27.8 C
Pontianak
Saturday, June 3, 2023

Early Awarness Kunci Penting Kesetaraan Gender

Oleh : Muhammad Fadhly Akbar

PEREMPUAN merupakan rahim peradaban, darinya lahir generasi-generasi penerus bangsa. Sumber daya perempuan yang tangguh menjadi harga mati jika sebuah peradaban ingin maju dan sukses. Tanggal 8 Maret diperingati sebagai hari perempuan Internasional. Peringatan ini dimaksudkan agar perempuan-perempuan diseluruh dunia sadar bahwa mereka penting untuk dunia dan tantangan mereka sebagai perempuan seakan menjadi pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai.

Salah satu tantangan perempuan saat ini adalah bagaimana bargaining power mereka di masyarakat kuat disertai dengan kesetaraan gender yang terus diupayakan. Berbicara tentang kesetaraan gender bukanlah persoalan yang mudah. Tantangan kultur sosial patriarki di beberapa suku Indonesia menjadi halang rintang yang cukup sulit untuk digeser eksistensinya. Keluarga merupakan perkumpulan terkecil dalam masyarakat menjadi wadah alternatif strategis untuk dapat mengupayakan kesetaraan gender.

Pada posisi paling hulu ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki sudah terasa sejak mereka mengambil peran sebagai anggota keluarga dalam sebuah rumah. Maka tidak heran jika pada posisi hilir yaitu di masyarakat kerap kali ditemukan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan secara gender.

Gender adalah peran dan fungsi seorang laki-laki dan perempuan bukan perbedaan anatomi biologis antara keduanya. Oleh karenanya gender masih sangat bisa untuk diupayakan kesetaraannya, salah satunya dengan memberikan kesadaran sejak dini kepada perempuan bahwa mereka telah tidak seimbang secara gender saat mereka diberikan peran yang tidak sama dengan laki-laki ketika mereka masih menjadi seorang anak dalam sebuah keluarga. Perempuan secara kultur sosial sebagian besar perannya berada disebuah tempat yang bernama dapur. Masak dan mengurusi piring-piring kotor.

Baca Juga :  Dukung Kesetaraan Gender, BRI Raih Penghargaan UN Women 2021: Community Engagement & Partnership

Pola ini seakan memberikan pembiasaan sejak dini bahwa perempuan adalah jenis manusia yang urusannya selalu dengan dapur. Padahal jika dicermati andai peran tersebut diambil oleh anak laki-laki maka bukankah bisa saja dan tidak menjadi masalah. Lalu tugas untuk mebersihkan rumah dan mencuci pakaian juga menjadi pekerjaan yang identik dengan perempuan. Lagi-lagi jika diperhatikan, kenapa pekerjaan tersebut terlihat sangat bias gender. Padahal untuk memegang sapu, mencuci, dan memeras pakaian tidak harus membutuhkan kelentikan tangan perempuan agar mencapai hasil yang maksimal.

Beberapa perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan diatas secara tidak langsung menyulitkan adanya pengupayaan kesetaraan gender di lingkungan sosial. Oleh karena itu early awarness pada perempuan sejak ia mengambil peran dalam sebuah keluarga membuat perempuan tau apa yang harus ia lakukan. Memiliki keberanian untuk mengambil peran yang berbeda dari kultur biasanya dan berani untuk mengatakan tidak kepada pekerjaan yang memang tidak ia sukai.

Baca Juga :  Jejak Kepahlawanan Muhammadiyah

Sudah saatnya perempuan memperlihatkan bahwa dirinya mampu berperan sama dengan apa yang laki-laki lakukan serta mampu memberikan efek yang besar bagi kemajuan bangsa agama dan negara. Perempuan harus mampu memeluk erat dirinya, percaya dengan kemampuan dirinya sendiri tanpa harus terbebani dengan wajah yang kurang cantik dan fisik yang kurang menarik. Pada perayaan hari Perempuan Internasional tahun 2023 perempuan di dunia ingin memberikan pesan bahwa perempuan harus memeluk erat apa yang ia miliki tanpa harus insecure atau tidak percaya diri. Perempuan harus selalu meningkatkan value yang dimiliki, tunjukkan kepada dunia bahwa perempuan tidak akan selamanya berada dibawah laki-laki secara peran sosial, karena kesuksesan adalah hak dari setiap orang tidak peduli apakah dia laki-laki ataupun perempuan.
(Penulis adalah : Akademisi Hukum Keluarga)

Oleh : Muhammad Fadhly Akbar

PEREMPUAN merupakan rahim peradaban, darinya lahir generasi-generasi penerus bangsa. Sumber daya perempuan yang tangguh menjadi harga mati jika sebuah peradaban ingin maju dan sukses. Tanggal 8 Maret diperingati sebagai hari perempuan Internasional. Peringatan ini dimaksudkan agar perempuan-perempuan diseluruh dunia sadar bahwa mereka penting untuk dunia dan tantangan mereka sebagai perempuan seakan menjadi pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai.

