Oleh: Aswandi*
SETELAH terbentuk tiga bulan lalu, Forum Literasi Membaca dan Menulis (FLMM) Kalimantan Barat telah melakukan berbagai kegiatan. Sebelumnya digelar Pelatihan Menulis Karya Ilmiah Populer (Opini) yang diikuti oleh guru dan tenaga kependidikan di Kabupaten Mempawah dan di Kabupaten Sambas. Dalam waktu dekat akan dilaksanakan juga di Kabupaten Kubu Raya dan beberapa kabupaten/kota lain di Kalimantan Barat. Karya tulis guru dan tenaga kependidikan yang mengikuti kegiatan tersebut sebagian telah dipublikasikan pada rubrik ”Guru Menulis” Harian Pontianak Post.
Kegiatan lain yakni tampilnya Ketua FLMM Kalbar menjadi narasumber pada webinar nasional bertema ”Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Baca Guna Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat Indonesia yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI di Sanggau dan audiensi kepada Kepala Dinas`Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Sambas, Kamis 5 Agustus 2021 lalu.
Ketika berkunjung ke Dinas Perpustakaan dan Kearsiapan Daerah Kabupaten Sambas, Heriyanto selaku pimpinan memberi penjelasan yang sangat menarik mengenai rencana keberadaan perpustakaan daerah di Kabupaten Sambas demi mewujudkan ”Sambas Berkemajuan”. Dari penjelasan beliau yang cukup komprensif kami menangkap banyak hal yang akan dilakukan dalam mewujudkan perpustakaan modern di era baru ini, diantaranya mewujudkan ”Perpustakaan Dalam Taman”.
Untuk diketahui ”Perpustakaan dalam Taman” berbeda arti dengan ”Taman dalam Perpustakaan” atau taman dibangun di beberapa tempat agar tempat tersebut terlihat dan terkesan lebih asri/indah, artinya lebih pada penataan fisik. yakni taman yang didesain dengan dua elemen dasar fisik yang saling melengkapi dan secara simultan menciptakan estetika taman, yakni “hardscape” dan “softscape”.
Hardscape adalah elemen taman yang bersifat padat dan keras, seperti air terjun, air mancur, batu koral, lantai paving maupun ornamen lainnya yang mampu memberi karakter sebuah taman. Sementara softscape merujuk pada elemen hortikultural yang memberikan jiwa dan hidup pada sebuah taman, seperti pepohonan, dedaunan, dan rumput-rumputan.
Perpustakaan dalam taman lebih bermakna pada atmosfir atau suasana menyenangkan karena selain taman perpustakaan yang tertata rapi dan artistik juga disertai hubungan kondusif dan harmonis sesama warga yang menggunakan dan menikmati keberadaan perpustakaan tersebut.
Makna dari kata ”Taman” selalu dikaitkan dengan suatu tempat yang menyenangkan atau yang dijanjikan menyenangkan, seperti ”Taman Firdaus dan Taman Zen”. Oleh karenanya semua orang ingin memperoleh kesempatan menempati, berdiam dan tinggal lama di dalamnya.
Para pakar pendidikan bersepakat bahwa perpustakaan yang biasa digunakan sebagai tempat memperoleh dan mengonstruksi informasi atau ilmu pengetahuan adalah tempat yang menyenangkan bagi semua, ia memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan lebih bermakna.
Sebaliknya perpustakaan yang berfungsi untuk menyimpan dokumen mati tentu saja tidak menyenangkan dan berdampak tidak saja pada kurang sempurnanya informasi atau ilmu pengetahuan juga berdampak jauh lebih buruk, yakni menghasilkan ketidakberdayaan atau kebodohan bagi pengguna perpustakaan tersebut.
Banyak fakta dan data penelitian, baik di bidang pendidikan, psikologi, dan kesehatan menunjukkan besarnya pengaruh taman terhadap kualitas kehidupan penghuninya. Anna Castelli Ferrieri menyatakan, “Tidaklah benar bahwa apa yang berguna itu indah, melainkan yang indahlah yang berguna karena keindahan dapat memperbaiki cara hidup dan berfikir seseorang”, dikutip dari Daneil H.Pink (2006) dalam bukunya ” A Whole New Mind”. Ia menunjukkan bukti sebuah studi dari Universitas Georgetown yang menemukan bahwa jika para siswa, guru, dan metode pembelajaran sama kualitasnya, memperbaiki lingkungan fisik sekolah dan perpustakaan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil test peserta didik sebesar 11 persen”.
