah menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan. Musik di bangsa ini memiliki keunikan, juga melekat dan hidup dalam jiwa masyarakat, menjadi hiburan dan teman setia yang menghadirkan inspirasi dan hiburan. Dengan demikian, musik seperti rumah, tempat kita tinggal, hidup, dan bernaung. Selamat Hari Musik Nasional!

Penulis adalah peminat musik, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tanjungpura.

Lain kepala lain pula kesenangannya pada musik Dari itu mainlah musik asalkan jangan saling mengusik.

Oleh :

Mungkin, kata-kata di atas terdengar asing bagi Generasi Z. Itu adalah penggalan lirik yang dicipta dan dinyanyikan oleh seorang lirikus handal, penyanyi, musikus, produser dan aktor kawakan Indonesia keturunan Sunda. Dia adalah The King of Dangdut, Bang Haji Rhoma Irama. Untaian lirik dalam lagu-lagu yang ia ciptakan sangat bermakna. Ia menciptakan lagu dengan berbagai tema, dari lari pagi, judi, hingga cinta. Ketika sedih, susah, senang, galau, banyak orang yang mendengarkan lagu Bang Haji, terlebih para penggemar garis keras Bang Haji Rhoma Irama.

Saat ini, tampaknya semua orang menyukai musik; bahkan mungkin ada yang membaca artikel ini sambil mendengarkan musik di gadget sambil rebahan. Bicara soal musik, bagi saya musik telah menjadi bagian dalam hidup, terutama dalam keseharian. Tanpa musik mungkin hidup terasa sunyi, bagaikan hidup tanpa cinta. Kata Bang Haji Rhoma Irama, “Tanpa musik, dunia kurang asyik”.

Bicara musik, rasanya aneh bila kita tidak bicara dangdut, terutama tembang-tembang ciptaan Bang Haji Rhoma Irama. Dangdut hidup dalam keseharian rakyat dari berbagai kalangan. Namun bukan hanya dangdut, masih banyak lagi jenis musik yang bisa kita dengarkan dalam mengisi keseharian kita, seperti pop, melayu, RNB, jazz dan lainnya.

Sejarah Hari Musik Nasional

Musik selalu menemani kehidupan manusia di segala tempat dan waktu. Aneh rasanya bila insan permusikan tidak diapresiasi, terutama karya yang diciptakannya. Pada tahun 2003 Hari Musik Nasional pun digagas. Satu dekade kemudian terasa cukup lama dalam mewujudkan impian bagi para pecinta musik di negeri ini. Penetapan Hari Musik Nasional diperjuangkan oleh persatuan artis pencipta lagu dan penata music rekaman Indonesia (PAPPRI). Hal ini bertujuan membangkitkan serta mengapresiasi hasil karya lirikus-lirikus dalam menciptakan karyanya.

Pada 9 Maret 2013, sesuai dengan keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono nomor 10 tahun 2013, Hari Musik Nasional pun ditetapkan. Tujuannya untuk menghormati serta mengapresiasi seorang lirikus terkenal yang telah menciptakan lagu “Indonesia Raya” yang menjadi lagu kebangsaan kita, yaitu Wage Rudolf Soepratman.

Baca Juga :  Pendidikan Karakter Perkuat Rasa Bineka Tunggal Ika

Lagu “Indonesia Raya” hingga kini masih dinyanyikan. Lagu itu pertama kali dinyanyikan pada hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Kemudian, dinyanyikan lagi saat pengibaran sang saka merah putih tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta yang dikibarkan oleh Latief Hendraningrat, Suhud, dan SK Trimurti.

Di dalam putusan presiden tersebut disebutkan juga bahwa musik adalah ekspresi budaya yang bersifat universal dan multidimensional yang merepresentasikan nilai-nilai luhur kemanusiaan serta memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional sekaligus sebagai upaya meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap music Indonesia.