Salah satu tantangan perempuan saat ini adalah bagaimana bargaining power mereka di masyarakat kuat disertai dengan kesetaraan gender yang terus diupayakan. Berbicara tentang kesetaraan gender bukanlah persoalan yang mudah. Tantangan kultur sosial patriarki di beberapa suku Indonesia menjadi halang rintang yang cukup sulit untuk digeser eksistensinya. Keluarga merupakan perkumpulan terkecil dalam masyarakat menjadi wadah alternatif strategis untuk dapat mengupayakan kesetaraan gender.

Pada posisi paling hulu ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki sudah terasa sejak mereka mengambil peran sebagai anggota keluarga dalam sebuah rumah. Maka tidak heran jika pada posisi hilir yaitu di masyarakat kerap kali ditemukan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan secara gender.

Gender adalah peran dan fungsi seorang laki-laki dan perempuan bukan perbedaan anatomi biologis antara keduanya. Oleh karenanya gender masih sangat bisa untuk diupayakan kesetaraannya, salah satunya dengan memberikan kesadaran sejak dini kepada perempuan bahwa mereka telah tidak seimbang secara gender saat mereka diberikan peran yang tidak sama dengan laki-laki ketika mereka masih menjadi seorang anak dalam sebuah keluarga. Perempuan secara kultur sosial sebagian besar perannya berada disebuah tempat yang bernama dapur. Masak dan mengurusi piring-piring kotor.

Baca Juga :  Gaji-13 Beri Stimulus Perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat

Pola ini seakan memberikan pembiasaan sejak dini bahwa perempuan adalah jenis manusia yang urusannya selalu dengan dapur. Padahal jika dicermati andai peran tersebut diambil oleh anak laki-laki maka bukankah bisa saja dan tidak menjadi masalah. Lalu tugas untuk mebersihkan rumah dan mencuci pakaian juga menjadi pekerjaan yang identik dengan perempuan. Lagi-lagi jika diperhatikan, kenapa pekerjaan tersebut terlihat sangat bias gender. Padahal untuk memegang sapu, mencuci, dan memeras pakaian tidak harus membutuhkan kelentikan tangan perempuan agar mencapai hasil yang maksimal.

Beberapa perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan diatas secara tidak langsung menyulitkan adanya pengupayaan kesetaraan gender di lingkungan sosial. Oleh karena itu early awarness pada perempuan sejak ia mengambil peran dalam sebuah keluarga membuat perempuan tau apa yang harus ia lakukan. Memiliki keberanian untuk mengambil peran yang berbeda dari kultur biasanya dan berani untuk mengatakan tidak kepada pekerjaan yang memang tidak ia sukai.

Baca Juga :  Dukung Kesetaraan Gender, BRI Raih Penghargaan UN Women 2021: Community Engagement & Partnership

Sudah saatnya perempuan memperlihatkan bahwa dirinya mampu berperan sama dengan apa yang laki-laki lakukan serta mampu memberikan efek yang besar bagi kemajuan bangsa agama dan negara. Perempuan harus mampu memeluk erat dirinya, percaya dengan kemampuan dirinya sendiri tanpa harus terbebani dengan wajah yang kurang cantik dan fisik yang kurang menarik. Pada perayaan hari Perempuan Internasional tahun 2023 perempuan di dunia ingin memberikan pesan bahwa perempuan harus memeluk erat apa yang ia miliki tanpa harus insecure atau tidak percaya diri. Perempuan harus selalu meningkatkan value yang dimiliki, tunjukkan kepada dunia bahwa perempuan tidak akan selamanya berada dibawah laki-laki secara peran sosial, karena kesuksesan adalah hak dari setiap orang tidak peduli apakah dia laki-laki ataupun perempuan.
(Penulis adalah : Akademisi Hukum Keluarga)

Most Read

Artikel Terbaru