Penelitian terbaru oleh institusi tersebut menemukan bahwa anak dengan gangguan konsentrasi (attention deficit disorder) memperlihatkan berkurangnya gejala-gejala gangguan saat mereka menghabiskan waktu di lingkungan alamiah, kemampuan berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas dan mengikuti perintah secara drastis membaik. Ruang hijau memiliki dampak pemulihan terhadap perhatian seksama, jenis fokus intensif yang dibutuhkan untuk belajar dan bekerja, demikian Jennifer Ackerman menegaskan dalam sebuah artikelnya yang dimuat pada Nasional Geographic Edisi Maret 2007.
Frances Kuo dan rekan-rekannya di Landscape and Human Health Laboratory dari University of Illinois meneliti dampak ruang hijau terhadap kesehatan psikologis penduduk menyimpulkan bahwa mereka yang tinggal di gedung-gedung dekat area hijau memiliki rasa kemasyarakatan yang lebih kuat dan lebih baik dalam mengatasi tekanan dan kesulitan hidup, merasa lebih aman, dan tingkat kejahatan lebih rendah. Maknanya adalah semakin hijau lingkungan di sekitar kita, termasuk lingkungan perpustakaan, maka akan semakin rendah tingkat kriminalitas di sekitar lingkungan tersebut.
Bukti lain, studi di rumah sakit Montefiore Pittsburgh, dimana pasien yang dioperasi dengan ruang cukup cahaya alamiah atau natural membutuhkan obat penangkal sakit lebih sedikit, biaya obat lebih rendah 21 persen dan pasien meninggalkan rumah sakit dua hari lebih awal dibanding pasien dalam kamar rumah sakit biasa (Daneil H. Pink, 2006).
Jennifer Ackerman (2007) mengatakan “Tidaklah mengejutkan jika kita merasakan alam mengembalikan kesegaran kita dan kita makhluk manusia tidak tumbuh di tengah-tengah gedung beton, melainkan di hutan liar, padang pepohonan, dan ladang rumpun. Telinga kita tidak diciptakan untuk mendengar raungan sirine, melainkan untuk suara gesekan daun-daun kecil. Mata kita berevolusi tidak untuk membedakan warna-warni mati pada tembok bangunan megah, melainkan untuk menikmati warna-warni halus keemasan, hijau zaitun, ungu kemerahan yang menandakan ranumnya buah dan lembutnya dedaunan, kemudian otak kita berevolusi untuk memberi kehidupan yang lebih bermakna”.
Ia mengemukakan berbagai penelitian ilmiah menunjukkan bahwa “ruang-ruang yang dipenuhi tumbuhan berdaun dapat menyaring polusi dan mengikat partikel-partikel mungil kotoran dan hasil pembakaran, pepohonan di sepanjang jalan dapat mengurangi partikulat di udara dari emisi mobil dan bus. Kelompok besar pepohonan bahkan memiliki dampak yang lebih besar sebagai paru-paru pembersih udara dari zat-zat kimia berbahaya. Di Chicago para ilmuan menemukan bahwa setiap tahun pepohonan menyerap sekitar 212.281 kilogram partikulat, 88.904 kilogram nitrogen dioksida, 84.368 kilogram sulfur dioksida dan 15.422 kilogram karbon monoksida. Suhu aspal atau beton di bawah naungan pohon dapat lebih dingin 20 derajat celsius dibanding sebidang aspal yang sepenuhnya berada di bawah terik matahari musim panas, udara di bawah pepohonan dapat lebih dingin tiga hingga empat derajat. Dua penelitian besar di Belanda dan Jepang menunjukkan, mereka yang tinggal di wilayah dengan akses mudah ke ruang-ruang hijau memiliki kesehatan lebih baik dengan tingkat kematian lebih rendah”.
Alasan taman sebagai tempat terbaik bagi kehidupan, maka semua orang ingin berada di taman dan sekitarnya, bahkan banyak yang malas pulang meninggalkan taman. Jika tiga fungsi taman tersebut terdapat dalam perpustakaan, maka perpustakaan sangat berfungsi dalam membangun masyarakat berkemajuan.
*Penulis, Ketua Forum Literasi Membaca dan Menulis Kalimantan Barat