Namun, ada yang kontroversial dari penetapan tanggal itu. Dari penelusuran yang dilakukan oleh Dwi Rahardja, peneliti serta pembuat film dokumenter Saksi-saksi Hidup Kelahiran Bayi Wage, W.R. Supratman disebutkan lahir tanggal 19 Maret 1903. Pendapat ini didukung keluarga Supratman, bahkan dikuatkan dengan keputusan Pengadilan Negeri Purworejo pada 29 Maret 2007. “Semua pihak seharusnya mengikuti ketetapan PN Purworejo. Diharapkan, Hari Musik Nasional itu dapat segera disesuaikan dengan ketetapan PN Purworejo yang menyatakan bahwa WR. Soepratman lahir pada 19 Maret 1903,” kata Dwi Rahardja (Kompas, 15 Maret 2008). Namun, sampai saat ini Hari Musik tetap diperingati tiap tanggal 9 Maret.

Demikianlah, Hari Musik Nasional mestinya dipahami sebagai simbol kebangkitan musik nasional, juga daerah. Dengan ditetapkannya Hari Musik Nasional, diharapkan masyarakat Indonesia lebih mencintai dan menghargai karya-karya musik di tanah air dan memberikan ruang terbuka bagi musikus dalam menciptakan karyanya, juga menjadi pendorong semangat dalam berkarya.

Musik dan Jati Diri

Musik memiliki peran penting serta sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Mulai dari masa prasejarah di mana musik terikat erat dengan ritual yang biasa dilakukan oleh nenek moyang kita terdahulu. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman yang semakin maju, musik tidak hanya digunakan untuk upacara-upacara atau ritual-ritual tertentu, berburu, persembahan-persembahan, dan berdoa.

Baca Juga :  Puasa dan Berfikir Positif

Namun, peran musik bertambah dan berkembang sebagai kesenangan pribadi, rekreasi, ekspresi, dan refleksi diri dalam memahami seni secara individu maupun secara kelompok. Sudah semestinya kita mengapresiasi musik, serta merefleksikannya dalam kehidupan kita sehari-hari—baik musik daerah, musik nasional, maupun berbagai jenis musik lainnya, terutama musik yang mencirikan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

Momen Hari Musik Nasional semestinya membuat kita menyadari bahwa bangsa kita memiliki kekayaan musik yang luar biasa. Misalnya lagu-lagu dangdut, yang sering disebut-sebut sebagai musik asal Indonesia, walaupun unsur-unsur pembentuknya berasal dari berbagai latar belakang budaya. Beberapa lagu dangdut hidup dalam ingatan masyarakat, seperti lagu “Musik” yang dipopulerkan oleh Bang Haji Rhoma Irama dan lagu “Air Tuba” yang dipopulerkan oleh Haji Mansyur S.

Beberapa lagu ciptaan Bang Haji Rhoma Irama, Haji Mansyur S, Elvi Sukaesih, Rita Sugiarto, dan lainnya hingga kini terus dinyanyikan, tak terkikis zaman. Bukan hanya dangdut, bangsa kita juga kaya akan lagu-lagu daerah seperti “Ampar-Ampar Pisang” (Kalimantan Selatan), “Apuse” (Papua), “Soleram” (Riau), “Gundul Pacul” (Jawa Tengah), “Injit-Injit Semut” (Jambi), dan masih banyak lagi lagu-lagu daerah lainnya yang dapat kita refleksikan di dalam keseharian kita.

Demikianlah, musik di bangsa kita telah menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan. Musik di bangsa ini memiliki keunikan, juga melekat dan hidup dalam jiwa masyarakat, menjadi hiburan dan teman setia yang menghadirkan inspirasi dan hiburan. Dengan demikian, musik seperti rumah, tempat kita tinggal, hidup, dan bernaung. Selamat Hari Musik Nasional!

Penulis adalah peminat musik, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tanjungpura.

Most Read

Artikel Terbaru