23.9 C
Pontianak
Monday, June 5, 2023

Kembangkan Karakter dan Potensi Peserta Didik

Oleh: Dwi Purwani

“Pendidikan adalah bekal terbaik untuk perjalanan hidup”.  -Aristoteles-

KUTIPAN Aristoteles tersebut cukup kiranya mewakili betapa pentingnya pendidikan bagi siapapun. Pendidikan tidak hanya berguna untuk mengembangkan kemampuan akademik peserta didik saja, tetapi juga berperan dalam membentuk watak dan karakter peserta didik. Dalam proses pendidikan karakter, peserta dididik secara aktif turut mengembangkan potensi dirinya dengan berbagai minat dan bakat yang dimiliki.

Potensi diri peserta didik dapat dioptimalkan melalui pengembangan olah rasa (estetika), olah hati (etika), olah rasio (literasi), dan olah raga (kinestetik) yang merujuk pada filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara. Untuk mencapai pembangunan karakter dan potensi diri peserta didik, maka perlu merancang program kegiatan di bidang pendidikan yang mampu memperkuat karakter dengan memfokuskan pada harmonisasi olah rasa, rasio, dan raga.

Program kegiatan berbasis dimensi rasa, rasio, dan raga yang diajukan, berupa kegiatan ekstrakurikuler di luar kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler di sekolah, di antaranya: program pembinaan minat dan bakat (rasa) berupa kegiatan ekstrakurikuler musik modern dan tradisional, program fasilitasi kegiatan akademik (rasio) berupa klub saintek dan pelatihan menulis karya ilmiah, serta program pembinaan dan pemasyarakatan olahraga (raga) berupa kegiatan pendidikan dan pelatihan olahraga.

Sasaran program dan kegiatan pendidikan ini lebih tepat untuk peserta didik tingkat SMP hingga SMA. Pendidikan menengah berperan penting dalam pengembangan sikap, keterampilan dan karakter peserta didik, sehingga perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Pada tingkat ini, peserta didik tingkat menengah telah memiliki bekal pengetahuan dasar yang cukup dan dapat menyikapi perubahan lingkungannya dengan cara yang lebih baik dibanding peserta didik tingkat dasar.

Baca Juga :  Berubah atau Mati

Program kegiatan dapat dirancang menggunakan program logic model. Program logic model merupakan metode visual untuk menyajikan ide, program baru, atau upaya perubahan. Metode ini menawarkan cara untuk menggambarkan hubungan antar elemen yang diperlukan untuk menjalankan program dari mulai hingga selesai.

Elemen utama program logic model, terdiri atas: sumber daya (resources), aktivitas (activities), keluaran (outputs), hasil (outcome), dan pengaruh (impact). Tujuan penerapan logic model pada program kegiatan pendidikan ini ialah agar program dan kegiatan lebih aplikatif, serta mudah diimplementasikan pada dunia pendidikan di Indonesia.

Penerapan program logic model pada kegiatan pendidikan terdiri dari lima langkah. Pertama, menentukan pengaruh (impact) yaitu terbentuknya peserta didik berkarakter yang memiliki keunggulan akademis, rasa berkesenian dan berkebudayaan, serta sehat dan tangguh (raga).

Kedua, yaitu menentukan hasil (outcome). Hasil yang diharapkan dari kegiatan pembinaan minat dan bakat, yaitu: siswa dapat menyalurkan minat, bakat, dan kreativitas dalam bermusik. Hasil dari fasilitasi kegiatan akademik yaitu siswa dapat menyalurkan gagasan ke dalam karya saintek dan mahir menulis karya ilmiah. Sedangkan hasil dari pembinaan olahraga yaitu siswa terbiasa berolahraga, mampu bersikap sportif dan kooperatif, serta memiliki daya tahan tubuh yang kuat.

Baca Juga :  Akreditasi Pilar Mutu Pendidikan

Ketiga, hasil di atas dapat dicapai jika telah melalui kegiatan-kegiatan berikut: ekstrakulikuler musik, ekstrakulikuler klub saintek, pelatihan menulis karya ilmiah, serta pendidikan dan pelatihan olahraga.

Keempat, penyelenggara perlu mempertimbangkan kecukupan input dan sumber daya (resources), baik dari segi anggaran, SDM, metode, serta sarana dan prasarana pendukung.

Kelima, dari rangkaian kegiatan tersebut, akan diperoleh keluaran (output) berupa siswa dapat memainkan semua jenis alat musik dan memainkan semua cabang olahraga, serta dihasilkannya karya seni, karya saintek, dan karya ilmiah.Terakhir, perlunya komitmen, dukungan, dan kerjasama semua pihak yang terlibat, baik itu sekolah, keluarga, dinas terkait, dan pegiatan pendidikan.

Dengan adanya rancang program kegiatan pendidikan dengan dimensi olah rasa, rasio, dan raga menggunakan logic model, maka dapat berkontribusi bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan kegiatan yang lebih berkualitas. Dengan demikian, tentunya akan menghasilkan individu yang memiliki keseimbangan ketiga dimensi yaitu unggul secara akademis sebagai hasil pembelajaran dan pembelajar sepanjang hayat (olah rasio), memiliki integritas moral, rasa berkesenian dan berkebudayaan (olah rasa), serta sehat dan mampu berpartisipasi aktif sebagai warga negara (olah raga).**

 

*Penulis, Mahasiswa Pascasarjana UGM.

Oleh: Dwi Purwani

“Pendidikan adalah bekal terbaik untuk perjalanan hidup”.  -Aristoteles-

KUTIPAN Aristoteles tersebut cukup kiranya mewakili betapa pentingnya pendidikan bagi siapapun. Pendidikan tidak hanya berguna untuk mengembangkan kemampuan akademik peserta didik saja, tetapi juga berperan dalam membentuk watak dan karakter peserta didik. Dalam proses pendidikan karakter, peserta dididik secara aktif turut mengembangkan potensi dirinya dengan berbagai minat dan bakat yang dimiliki.

Potensi diri peserta didik dapat dioptimalkan melalui pengembangan olah rasa (estetika), olah hati (etika), olah rasio (literasi), dan olah raga (kinestetik) yang merujuk pada filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara. Untuk mencapai pembangunan karakter dan potensi diri peserta didik, maka perlu merancang program kegiatan di bidang pendidikan yang mampu memperkuat karakter dengan memfokuskan pada harmonisasi olah rasa, rasio, dan raga.

Program kegiatan berbasis dimensi rasa, rasio, dan raga yang diajukan, berupa kegiatan ekstrakurikuler di luar kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler di sekolah, di antaranya: program pembinaan minat dan bakat (rasa) berupa kegiatan ekstrakurikuler musik modern dan tradisional, program fasilitasi kegiatan akademik (rasio) berupa klub saintek dan pelatihan menulis karya ilmiah, serta program pembinaan dan pemasyarakatan olahraga (raga) berupa kegiatan pendidikan dan pelatihan olahraga.

Sasaran program dan kegiatan pendidikan ini lebih tepat untuk peserta didik tingkat SMP hingga SMA. Pendidikan menengah berperan penting dalam pengembangan sikap, keterampilan dan karakter peserta didik, sehingga perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Pada tingkat ini, peserta didik tingkat menengah telah memiliki bekal pengetahuan dasar yang cukup dan dapat menyikapi perubahan lingkungannya dengan cara yang lebih baik dibanding peserta didik tingkat dasar.

Baca Juga :  Hilangnya Kepercayaan Publik

Program kegiatan dapat dirancang menggunakan program logic model. Program logic model merupakan metode visual untuk menyajikan ide, program baru, atau upaya perubahan. Metode ini menawarkan cara untuk menggambarkan hubungan antar elemen yang diperlukan untuk menjalankan program dari mulai hingga selesai.

Elemen utama program logic model, terdiri atas: sumber daya (resources), aktivitas (activities), keluaran (outputs), hasil (outcome), dan pengaruh (impact). Tujuan penerapan logic model pada program kegiatan pendidikan ini ialah agar program dan kegiatan lebih aplikatif, serta mudah diimplementasikan pada dunia pendidikan di Indonesia.

Penerapan program logic model pada kegiatan pendidikan terdiri dari lima langkah. Pertama, menentukan pengaruh (impact) yaitu terbentuknya peserta didik berkarakter yang memiliki keunggulan akademis, rasa berkesenian dan berkebudayaan, serta sehat dan tangguh (raga).

Kedua, yaitu menentukan hasil (outcome). Hasil yang diharapkan dari kegiatan pembinaan minat dan bakat, yaitu: siswa dapat menyalurkan minat, bakat, dan kreativitas dalam bermusik. Hasil dari fasilitasi kegiatan akademik yaitu siswa dapat menyalurkan gagasan ke dalam karya saintek dan mahir menulis karya ilmiah. Sedangkan hasil dari pembinaan olahraga yaitu siswa terbiasa berolahraga, mampu bersikap sportif dan kooperatif, serta memiliki daya tahan tubuh yang kuat.

Baca Juga :  Pembelajaran Berbasis Budaya

Ketiga, hasil di atas dapat dicapai jika telah melalui kegiatan-kegiatan berikut: ekstrakulikuler musik, ekstrakulikuler klub saintek, pelatihan menulis karya ilmiah, serta pendidikan dan pelatihan olahraga.

Keempat, penyelenggara perlu mempertimbangkan kecukupan input dan sumber daya (resources), baik dari segi anggaran, SDM, metode, serta sarana dan prasarana pendukung.

Kelima, dari rangkaian kegiatan tersebut, akan diperoleh keluaran (output) berupa siswa dapat memainkan semua jenis alat musik dan memainkan semua cabang olahraga, serta dihasilkannya karya seni, karya saintek, dan karya ilmiah.Terakhir, perlunya komitmen, dukungan, dan kerjasama semua pihak yang terlibat, baik itu sekolah, keluarga, dinas terkait, dan pegiatan pendidikan.

Dengan adanya rancang program kegiatan pendidikan dengan dimensi olah rasa, rasio, dan raga menggunakan logic model, maka dapat berkontribusi bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan kegiatan yang lebih berkualitas. Dengan demikian, tentunya akan menghasilkan individu yang memiliki keseimbangan ketiga dimensi yaitu unggul secara akademis sebagai hasil pembelajaran dan pembelajar sepanjang hayat (olah rasio), memiliki integritas moral, rasa berkesenian dan berkebudayaan (olah rasa), serta sehat dan mampu berpartisipasi aktif sebagai warga negara (olah raga).**

 

*Penulis, Mahasiswa Pascasarjana UGM.

Most Read

Artikel Terbaru